NovelToon NovelToon
Terjebak Cinta Dewi Hijab

Terjebak Cinta Dewi Hijab

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Spiritual / Mengubah Takdir / Romansa / Bad Boy
Popularitas:720
Nilai: 5
Nama Author: Pearlysea

Hanina Zhang, merupakan putri seorang ulama terkemuka di Xi’an, yang ingin pulang dengan selamat ke keluarganya setelah perjalanan dari Beijing.

Dalam perjalananya takdir mempertemukannya dengan Wang Lei, seorang kriminal dan kaki tangan dua raja mafia.

Hanina tak menyangka sosok pria itu tiba tiba ada disamping tempat duduknya. Tubuhnya gemetar, tak terbiasa dekat dengan pria yang bukan mahramnya. Saat Bus itu berhenti di rest area, Hanina turun, dan tak menyangka akan tertinggal bus tanpa apapun yang di bawa.

Di tengah kebingungannya beberapa orang mengganggunya. Ia pun berlari mencari perlindungan, dan beruntungnya menemui Wang Lei yang berdiri sedang menyesap rokok, ia pun berlindung di balik punggungnya.

Sejak saat itu, takdir mereka terikat: dua jiwa dengan latar belakang yang berbeda, terjebak dalam situasi yang tak pernah mereka bayangkan. Bagaimana perjalanan hidup Dewi Hijab dan iblis jalanan ini selanjutnya?

Jangan skip! Buruan atuh di baca...

Fb/Ig : Pearlysea

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pearlysea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab_16 DEWI HIJAB

"Cari yang lebar dan agak panjang, agak tebal tapi tetap ringan, pastikan kainnya lembut dan tidak panas, cari warna yang tidak mencolok."

"Astaga... Kau cerewet sekali kau pikir lemariku toko butik?! " Xiao Mei menggerutu sambil membuka rak paling bawah, tangannya menyibak tumpukan kain yang terlipat rapi.

Beberapa saat kemudian, dia kembali ke arahku dan melemparkan syal ke dadaku sambil mengomel.

"Ini sesuai permintaanmu! kalau tidak kau beli saja sendiri!"

Aku menangkap lalu meneliti syalnya, cukup lebar dan panjang, bahanya juga lembut dan jatuh. Warna beige, dengan sedikit bordir bunga lili di tepinya, tidak menerawang. Sesuai seperti yang Hanina inginkan saat kami mencari hijab untuknya.

Tanpa sadar aku tersenyum puas, memikirkan betapa cantiknya Hanina saat syal ini membingkai wajahnya sebagai hijab.

"Ini bagus. Bawa juga gaunnya, kita berangkat sekarang." Aku meleparkan kain dan gaun itu padanya, Xiao Mei menangkapnya.

Wanita itu mendecak, gusar. "Astaga… siapa sebenarnya gadis itu? Bahkan aku, Xiao Mei, harus diperlakukan seperti asisten pribadimu hanya untuk… dia."

Aku menatapnya datar. " jangan mengeluh. Cepat bersiap aku akan menunggumu di luar."

Terdengar Xiao Mei mendesah geram. Aku tak perduli, segera aku berbalik badan keluar dari ruangan dan menunggunya di parkiran apartemen.

10 menit kemudian.

Suara langkah tergesa terdengar. Xiao Mei muncul sambil menenteng gaun dalam tas kertas, wajahnya masih kesal, mendekat ke arahku yang duduk santai di atas motor.

"Serius, kau membuatku seperti pembantu, tahu?!" serunya begitu mendekat. Kini dia mengenakan Rok hitam mini dan tangtop ketat yang memamerkan perut rampingnya, dipadukan jaket jeans, rambutnya di kuncir ke belakang. Cantik, tapi sangat umum.

Aku mengenakan helm tanpa memandangnya. "Kau ikut karena kau mau, bukan karena kupaksa. Sudah cepat, ayo naik!"

Xiao Mei mendengus keras, tapi tetap menaiki motor dan duduk di belakangku. Tangannya meraih pinggangku, cengkeramannya sedikit keras, seperti melampiaskan kekesalannya.

Aku menghidupkan mesin motor, tidak menanggapi. Hanya suara knalpot yang menjawab keluhannya. Jalanan mulai kulalui, angin pagi berhembus menerpa wajah, dan wanita sialan di belakangku terus menggerutu, tapi aku tak menghiraukan dan lebih fokus pada jalanan di depan.

•<•<•<Peaelysea•<•<•<

Akhirnya kami sampai di rumah bos Liang, pikiranku langsung melayang ke Hanina, sedang apa dia di kamarnya.

Setelah mematikan motor aku menyuruh Xiao Mei turun. Wanita itu pun turun dengan sangat kerepotan, karena harus membawa tas baju dan beberapa kantong makanan halal yang tadi ku beli di jalan untuk Hanina. Nampak wajah Xiao Mei terus ditekuk, seperti kain kusut yang terbengkalai di gudang.

Aku menatapnya datar.

"Ekpresimu jangan seperti itu, nanti Hanina takut melihatmu,"

Xiao Mei mendongak, matanya menyipit tajam.

"Ohh jadi namanya Hanina?" bibirnya melengkung sinis. "Begitu spesialnya ya... sampai membuat wanita kesayanganmu ini seperti pembantu!"

Aku mendecih, hampir tertawa.

"Wanita kesayangan? Kapan aku pernah bilang begitu?"

Mata Xiao Mei mendelik.

"Apa?! Kau bercanda?! Semua orang tahu kau selalu mengutamakanku dibanding wanita lain."

Aku mendesah malas sambil mengambil kantong baju dari tangannya, lalu menatapnya, dingin.

"Kau mengutamakannya sendiri, Xiao Mei. Bukan berarti karena aku sering datang padamu artinya aku sayang. Kau di bayar untuk melayani, bukan di cintai."

Xiao Mei terdiam sejenak, wajahnya memerah. Matanya membelalak, seolah tak percaya aku baru saja mengucapkan kata-kata itu padanya. Wanita  sepertinya memang harus selalu di sadarkan, kalau tidak seorang ratu akan di anggapnya saingan, padahal tempatnya hanya sebatas di ranjang bukan di singgasana.

"Ayo masuk!" ucapku, tanpa ingin berlama-lama dalam situasi ini.

Aku memutar kunci dan membuka pintunya, masuk seolah tak terjadi apa apa antara aku dan Xiao Mei.

"Kau taruh saja makanannya di meja makan sebelah sana, aku akan ke atas menemui Hanina." Aku menunjuk ke sudut ruangan dekat dapur.

Xiao Mei mendecak pelan masih dengan ekspresi sinis, kemudian tanpa protes melangkah dengan langkah penuh tekanan.

Aku segera ke atas menaiki tangga kemudian mengetuk pintu kamar Hanina.

"Hanina... Buka pintunya!" teriaku.

"Mau apa? Aku tidak bisa menemuimu!" sahutnya dari dalam.

"Tidak apa, buka pintunya sedikit, aku bawa gaun dan hijab untukmu."

"Benarkah?" katanya, terdengar ragu.

"Iya, cepat ambil ini,"

Terdengar bunyi langkah pelan mendekat, kemudian kunci diputar hati-hati. Pintu terbuka sedikit, aku mengulurkan kantong kertas ke celah pintu.

Tangan Hanina pun muncul menampakan lengannya yang seputih susu, meraih kantong itu lalu dengan cepat menutup pintunya kembali, menguncinya lagi seolah takut aku akan mengintip.

"Terima kasih!" ucapnya dari dalam.

Aku tak menjawab. Hanya merasa tesipu untuk pertama kalinya, pipiku terasa panas hanya dengan melihat keindahan lengan Hanina yang selama ini disembunyikan di balik gaun panjangnya. Kalau lenganya seindah itu bagaimana yang lainya? Sialan... Pikiran kotor itu, lebih baik tinggalkan saja.

Aku menggeleng frustasi, lalu turun dengan langkah cepat menemui Xiao Mei di meja makan.

Saat aku mendekat mataku menyipit dingin melihat makanan masih terbungkus rapih di kantongnya, sementara xiao Mei hanya duduk melipat tangan. Wajahnya masih kecut, matanya sesekali melirik ke arahku, jelas masih kesal.

"Tidak bisakah kau melakukan pekerjaan dengan inisiatif sendiri, Xiao Mei? Menata makanan di meja makan bahkan tidak butuh sekolah, wanita yang bekerja di ranjang pun harusnya bisa melakukanya." ujarku, sambil mengeluarkan satu persatu cup makan dari kantongnya.

Dia mendengus kasar.

"Aku bukanya tidak bisa, aku hanya tidak suka kau memperlakukan aku seperti ini!"

Aku menghentikan gerakanku, menatapnya tajam.

"Aku juga tidak suka orang yang dibayar berlagak seperti pacar. Jangan campuri urusan yang bukan wilayahmu, Xiao Mei."

Wajahnya semakin memerah, bibirnya bergetar menahan emosi. Dia berdiri, kedua tangannya mengepal.

"Aku... Aku benci kau, tahu?! Kau memperlakukan aku seperti sampah, tapi tetap saja aku selalu ada saat kau butuh. Apa kau pikir aku tidak punya harga diri?!"

Aku tertawa satir mendengarnya sambil terus menata hidangan.

"Jangan becanda. Harga dirimu sudah kau jual saat pertama kali kau memutuskan bekerja untukku. Jangan tiba-tiba mengaku punya kebanggaan sekarang."

"Wang Lei!" Dia menggebrak meja cukup keras hingga hidangan di meja bergoyang. Matanya memerah dan berkaca-kaca tapi aku tak menyesal sama sekali.

"Jangan berdebat denganku, kau tidak akan pernah menang!  Selama ini aku selalu membayarmu lebih dari harga yang kau tawarkan. Jadi bersikaplah profesional seperti biasa. Pasang wajah yang ramah, Hanina akan turun sebentar lagi."

Xiao Mei terdiam napasnya memburu, tubuhnya meluruh ke kursi.

"Baiklah, kalau begitu aku akan naikan hargaku 10 kali lipat dengan satu malam yang panas!" tuntutnya

Mataku mengerling tajam ke arahnya, bukan bayaran yang sulit.

"Setuju."

Xiao Mei tersenyum miring sambil melepas jaket dan menyampirkanya ke sandaran kursi, kelihatan sekali dia berusaha menggoda dengan membusungkan dadanya.

Aku pura pura tak melihat, sibuk dengan pekerjaan kecil yang kulakukan. Dan setelah sarapan pagi tertata rapih di atas meja, aku segera berlalu untuk memanggil Hanina.

Namun, baru selangkah aku menaiki tangga. Tubuhku seketika membeku, mataku menatap ke atas dimana Hanina melangkah turun dengan anggun.

Gaun hitamnya jatuh mengikuti lekuk tubuh rampingnya, dan hijab itu… sial, lebih cantik dari yang kubayangkan. Bunga lili di tepinya tampak seperti mekar di wajah Hanina yang bersih dan teduh.

Dewi Hijab. Ribuan wanita ku tatap, puluhan  wanita cantik ku nikmati tapi setelah melihatnya, rasanya mereka semua tak berarti apa-apa di bandingkan Dewi hijab yang kini melangkah turun dengan senyum hangat.

Sejenak, pikiranku terjerat dalam pesonanya yang tak berujung. Terombang- ambing dalam debur dada yang mendebarkan. Pesona itu tak mengundang nafsu, sebaliknya... justru meneduhkan. Ada kehormatan yang memancar dari dirinya, membuatnya jauh lebih berharga dari berlian paling langka di dunia.

"Selamat pagi... "

"Haloo..."

Aku terkesiap begitu Hanina tiba tiba sudah di depanku dengan melambaikan tangan. Sialan!  Apa yang ku lakukan? Benar-benar Memalukan!

"Kamu lihat aku kaya lihat bidadari saja, aku secantik itu ya? " Hanina terkekeh, tawanya lembut dan entah kenapa membuat hatiku berdenyut.

Aku menarik napas pelan, berusaha menenangkan degup jantung.

"Hmm... Percaya diri, Cantik!"

Hanina menyeringai manis.

"Aku cantik?" ulangnya seolah tak percaya.

"Siapa bilang? Bajunya yang cantik. Orangnya biasa saja. Malah menyebalkan." balasku dengan nada dan ekspresi agak menggoda.

"Oh ya? Kamu juga menyebalkan! Sebentar baik, sebentar marah, sebentar dingin, sebentar perduli, aku tidak mengerti sikapmu!"

Aku terkekeh pelan mendengarnya.

"Tidak perlu mengerti, tapi kalau kamu mau, suatu hari kamu akan memahamiku."

Sejenak, kami saling tatap penuh arti. Mata Hanina berbinar seolah tengah memproses kata-kataku.

"Sudahlah ayo sarapan, aku akan mengenalkanmu pada seseorang."

Kening Hanina mengernyit.

"Siapa?"

Aku menyunggingkan senyum tipis, menoleh sebentar ke arah meja makan.

"Kau akan tahu... Ayo,"

Hanina mengangguk. Langkahku menunggu Hanina turun ke undakan tangga terakhir hingga kami berjalan berdampingan. Sesekali aku melirik dan mata kami pun bertemu, Hanina tersenyum namun, saat melihat Xiao Mei duduk di meja makan  senyumnya langsung pudar.

"Ooh jadi ini, gadisnya?" ucap Xiao Mei begitu kami tiba. Bibirnya tersenyum tapi matanya nampak sinis.

Aku melotot ke arahnya.

"Ya, ini Hanina." balasku lalu menoleh ke arah Hanina.

"Hanina ini Xiao Mei. Temanku." Aku memerkenalkan dengan suara datar.

Hanina tersenyum tipis, lalu mengulurkan tanganya.

"Halo... Xiao Mei, aku Hanina.. Kami juga..." Gadis itu melirik ke arahku, wajahnya terlihat ragu.

"Teman." lanjutnya.

Aku mendengus. Teman? Entah kenapa aku justru menginginkan lebih dari itu.

Mereka berjabat tangan sebentar.

"Baiklah, ayo duduk. Ada yang perlu kita bicarakan."

Hanina mengangguk dan duduk di sebelah Xiao Mei. Aku menghadap mereka berdua.

Aku melirik ke arah mereka bergantian. Astaga... Sungguh kontras yang sangat jelas, Xiao Mei yang seksi dan Hanina yang lembut dan tertutup.. Melihatnya seperti aku melihat dua dunia yang berbeda.

"Ada apa? Kau memandangi kami seperti sedang menilai barang di pasar. "

1
Siti Nina
Astaga ada" saja tuh kakek" bikin emosi jiwa 😅
Siti Nina
👍👍👍👍👍
Siti Nina
👍👍👍
Siti Nina
👍👍👍👍👍
Siti Nina
Waw,,,sangat menarik ceritanya keren banget 👍👍👍
Siti Nina
oke ceritanya 👍👍👍
Siti Nina
Mampir thor salam kenal kesan pertama menarik ceritanya keren kata"nya juga enak di baca 👍👍👍 tapi yg like nya dikit banget padahal oke banget ceritanya 👍👍👍🤔🤔
Nalira🌻: Salam kenal juga, Kak...🤝🏻
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!