Jennaira adalah putri kandung dari keluarga bangsawan Bakari. Ia terlahir dari rahim istri kedua Aston Bakari yang bernama Jenny. Ibu kandung Jennaira tersebut adalah cinta pertama Aston. Jenny terlahir dari trah rakyat jelata, bukan berdarah bangsawan.
Kebahagiaan Aston hancur setelah kematian Jenny secara mendadak.
Suatu malam, Jennaira (21 tahun) sedang berjalan kaki menuju ke sebuah klub malam terbaru di kotanya. Ia punya pekerjaan gelap yakni mencuri dompet-dompet orang kaya.
Jennaira terkejut melihat sebuah sedan mewah mengalami kecelakaan tunggal di depan kedua matanya. Ia berlari ke TKP untuk menolong.
Akan tetapi, Jennaira begitu terkejut melihat wajah seorang wanita muda yang ditolongnya itu ternyata mirip sekali dengan wajahnya.
"Kenapa wajahnya mirip sekali dengan wajahku? Apa aku punya saudara kembar?" batin Jenna.
Bagaimana bisa Jennaira, putri kandung dari putra mahkota Keluarga Bakari bisa tinggal berjauhan dari keluarga aslinya yang kaya raya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16 - Ketegangan Kakak-Adik
"Pintu kamarmu terbuka lebar, ya sudah aku masuk saja. Lagi pula kamu kan kakakku. Apa salahnya?" balas Jenna tak gentar.
Tiba-tiba...
Dengan kecepatan tangan Ares, ia mengambil lampu tidur yang ada di atas meja kecil tak jauh dari jangkauannya saat ini lalu dilemparkannya ke arah Jenna.
PYARR !!
Lampu tidur itu pun pecah berserakan setelah membentur dinding dan jatuh ke lantai. Namun sedikit pun tak melukai Jenna karena ia berhasil menghindar dari lemparan Ares.
"Aaaa !!" Lusi justru yang menjerit seraya telapak tangannya refleks memegang bagian telinga dan pipinya sendiri.
Walaupun lemparan dari Ares barusan tak mengarah padanya. Lusi merasa jantungnya seakan mau copot dari tempatnya.
"Amazing sekali tingkah polah putra mahkota Keluarga Bakari. Teganya seorang kakak ingin melukai adiknya sendiri!" desis Jenna yang masih menatap tajam ke arah Ares.
Namun dari sorot mata Jenna menyimpan sejuta pertanyaan, mengapa Ares bersikap demikian padanya ?
Seakan sang kakak menyimpan amarah terhadap dirinya yang dipendam dalam hati.
Jenna tentu bingung, apa kesalahannya pada Ares sehingga pria itu seakan begitu benci padanya ?
Jenna sudah bertekad untuk membenahi semuanya. Jika memang ada kesalahan Sovia Bakari palsu di masa lalu pada Ares, ia akan mencoba sekuat tenaganya untuk memperbaikinya. Walaupun bukan dirinya yang bersalah, melainkan si putri palsu.
"Kau bilang apa tadi padaku?" tanya Ares dengan sejenak menjeda kalimatnya. "Kakak?" sambungnya.
"Kamu kan memang kakakku. Itu sudah takdir," jawab Jenna seraya mengangkat dagunya pada Ares. Keduanya hanya berjarak beberapa langkah saja.
"Sejak kapan aku menganggap mu sebagai adikku?" balas Ares.
"Ya, sejak aku lahirlah. Mau tak mau aku adalah adikmu. Kamu enggak amnesia kan?" cibir Jenna.
"Aku justru berharap sewaktu bangun dari kejadian itu, lebih baik Tuhan mencabut nyawaku atau amnesia sekalian. Biar aku lupa siapa yang menyebabkan ku menjadi manusia lumpuh dan tak ada gunanya di dunia ini. Selamanya hanya duduk di atas kursi roda sialan ini!" desis Ares terdengar frustasi dan tersirat sebuah penyesalan mendalam.
Deg...
Jenna terkejut mendengar untaian kalimat dari Ares barusan. Namun ia tak menampakkan reaksi yang berlebihan. Jenna masih mampu mengendalikan dirinya agar penyamarannya menjadi Sovia Bakari tetap sempurna di mata keluarganya.
"Apa maksud Kak Ares barusan? Apa Sovia yang sudah membuatnya lumpuh?" batin Jenna.
☘️☘️
"Kenapa diam? Apa kamu merasa bersalah padaku atau justru bahagia di atas penderitaanku?" cibir Ares pada Jenna yang tampak berdiri terpaku dengan bibir tertutup rapat tanpa kata.
"Haha..." tawa Ares tiba-tiba menyeruak. Namun bukan tawa bahagia melainkan terdengar seperti suara tawa yang sarat akan kesedihan.
"Kamu pasti bahagia karena dengan kondisiku seperti ini bisa mengambil semuanya dariku. Daddy lebih perhatian dan menyayangimu sebagai pewaris utama Keluarga Bakari. Benar bukan?"
Jenna masih terdiam namun pandangannya tak beralih atau berkedip sedikitpun, tetap lurus tertuju pada Ares.
"Apa gunanya menjadi pewaris utama bila untuk mendapatkan hal itu, aku harus memakan daging saudaraku sendiri?" sahut Jenna sejenak menjeda ucapannya.
"Tak ada kebahagiaan yang kudapat jika aku melakukan hal itu. Aku sudah kehilangan mommyku. Alasan apa sampai aku harus mengorbankan nyawa saudaraku sendiri?" tanya Jenna di ujung kalimatnya. "Satu-satunya saudara yang ku miliki di dunia ini," sambungnya.
"Cuiihh..." Ares pun sontak membuang ludahnya secara kasar di depan Jenna. "Tentu saja karena harta dan tahta Keluarga Bakari. Alasan apa lagi memangnya?"
"Percuma juga banyak harta dan tahta, tapi tak bisa dibawa mati satu pun!" desis Jenna dengan nada mencibir balik Ares. "Uang memang segalanya, tapi di dunia ini tidak semuanya bisa dinilai dan dibeli dengan uang."
"BULLSHIT !!" umpat Ares. "Memangnya apa yang di dunia ini tidak bisa dibeli dengan uang?"
"Waktu, kesehatan dan cinta. Bagiku tiga hal itu tak bisa dibeli dengan uang berapa pun yang kita miliki di dunia ini," jawab Jenna dengan lugas.
"Omong kosong !!" pekik Ares berusaha berkilah atas pendapat Jenna barusan.
"Kalau aku omong kosong, dengan banyaknya harta daddy kenapa tak bisa membuat Kak Ares menjadi manusia normal kembali tanpa harus duduk pesakitan terus di kursi roda yang katamu sialan itu?"
Skakmatt !!
Ares pun terdiam dan merasa tertohok mendengar ucapan Jenna. Saat bibirnya berniat menyanggah dan memberi bantahan, mendadak urung karena Jenna lebih dulu bersuara.
"Kak Ares sebenarnya masih jauh lebih beruntung dariku karena punya orang tua yang lengkap hingga detik ini. Tidak sepertiku," ucap Jenna yang mendadak terdengar sendu di ujung kalimatnya.
Jenna pun akhirnya berbicara panjang lebar menceritakan kepedihan yang dialaminya sebagai seorang putri mahkota Keluarga Bakari. Hidup bergelimang harta yang mungkin banyak diinginkan orang lain di luar sana, namun ada hal paling berharga yang harus diambil dari hidupnya.
Ia tak bisa merasakan kasih sayang dari Mommy Jenny selaku ibu kandungnya. Bahkan sekadar mencicipi air susu ibunya pun tak diberi kesempatan oleh Tuhan. Sempat terpisah dari keluarga sebelum akhirnya ia bisa kembali pada Keluarga Bakari.
Berbeda dengan Ares yang bisa merasakan kasih sayang utuh dari Daddy Aston dan Della. Bahkan Jenna pun ingat pada beberapa isi bait dalam buku harian ibunya. Jenny sempat menceritakan bahwa Ares adalah anak yang baik.
Mommy Jenny juga memberikan perhatian dan kasih sayang pada Ares sejak menikah dengan Daddy Aston. Bahkan Mommy Jenny tak merasa jijik ketika ikut membantu membersihkan tubuh Ares saat bocah itu sedang pup. Dikarenakan Della lebih sering menyerahkan urusan seperti itu pada pengasuh Ares kecil.
☘️☘️
Jenna mencoba berbicara dengan Ares dari hati ke hati. Memecah kebuntuan yang selama ini terjadi antara hubungan kakak-adik tersebut.
"Kak Ares masih diberi kesempatan oleh Tuhan bisa merasakan kasih sayang dari mommyku. Tapi, aku justru tidak."
Hening terjadi beberapa saat ketika sepasang mata Jenna mulai berkaca-kaca. Suaranya mulai tercekat di kerongkongan. Rasanya sesak jika Jenna mengingat kematian ibunya.
Jangan tanya kondisi Lusi seperti apa sejak tadi mendengarkan pembicaraan antara kakak dan adik tersebut.
Walaupun diawali ketegangan, justru kini suasana di kamar Ares terasa sendu. Tak ayal Lusi menitikkan air matanya setelah mendengar untaian kalimat menyayat hati dari bibir Jenna.
"Maaf, jika aku pernah berbuat kesalahan atau menyakiti Kak Ares."
Deg...
Hati Ares mendadak sebah, walaupun masih terbelenggu emosi yang timbul tenggelam. Ingin menolak, namun Ares hanya melihat sebuah kejujuran dan ketulusan yang terpancar dari mata sang adik perempuannya itu.
"Aku tak bisa mengubah waktu untuk kembali. Aku bukan Tuhan. Tapi, jika memang Kak Ares ingin membalas padaku atas kesalahan yang terjadi di masa lalu antara kita, aku akan berikan kesempatan itu."
"Apa maksudmu?"
Dengan cepat Jenna mengedarkan pandangannya di seluruh penjuru kamar Ares. Mengerahkan instingnya yang tajam, akhirnya ia bisa menemukan tempat di mana Ares meletakkan benda penting tersebut.
Ares yang belum paham maksud Jenna, terus menatap intens ke arah adiknya itu.
Jenna melangkah dengan penuh keyakinan dan ketegasan ke arah sebuah lemari kecil di samping ranjang bagian kanan.
Klik...
Srekkk...
Jenna membuka laci paling atas dengan kunci yang memang kebetulan masih tergantung di tempatnya. Lalu, ia menarik lacinya dan mengeluarkan sesuatu. Sebuah pist0l yang terasa berat karena masih lengkap dengan pe_lurunya.
Pupil mata Ares seketika melebar ketika melihat Jenna mengetahui letak pist0l miliknya, bahkan kini mengambilnya.
Seluruh anak keturunan Keluarga Bakari punya dua keahlian turun-temurun yakni bisa menembak dan berkuda. Namun hanya putra mahkota yang dibekali memiliki senjata pribadi.
Di Mansion Tropical hanya Daddy Aston dan Ares Bakari yang memiliki pist0l lengkap dengan pe_lurunya. Tentunya senjata tersebut telah berizin, bukan barang ilegal. Jenna tentu tau semua itu dari catatan mendiang ibunya.
Jenna menghentikan langkah kakinya. Saat ini ia berdiri tepat di depan Ares yang duduk di atas kursi rodanya.
Dengan penuh keyakinan dan tak terlihat takut sedikitpun, Jenna memberikan senjata milik Ares pada telapak tangan sang kakak untuk digenggam. Kemudian Jenna perlahan melangkah mundur dengan memberi sedikit jarak dengan Ares.
"Tembaklah di tempat yang Kak Ares mau di tubuhku. Jika Kak Ares ingin menembak kepalaku, lakukanlah. Aku justru senang dan berterima kasih padamu, jika kau melakukan itu. Aku bisa bertemu dengan mommyku di sur_ga lebih cepat," ucap Jenna seraya mulai menutup kedua matanya.
"Setelah ini, aku berharap semuanya impas dan Kak Ares mau memaafkan segala kesalahanku di masa lalu."
Ares begitu tercengang mendengar ucapan Jenna barusan. Sedangkan saksi yang sejak tadi membisu yakni Lusi, ia hanya bisa terbengong seraya membekap mulutnya sendiri dengan kedua telapak tangannya. Kakinya terasa lemas bagai agar-agar. Rasanya Lusi ingin menghilang dari sana atau lebih baik pingsan.
Bersambung...
🍁🍁🍁
*Perlahan tensinya mulai naik ya.
tidak bertele-tele
akhirnya kebenaran akan terungkap segala misteri akan aston dapatkan semangat......