Kayla lahir dari pernikahan tanpa cinta, hanya karena permintaan sahabat ibunya. Sejak kecil, ia diperlakukan seperti beban oleh sang ayah yang membenci ibunya. Setelah ibunya meninggal karena sakit tanpa bantuan, Kayla diusir dan hidup sebatang kara. Meski hidupnya penuh luka, Kayla tumbuh menjadi gadis kuat, pintar, dan sopan. Berkat beasiswa, ia menjadi dokter anak. Dalam pekerjaannya, takdir mempertemukannya kembali dengan sang ayah yang kini menjadi pasien kritis. Kayla menolongnya… tanpa mengungkap siapa dirinya. Seiring waktu, ia terlibat lebih jauh dalam dunia kekuasaan setelah diminta menjadi dokter pribadi seorang pria misterius, Liam pengusaha dingin yang pernah ia selamatkan. Di tengah dunia yang baru, Kayla terus menjaga prinsip dan ketulusan, ditemani tiga sahabatnya yang setia. Namun masa lalu mulai mengintai kembali, dan cinta tumbuh dari tempat yang tak terduga…
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16 Rumah di Ujung Hujan
Pagi yang sejuk di perumahan kecil yang rindang. Di ujung blok H-7, sebuah rumah minimalis dua tingkat berdiri, rumah ini adalah rumah yang baru saja di beli oleh Kayla dari hasil gajinya menjadi dokter.
Di dalamnya, Kayla sedang berdiri di tengah ruang tamu yang baru saja ia isi dengan perabotan rumah, kayla sengaja mencari rumah yang memiliki tiga kamar, karena ia ingin mempersiapkan kamar untuk sahabat-sahabatnya saat berkunjung dan menginap
Satu kamar ia siapkan untuk tamu lain dan dua kamar untuk dirinya satu dan jika temanya datang bisa di bagi dua kamar.
"Ibu... Bagaimana kabar kalian berdua... Apa ibu bisa melihat Kayla sekarang, Bu Kayla berhasil jadi dokter, apa ibu bangga dengan Kayla, Kayla juga sudah punya rumah tempat Kayla pulang. Kayla gak akan tidur di jalan." ujar Kayla pelan dan tanpa terasa air matanya mengalir ke pipinya
"Bu maafkan Kayla yang belum bisa membahagiakan ibu dulu, Kayla akan janji jadi dokter buang tidak akan bertanya bisa bayar atau tidak, Kayla tidak mau ada ibu ibu di luar sana yang mengalami nasib seperti ibu Retno yang tidak bisa berobat" tangis Kayla semakin pecah
Perasaannya sekarang sedang campur aduk antara bahagia bisa memperbaiki kehidupannya dengan keringat nya sendiri tapi sedih disaat ia bangkit ibu kandung dan ibu angkatnya buang luar biasa baik tidak dapat menikmati juga.
Saat Kayla sudah merasa tenang tiba tiba ponselnya berdering.
Cika [Grup Sahabat Kayla]: “DALAM PERJALANAN! SIAP TERIAK DI DEPAN RUMAH!”
Lala: “Beli rumah nggak undang kami resmi. Jahat banget.”
Rina: “Kami mau pesta sambutan versi kosan elite ini.”
Kayla tertawa dan membalas, “Bawa kopi. Listrik baru nyala semalam.”
Satu jam kemudian
Mobil kecil warna krem berhenti di depan rumah. Tiga perempuan keluar, masing-masing membawa tas jinjing dan bungkusan makanan.
“Kaylaaaaaa!!” seru ketiga sahabatnya
Kayla membuka pintu sambil tersenyum. “Jangan teriak. Tetangga belum kenal kalian.”
Cika memeluknya duluan. “Gila ya… akhirnya kamu punya rumah!”
Lala ikut memeluk. “Kita jadi saksi perjuangannya lho”
Rina menyikut Cika. “Itu karena kita sahabat dan saudaranya!”
Kayla tertawa, kemudian mengajak mereka masuk.
Dalam rumah
Cika mengitari ruang tamu. “Ini rumah kecil... tapi kayak hati kamu. Hangat, tenang, bersih.”
Lala berseru, “Nih bawa nasi bakar, tempe mendoan, sama kopi susu. Kita piknik di lantai!”
"Jangan di sini, ayo kita ke atas disana sudah aku siapkan tikar, biar bisa lihat pemandangan lebih santai" ajak kayla
"Ok itu terdengar asik" ujar Ketiganya antusias nlalu mereka keluar dan menuju atap,
"Wah bener enak disini " seru Lala dan di setujui oleh Rina dan Cika
Mereka duduk di lantai bertikar makan sambil mengobrol. Ada tawa, candaan, dan nostalgia.
Kayla berkata pelan, “Aku nggak pernah punya rumah... yang bisa kusebut ‘rumah’ sungguhan. Ini... pertama kalinya.”
Mereka semua terdiam sejenak. Lalu Rina memegang tangan Kayla.
“Rumah ini bukan cuma tembok. Ini hasil dari semua luka yang kamu ubah jadi langkah.” ujar Rina
" Dan kami punya kabar untuk kamu" ujar Cika
"Kabar apa?" tanya Kayla penasaran
"Kami akan kerja di rumah sakit yang sama dengan kamu mulai besok" seru Rina, Cika dan Lala
Mendengar itu Kayla sangat kaget tapi juga bahagia, " beneran.... Aaaaa aku seneng kita bisa sama sama lagi" seru Kayla dengan haru mereka berpelukan dan menangis serta tertawa bersama.
Sore hari
Sebuah mobil mewah hitam berhenti di depan rumah. Kayla membuka pintu dan menatap bingung.
“Kakek Albert?” seru Kayla
Kakek itu turun dengan tongkatnya dan ekspresi datar.
Pengawal di belakangnya membawa kotak besar dan… kunci mobil.
“Kamu benar-benar keras kepala,” kata kakek Albert
Kayla tersenyum ragu. “Kayla tidak mau merepotkan kakek Albert…”
“Rumah ini terlalu kecil. Kamu bisa tinggal bersamaku. Kamarku besar. Dapurku cukup buat pesta lima RT.” kesal kakek Albert
“Rumah ini… hasil kerja Kayla kek.” ujar Kayla sembari tersenyum mendekati kakek Albert
Pak Albert memandang tajam, lalu… mendesah.
“Saya tidak marah. Saya... kesal. Karena kamu tidak tahu betapa saya ingin melihat kamu pulang ke rumah, bukan ke rumah sakit atau rumah sewa. Tapi…”
Ia memberi isyarat pada pengawal, yang menyerahkan kunci mobil kecil warna biru langit.
“Mobil apa ini, kek?” Kayla bingung.
“Bukan mobil mewah. Tapi cukup kuat, hemat, dan sederhana. Persis seperti kamu. Dan… cukup aman untuk perjalanan dinas dan menjemput anak-anak pasien yang tidak punya keluarga.” jelas kakek Albert
Kayla terdiam. Air matanya mulai menggenang.
Pak Albert menoleh sejenak. “Saya tahu kamu bukan gadis yang gila harta. Tapi biarkan saya gila mencintaimu seperti cucu sendiri.”
Kayla memeluknya. “Terima kasih, kek…”
Malam hari
Sahabat-sahabat Kayla tidur di kamar .
Kayla duduk di depan rumah, memandangi bintang.
Ia menulis di jurnalnya:
“Rumah ini bukan istana.Tapi di sinilah aku tidak lagi merasa asing.
Aku tidak punya banyak. Tapi aku cukup dan yang lebih penting…Aku dicintai tanpa harus sempurna.”
Pagi Senin.
Kayla berjalan cepat menyusuri koridor rumah sakit. Masih jam 07.15 tapi ia sudah mengenakan jas putih dan stethoscope di leher.
Begitu sampai di meja staf, perawat menyapanya dengan tatapan aneh.
“Dokter Kayla… ada kiriman buat Dokter di meja.”
“Kiriman?”
“Ya. Kurir tadi mengantar. Bilangnya harus ditaruh di ruangan pribadi Dokter. Sudah saya simpan.”
Kayla berjalan masuk ke ruang staf. Di atas mejanya, tampak sebuket bunga lily putih dalam vas kaca sederhana.
Bersamanya, sebuah kartu kecil berisi tulisan tangan rapi:
“Untuk tangan yang menjahit dengan ketenangan, dan mata yang lebih tajam dari jarum suntik. Terima kasih, Dokter Kayla.”
Tertanda: Tak Bernama
Kayla diam.
Tangannya menggenggam kartu itu lama. Siapa? Tidak ada logo perusahaan. Tidak ada jejak pengirim. Hanya bunga putih dan kalimat penuh kesan.
Dua hari kemudian
Kayla sedang menyuapi pasien anak-anak yang sedang rawat inap.
Panggilan datang ke ruangannya. Seorang pria berjas hitam masuk, memperlihatkan kartu identitas dengan lambang Mahendra Corp.
“Dr, Kayla Putri Anindya?”
“Iya?”
“Tuan kami mengundang Anda secara pribadi. Bukan untuk konsultasi medis biasa. Ini bersifat rahasia.”
Kayla mengernyit.
“Maaf, siapa tuan Anda?” tanya kayla
Pria itu menatap tajam.
“Liam Mahendra.”
Kayla terdiam saat mendengar nama itu
Sore harinya
Kayla duduk di dalam mobil hitam yang disediakan. Ia mengenakan blouse sederhana dan celana panjang rapi. Tidak ada make-up. Tak ada parfum mahal.
Pintu ruangan terbuka. Alvaro berdiri di balik jendela besar, memandangi kota dari lantai 28 gedung pencakar langit.
“Dokter,” sapanya, tanpa menoleh.
“Tuan Liam …” Kayla maju pelan. “Bunga itu… dari Anda?”
Ia berbalik perlahan.
“Apa ada pria lain yang pernah Anda jahit tengah malam dalam darah dan kesombongan, Dokter?”
Kayla tersenyum kecil. “Belum.”
Liam melangkah mendekat. Wajahnya tetap tenang, tapi matanya tajam menembus.
“Aku ingin kamu jadi dokter pribadi. Tidak di rumah. Tidak di kantor. Tapi di lokasi-lokasi tertentu. Di luar jam kerja. Tidak terikat institusi.” jelas Liam tanpa basa-basi
Kayla menatapnya waspada.
“Kenapa saya?” tanya Kayla
“Karena kamu tidak tunduk. Karena kamu tidak takut. Karena kamu... tidak bertanya terlalu banyak.” jawab Liam
Kayla menarik napas. “Tapi saya akan tetap bertanya kalau menyangkut pasien saya.”
“Itu yang saya cari.” jawab Liam
Lalu, Liam meletakkan map coklat di meja.
“Ini daftar kondisi yang mungkin saya hadapi. Lokasi pertemuan. Nama samaran saya. Semua harus dirahasiakan.” ujar Liam
“Dan jika saya tolak?” tanya Kayla
“Tak akan ada paksaan. Tapi dunia ini… butuh dokter yang tak hanya pintar. Tapi juga tidak goyah saat melihat yang tak seharusnya.” jawab Liam
Kayla membaca map itu. Semuanya legal… tapi terlalu tertutup. Terlalu asing. Terlalu sunyi.
Ia menatap Liam.
“Kenapa kamu tidak pakai dokter lain?” tanya Kayla
Liam menjawab lirih. “Karena saya sudah terlalu sering dikhianati. Dan kamu… satu-satunya yang menjahit luka saya tanpa bertanya siapa yang melukai saya.” jawab Liam
Bersambung
mantap 👍
kl orng lain,mngkn g bkln skuat kayla....
ank kcil,brthan hdp s luarn sna pdhl dia msh pnya sseorng yg nmanya ayah.....
😭😭😭
mudah dipahami
mna pas lg,jdinya ga ara th jd nyamuk....😁😁😁.....
Liam niat bgt y mau pdkt,smp kayla prgi kmna pun d ikutin....blngnya sih kbetulan.....tp ha pa2 lh,nmanya jg usaha....smngtttt....
trnyta ank yg d buang,skrng mlah jd kbnggaan orng lain....slain pntr,kayla jg tlus....skrng dia pnya kluarga yg syng dn pduli sm dia....