Ayushita Dewi, gadis berusia dua puluh dua tahun tapi memiliki tubuh yang cukup oversize. 109kg dengan tinggi badan 168cm. Kehidupannya awalnya cuek saja dengan kondisi tubuhnya yang besar itu, tapi dengan pertemuan kliennya membuat jas lengkap bernama Dewangga Aldiansyah yang cerewet itu membuat Ayushita jengah dan memutuskan untuk diet.
"Cewek kok oversize."
"Jangan usik kehidupanku yang nyaman ini, mau oversize atau ngga, bodo amat!"
Tak di sangka perselisihan masalah tubuh Ayushita itu membuat Dewa lebih dekat dan akrab dengan gadis itu. Apalagi dia melihat perselingkuhan tunangan Dewangga tunangannya membuat Ayushita dan laki-laki itu semakin dekat dan menimbulkan benih-benih cinta.
Apakah mereka akan berlanjut dengan cinta? Atau selamanya akan jadi Tom and Jerry?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ummi asya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16. Keputusan Nyonya Anna
"Dia selingkuh ma."
"Selingkuh? Bagaimana bisa?" tanya mamanya kaget.
"Ya bisalah ma, dia itu hanya menginginkan uangku saja. Bahkan dia juga selingkuh dengan beberapa laki-laki," kata Dewa.
"Kamu punya buktinya?"
"Ya ampun mama, aku kan memergoki dia lagi makan siang di kafe. Mana mesra lagi dia bicara dengan selingkuhannya," jawab Dewa.
"Mungkin saja itu teman dekatnya."
"Teman dekat tidak semesra itu ma, kenapa mama mama tidak percaya dengan ucapanku?" tanya Dewa heran.
"Sintya bilang dia sedang ada bisnis dengan laki-laki itu, katanya sudah di rayu. Makanya dia menggunakan otaknya untuk merayu teman bisnisnya agar mau bekerja sama dalam bisnis baru itu," ucap mamanya lagi.
Sudah di duga sebelumnya, pasti Sintya sudah mengadu yang tidak benar pada mamanya. Karena dia tahu kalau mamanya tidak mudah percaya pada ucapan anaknya. Dan selama ini dia heran kenapa bisa Sintya begitu pintar membalikkan fakta. Dan lucunya mamanya justru percaya saja dengan ucapan Sintya itu.
"Ma, siapa di sini anak mama? Anak mama ini lho di sakiti, tapi kenapa mama lebih percaya pada perempuan itu di banding anaknya sendiri," kata Dewa sedikit kesal.
"Mama bukan tidak percaya, tapi kan kamu tahu sendiri Sintya itu orangnya mandiri. Dia bisa melakukan apa pun sendiri, bekerja dengan jabatan yang lumayan karena kemampuannya. Dia juga banyak kenalan karena orangnya mudah akrab dengan orang."
"Iya, saking akrabnya dia mengajak temannya itu chek in di hotel. Apa itu terlalu akrab?"
"Jangan menuduh sembarangan Dewa, Sintya gadis baik-baik."
"Ck, terserah mama saja. Pokoknya aku sudah memutuskan hubungan dengan dia, dia juga waktu ketahuan selingkuh sikapnya malah tambah bohong padaku. Apa mama mau punya calon menantu seperti dia? Mama mau anakmu itu hanya jadi cecunguk dia saja? Aku seorang pimpinan perusahaan ma, masa harus di pecundangi sama perempuan murahan seperti itu," panjang lebar Dewa menjelaskan pada mamanya.
"Jangan menuduh sembarangan Dewa,"
"Aku bukan menuduh ma. Tapi kenyataan, selama ini aku sabar dengan sikapnya, meski dia selalu baik di hadapanku. Tapi aku tahu dari orang-orang yang dekat denganku kalau dia memang sering jalan dengan laki-laki berbeda. Tapi aku masih sabar dan tidak mudah percaya karena aku tahu mama tidak akan percaya begitu saja," ucap Dewa.
Perempuan itu menarik napas panjang, yang awalnya sangat dingin dan marah pada anaknya. Tapi kali ini diam memikirkan apa yang di ucapkan oleh Dewa.
"Sudahlah, kalau mama kesini hanya untuk membicarakan masalah gagalnya pertunanganku dengan Sintya. Aku tidak akan membahasnya lagi ma, cukup sampai di sini penjelasanku pada mama. Mama mau percaya atau tidak, itu terserah mama saja."
Dewa berdiri dan melangkah menuju meja kerjanya, di lepasnya jasnya lalu menelepon sekretarisnya.
"Halo?"
"Mira, belikan aku makan siang."
"Baik pak."
Klik!
_
Nyonya Anna, perempuan yang cukup di segani oleh Dewa. Perempuan yang sudah jadi janda sejak Dewa masih sekolah dan sejak saat itu nyonya Anna tidak lagi menikah. Membesarkan anaknya dengan mengurus sekaligus perusahaan milik suaminya, baru setelah Dewa sudah bisa memegang perusahaan sendiri.
Maka perusahaan ayahnya yang dulu di pegang oleh nyonya Anna, kini dia yang mengendalikannya. Namun begitu, Dewa akan selalu menuruti apa kata ibunya nyonya Anna. Termasuk berkenalan dengan Sintya dan menjadi kekasihnya.
Siang ini, Dewa di suruh datang ke restoran oleh mamanya untuk makan siang bersama. Awalnya dia menolak tapi nyonya Anna memaksanya, dan kini dia sedang duduk menunggu mamanya datang
"Katanya sudah ada di restoran, kenapa belum sampai," gumam Dewa melirik jam di tangannya.
Pandangannya mengedar ke penjuru ruangan yang terasa hangat, meski suasana panas di luar tapi di restoran itu cukup hangat. Matanya tertuju ke arah pintu masuk, nyonya Anna datang dengan langkah yang elegan. Meski sudah paruh baya, tapi penampilan dan kharismanya masih tetap jadi acuan Dewa dalam memilih seorang istri.
Dewa melambaikan tangannya pada nyonya Anna, perempuan itu tersenyum segaris namun wibawanya masih terpancar. Dewa bangkit dari duduknya dan menarik kursi untuk mamanya.
"Terima kasih sayang," ucap nyonya Anna.
Dewa hanya tersenyum, dia pun ikut duduk. Memberi kode pada pelayan agar segera datang untuk memberikan katalog menu makanan.
"Mama mau pesan makan apa?" tanya Dewa.
"Tunggu sebentar, mama undang seseorang untuk makan siang sama kita," ucap nyonya Anna.
"Siapa? Jangan bilang mama mau menjodohkan aku sama anak teman mama lagi," ucap Dewa.
Nyonya Anna hanya diam tanpa memberi jawaban, membuat Dewa kesal. Tapi dia hanya bisa menggerutu dalam hati, tak lama seseorang datang dengan penampilan kantoran.
Dewa memandang perempuan itu dengan berdecak kesal, di luar perkiraannya kenapa mamanya mengundang perempuan itu untuk makan bersama.
"Hai Tante Anna, maaf telat ya," ucap perempuan itu dengan bercipika cipiki.
"Tante juga baru datang kok, dewa yang sejak tadi duluan datang," ucap nyonya Anna.
"Maaf ya sayang, aku telat," ucap perempuan itu yang tak lain Sintya.
Dewa diam saja, bahkan pandangannya ke arah lain setelah melihat mamanya biasa saja dengan kedatangan Sintya.
"Duduk Sintya," ucap nyonya Anna.
"Terima kasih Tante," ucap Sintya.
Lalu pelayan pun datang memberikan katalog menu, Dewa yang awalnya biasa saja kini jadi kesal dengan kedatangan Sintya. Dia tidak ikut obrolan mamanya dan mantan kekasihnya itu. Obrolan yang cukup santai itu akhirnya berakhir setelah makanan yang di pesan datang.
Dewa masih diam menikmati makanan, setelah makan siang itu rencananya dia akan kembali ke kantornya karena ada berkas yang harus di tanda tangani.
"Waah, terima kasih Tante mengundang aku makan siang ini. Aku senang sekali Tante," ucap Sintya.
"Ya, Tante juga senang. Tapi Tante ingin mendengar penjelasan kamu tentang batalnya pertunangan kalian," ucap nyonya Anna.
Sintya melirik pada Dewa, perempuan itu tahu pasti akan di interogasi seperti itu oleh ibu dari mantan kekasihnya itu. Dia memasang wajah sedikit sedih untuk mendapatkan simpati dari nyonya Anna. Membuat Dewa berdecak kesal.
"Aku mengakui salah Tante, sembarangan makan siang dengan laki-laki lain. Tapi sungguh laki-laki itu adalah rekan bisnis aku Tante, dia memang sedikit genit dan menganggapku sebagai teman akrab. Semudah itu orangnya denganku, jadi kupikir dengan meladeninya seperti itu kerja sama bisnis dengannya itu berjalan lancar. Tapi Dewa melihat itu dengan cemburu dan langsung memutus pertunangan saat itu juga, aku sedih Tante," ucap Sintya dengan wajah sedih dan kecewanya.
"Ck, jangan mencari alasan yang tidak masuk akal Sintya. Kamu pikir mamaku orang bodoh? Dan kamu pikir aku ini bodoh? Jelas-jelas laki-laki itu menantangku mengatakan kalau kamu adalah kekasihnya. Bahkan kamu juga sering chek in hotel dengan laki-laki lain. Kamu selingkuh bukan hanya dengan satu laki-laki, tapi juga dua laki-laki. Mungkin saja lebih," ucap Dewa.
Tentu saja itu membuat Sintya kaget dan takut dengan ucapan Dewa, dia membantah tuduhan itu padanya.
"Kamu jangan sembarangan menuduh sayang, aku sudah bilang kalau mereka itu rekan bisnis. Kamu tahu kan kalau aku ini juga wanita karir yang banyak rekan bisnisnya, meski pun aku seorang sekretaris tapi aku juga punya bisnis rintisan dengan orang-orang itu," ucap Sintya membela diri.
"Ck, sudah salah tapi mau membela diri. Bahkan menyalahkan aku," ucap Dewa.
Nyonya Sintya memperhatikan perseteruan anaknya dan juga Sintya, mendengar dengan seksama dan melihat mimik wajah keduanya lalu ...
"Cukup, aku sudah memutuskan." ucap nyonya Sintya.
Dewa dan Sintya menoleh ke arah perempuan di dekatnya, berharap keputusan memihak salah satu dari mereka.
"Setelah aku pikirkan, memang bagus pertunangan itu di batalkan."
"Tante!"
_
_
*****