NovelToon NovelToon
Rush Wedding

Rush Wedding

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Anak Yatim Piatu / Pernikahan Kilat / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Dijodohkan Orang Tua / Slice of Life
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author:

Sebuah kecelakaan beruntun merenggut nyawa Erna dan membuat Dimas terbaring lemah di ruang ICU. Di detik-detik terakhir hidupnya, Dimas hanya sempat berpesan: "Tolong jaga putri saya..." Reza Naradipta, yang dihantui rasa bersalah karena terlibat dalam tragedi itu, bertekad menebus dosanya dengan cara yang tak terduga-menjodohkan Tessa, putri semata wayang Dimas, dengan putra sulungnya, Rajata. Namun Rajata menolak. Hatinya sudah dimiliki Liora, perempuan yang ia cintai sepenuh jiwa. Tapi ketika penyakit jantung Reza kambuh akibat penolakannya, Rajata tak punya pilihan selain menyerah pada perjodohan itu. Tessa pun terperangkap dalam pernikahan yang tak pernah ia inginkan. Ia hanya ingin hidup tenang, tanpa harus menjadi beban orang lain. Namun takdir justru menjerat mereka dalam ikatan yang penuh luka. Bisakah Tesha bertahan di antara dinginnya penolakan? Dan mungkinkah kebencian perlahan berubah menjadi cinta?

Si paling tepati janji

Tessa buru-buru melepas pelukan Rajata, wajahnya memerah, gugup. Rajata langsung berdehem pelan, berusaha mencairkan suasana yang sempat kaku.

"Emmh Tadi... Tessa hampir jatuh, jadi gue reflek nangkep dia" katanya, setengah gugup, mencoba memberi penjelasan.

Carissa yang sejak tadi berdiri di ruang tengah, menatap keduanya dengan pandangan sinis.

"Lain kali jangan mesra-mesraan di ruang makan dong, nggak sopan banget" cetusnya sambil melewati mereka.

Ucapannya tajam, ia bahkan tidak menoleh. Langkahnya mantap menapaki anak tangga satu per satu, menuju kamarnya di lantai atas. Rambut panjangnya bergoyang ringan mengikuti gerak tubuhnya yang tegak dan dingin.

Renata tidak berkata sepatah kata pun. Tapi sorot matanya, yang singkat melirik Tessa dari ujung kepala hingga kaki, sudah cukup membuat suasana makin tidak nyaman.

Sementara itu, Reza hanya tersenyum kecil. Tak ada komentar, tak ada godaan. Ia hanya memandang keduanya dalam diam. Tapi di wajahnya, terpancar jelas ekspresi lega—seolah ada sedikit beban yang terangkat dari pundaknya, setelah menyaksikan kebersamaan anak lelakinya dan sang menantu.

"Semoga mereka tetap bersama... sampai maut memisahkan," batin Reza lirih, penuh harap.

Satu per satu penghuni rumah mulai menghilang ke kamar masing-masing, menyisakan keheningan di ruang makan yang tadi sempat tegang.

Tessa menyikut perut Rajata pelan, wajahnya kesal setengah malu.

"Gara-gara lo sih, bikin malu aja!" gerutunya sambil mendesis pelan.

Tanpa menunggu respons, Tessa langsung melangkah cepat ke arah kamarnya, masih sambil mengomel kecil.

Rajata menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal.

"Kok jadi gue sih yang disalahin," gumamnya pasrah,

Alih-alih ikut masuk ke kamar, Rajata melangkah santai menuju teras belakang. Ia menjatuhkan tubuh ke kursi malas, menunduk sebentar, lalu menghela napas panjang. Suara burung-burung di kejauhan menjadi latar yang kontras dengan pikirannya yang mulai kacau

Baru saja hendak memejamkan mata, ponselnya berbunyi. Getarnya pelan, tapi cukup mengganggu keheningan siang itu.

...KAUM REBAHAN...

Kalandra Madavhi

@Rajatakastara lo udah balik Jakarta kan?

Besok kita lawan Nusantara, coy. Kita butuh lo capt!!

^^^Rajata Kastara ^^^

^^^Aman!^^^

Tibra Sanjana

Iya lagi, mereka punya shooting guard nyebelin banget — si Jeremy, nomor punggung 10.

Aksatama Dikara

Itu yang rambut depannya dicat putih kan?

Turnamen bulan lalu dia nyetak 28 poin, semua dari perimeter. Gila sih.

Kalandra Madavhi

Tapi mereka tuh lemah di rebound. Kalo kita bisa kuasain paint area, kita punya peluang gede.

^^^Rajata Kastara^^^

^^^Berarti kuncinya jangan kehilangan ^^^

^^^momentum.^^^

^^^Kalau mereka ngebut duluan, kita bakal kesulitan ngejar.^^^

Tibra Sanjana

Gas dari awal aja. Jangan kasih mereka napas.

Besok kita bikin Jeremy diem.

Rajata menghela napas panjang, berat. Seolah ada beban besar yang menumpu dadanya. Biasanya, sehari sebelum pertandingan adalah momen paling ia tunggu. Jantungnya berdegup cepat, saat malan hari matanya sulit terpejam karena antusias, bukan cemas. Tapi hari ini... berbeda.

21:08

Setelah selesai makan malam, Rajata duduk menemani Reza di ruang tamu. Mereka membicarakan banyak hal—tentang pekerjaan, tentang pertandingan besok, hingga topik yang paling berat: pernikahannya dengan Tessa.

"Rajata, usahakan bisa terus pertahanin pernikahan ini, Pa!"ucap Rajata pelan, sedikit ragu atas ucapannya sendiri.

Reza menatap putranya, lalu mengangguk perlahan. "Papa berharap kamu bisa pegang ucapan kamu itu."

Awalnya, Rajata memang tidak menginginkan pernikahan ini. Bahkan, ia sempat menerima tawaran dari mamanya untuk mencari cara menceraikan Tessa secara perlahan—setelah semuanya terlihat membaik.

Tapi semua berubah sejak hari pemakaman kedua orang tuanya.

Melihat air mata Tessa jatuh tanpa henti. Wajah pucatnya hari itu masih tertancap jelas dipikirannya, bahkan hingga kini.

Menceraikan Tessa... artinya membiarkan perempuan manis itu hidup sendiri, tanpa arah, tanpa tempat berpulang.

Oh Rajata tidak sejahat itu kan?

Saat ia membuka pintu kamar, matanya langsung tertuju pada sosok Tessa yang sedang duduk di atas ranjang, sibuk memainkan ponselnya.

Ya... atas permintaan Rajata tadi pagi. Tessa akhirnya memutuskan menerima tawarannya untuk tidur seranjang. Setidaknya, tubuhnya bisa istirahat lebih baik ketimbang saat ia tidur di sofa. Walaupun tak pernah mengeluh, ia mulai kesakitan setiap bangun pagi.

"Dari mana?" tanya Tessa tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel.

"Dari ruang tengah. Sama Papa," jawab Rajata, meletakkan ponselnya di atas meja kecil di samping ranjang.

Saat hendak melangkah ke kamar mandi, Tessa bertanya, "Besok jadi dimasakin, kan?"

Pasalnya, sejak tadi sore Tessa sudah sibuk mencari menu yang cocok untuk Rajata—menu yang bisa bantu menjaga stamina sebelum tanding. Meski tak mengatakannya langsung, ia ingin Rajata tampil maksimal besok.

Rajata sempat diam sesaat. Lalu mengangguk pelan. "Iya."

Ia melangkah masuk ke kamar mandi, tapi langkahnya terhenti tiba-tiba. Saat mengingat sesuatu.

"Lo besok... tetap di rumah! Nggak usah liat gue!"

Nada suaranya berubah—lebih tinggi.

Tessa menoleh cepat. Matanya menyipit curiga. Ini... dia masih bahas soal Juna?

"Lho aku kan udah janjian" jawab tessa santai. Benarkan dia sudah janji sama temen-temennya.

"Batalin!!!" suara Rajata naik satu oktaf, terdengar seperti ultimatum.

"Nggak mau," jawab Tessa cepat, nada suaranya tak kalah tajam. "Lagian gue ke sana bukan cuma buat lihat lo. Gue mau dukung kampus gue juga."

Rajata berkacak pinggang. Matanya menatap tajam ke arah Tessa. "Kalau gitu... lo berangkat dan pulang sama gue! Titik!"

Tessa membuka mulut, hendak membalas—tapi belum sempat satu kata pun keluar, pintu kamar mandi sudah ditutup dengan keras.

Blam!!

Tessa mengedip cepat, nyaris tak percaya. Napasnya naik turun. "Nggak sopan banget ish!!" gumamnya kesal.

**

Pagi itu, Tessa sudah sibuk di dapur. Sesuai permintaan Rajata semalam, hari ini dia yang memasak. Tapi bukan hanya untuk Rajata—untuk semua orang di rumah.

Awalnya ia ragu. Tatapan Renata kemarin masih terbayang jelas. Tapi akhirnya, Tessa memantapkan hati. Masak saja. Mau dimakan syukur, nggak juga nggak papa.

Ia memilih menu yang cukup netral: udang asam manis dan sayur pokcoy tumis bawang putih—cukup aman di lidah siapa pun. Tapi untuk Rajata, dia menyiapkan yang berbeda. Khusus.

Dia ingat betul, hari ini Rajata akan bertanding. Staminanya harus terjaga. Maka ia memasak ayam panggang lemon—tanpa minyak berlebih, dibumbui ringan tapi meresap. Sebagai pelengkap, ia tumis bayam dan jagung manis untuk tambahan zat besi dan tenaga alami.

Saat Tessa sedang asyik mengaduk kuah sayur bayam di atas kompor, tiba-tiba terdengar langkah pelan di belakangnya. Ia menoleh—dan mendapati Renata sudah berdiri di ambang pintu dapur.

Renata berdiri di ambang pintu dapur, kedua tangannya menyilang di dada. Matanya menatap tajam ke arah Tessa yang sedang sibuk di depan kompor.

"Kamu ngapain di dapur saya?" tanyanya dingin, suaranya cukup untuk membuat aroma bawang yang sedang ditumis jadi terasa hambar.

Tessa menoleh pelan, tak langsung menjawab. Ia menarik napas pendek, lalu mencoba tersenyum kecil—walau gugup.

"Maaf, Ma... Rajata minta aku masak hari ini. Jadi aku cuma—pinjam dapurnya sebentar."

Renata melangkah makin dekat, suaranya kali ini terdengar lebih tajam.

"Kamu sengaja ya... sekarang mulai cari perhatian Rajata?"

Ia menyipitkan mata, menyapu pandangan dari kepala hingga kaki Tessa dengan tatapan sinis.

"Jangan senang dulu. Anak saya begitu karena dia merasa bertanggung jawab aja. Bukan karena dia mulai nerima kamu!"

Tessa tak menjawab. Ia hanya berdiri diam di depan kompor, tangannya menggenggam erat spatula itu seolah mencari kekuatan menghadapi Renata—mertuanya.

Begitu Renata pergi meninggalkannya sendiri di dapur, Tessa menghela napas panjang. Udara pagi terasa lebih berat dari biasanya.

'Huh!! Tanpa diingatkan pun aku tahu...' batinnya lirih.

Ya, semua ini cuma bentuk tanggung jawab. Bahkan kalau Rajata menceraikannya sekarang juga, dia siap. Malah mungkin itu lebih baik.

Ia mengecap air mata yang nyaris jatuh, menegakkan bahu, lalu kembali menyalakan api kompor. Tangannya melanjutkan gerakan memasak. Karena bagaimanapun juga—ia sudah berjanji akan menyiapkan makanan untuk Rajata hari ini.

Dan Tessa selalu menepati janji.

1
Azurre
baru juga bab 1 udah di kasih yang melow
Athena_25
maju mundur syantik,😂 kyk slogannya inces syahrini🤭
Athena_25
awas Tess cinta datang dari mata turun ke hati loh🤭
Dewi Ink
nah baru tahu rasa Lo rajata
drpiupou
hmmm pagi
🌹Widianingsih,💐♥️
bagian terakhir dimakan ini yang bikin aku meleleh, sedih banget sih /Cry//Cry/
IG : @dadan_kusuma89
Rejata masih punya perasaan juga ternyata
Muffin: Punya bang kan dia manusia haha
total 1 replies
HNP
🌹💐🌹🌹🌹
sjulerjn29
kasian ihh tessa
Rezqhi Amalia
smngat thor
Lonafx
Rajata keren😎 gtu dong jd laki-laki hrus tanggungjawab/Chuckle/
Muffin
Lebih ke nggaka sa tenaga buat marah jd balas dendam nya nnti aja haha
Muffin
Hahahha ganteng ya wakk. Awas udh milin tessa itu
SHanum
aku suka ceritanya,semoga Tessa secepatnya bisa meluluhkan hati mamer dan adek ipar nya
Muffin: Terimakasih kak. Temani mereka sampai happy ending yaaa
total 1 replies
SHanum
ku bayangin wajah bu Renata pasti dia sngat seneng melihat pemandangan itu/Facepalm/
SHanum
kalau ga ada senyumnya Rajata, aku ga mau komen ini/Facepalm//Facepalm/
SHanum
panas panas panas 💃💃🤣
SHanum
ketemu temen nih keknya
SHanum
Ya Allah ujiannya harius berperang dgn batin /Sob/
mau cerita ke siapa org tua sdh ga ada apalagi saudara
SHanum
sepertinya body ku ga jauh beda sama Tessa/Facepalm//Facepalm/
SHanum: takut sama ibu Renata/Facepalm/
Muffin: Awas nnti rajata keliru hihi
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!