Serra gadis 24 tahun harus menerima takdirnya menikah dengan seorang pria yang bernama Damar. Tetapi tidak pernah di anggap sebagai istri. Tinggal bersama mertua dan juga adik ipar yang ternyata selama pernikahan Serra hanya dimanfaatkan untuk menjadi pelayan di rumah itu.
Hatinya semakin hancur mengetahui perselingkuhan suaminya dengan sepupu sang suami yang juga tinggal di rumah yang sama dengannya. Segala usaha telah dia lakukan agar keluarga suaminya bisa berpihak kepadanya. Tetapi di saat membongkar hubungan itu dan justru dia yang disalahkan.
Serra merasa sudah cukup dengan semua penderitaan yang dia dapatkan selama pernikahan, Akhirnya memutuskan untuk membalas secara impas semuanya dengan menggunakan Askara paman dari suaminya yang bersedia membantunya memberi pelajaran kepada orang-orang yang hanya memanfaatkannya.
Jangan lupa untuk terus baca dari bab 1 sampai akhir agar mengetahui ceritanya.
follow ainuncefeniss.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonecis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 16 Tidak Ada Yang Peduli.
"Kalau sudah urusan uang saja kamu langsung banyak bicara," sahut Niken kesal.
"Serra juga membicarakan tentang uang Serra yang seharusnya memang ada. Maka dari itu Serra bertanya kepada Mama. Adik-adik Serra juga membutuhkan uang untuk sekolah dan juga pengobatan Mama," ucap Serra.
"Lalu bagaimana jika saya tidak memberikan uang itu hah. Kamu minta saja sama Damar dia suami kamu. Saya juga sudah malas mengurus keluarga kamu, kamu saja tidak beres di rumah ini," ucap Niken
"Serra tidak mungkin meminta kepada Mas Damar. Mama tahu sendiri jawabannya dan lagi pula Papa memberikan semua wewenang itu kepada Mama untuk mengaturnya. Serra juga tidak meminta lebih dan hanya meminta hak Serra dan semua ini untuk keluarga Serra!" tegas Saya.
"Saya tidak akan memberikannya. Saya tidak memiliki uang," jawab Niken yang membuat Serra kaget.
"Mama kenapa mengatakan hal seperti itu?"
"Suka-suka saya mau memberikan uang kepada keluarga kamu atau tidak dan itu hak saya. Mau saya atau tidak mengelola atau tidak. Jadi kamu jangan mengatur saya dan urus saja pekerjaan kamu!" tegas Niken.
"Tetapi keluarga Serra sangat butuh uang dan Serra juga tidak tahu harus mencari di mana," sahut Serra dengan wajahnya yang mulai panik.
"Kamu kerja dong! Biar kamu tahu cari uang itu susah dan bukan hanya asal terima saja. Kamu juga suruh keluarga kamu untuk kerja, mereka juga masih sehat," sahut Niken.
Serra menarik nafas panjang dan membuang perlahan ke depan, dia sudah tidak tahu lagi harus mengatakan apa kepada Ibu mertuanya itu yang dia khawatirkan sekarang keluarganya yang tidak memiliki uang dan sementara kesulitan ekonomi di keluarga mereka benar-benar sangat banyak.
"Sudah sana kamu keluar dari kamar saya. Kepala saya tambah sakit memikirkan kamu, awas saja jika kamu melakukan semua kesalahan lagi, saya akan memberi kamu pelajaran!" tegas Niken.
"Jadi Mama tidak akan memberikan uang itu?" tanya Serra memastikan.
"Saya sudah mengatakan tidak dan maka tidak," jawab Niken.
"Sudah sana keluar!" usir Niken yang memaksa Serra dan bahkan mendorong Sera sampai keluar dari kamarnya dan kemudian dia menutup pintu kamar itu.
"Jika uang yang aku harapkan sudah tidak ada. Lalu untuk apa aku melakukan semuanya," ucap Serra dengan memejamkan mata dan menyibak rambutnya ke belakang yang terlihat sangat frustasi.
"Ma buka pintunya!" Serra yang ternyata masih berusaha agar mendapatkan uang dari Niken.
"Ma Serra mohon jangan perlakukan Serra seperti ini. Keluarga Serra juga butuh makan, Serra juga meminta hak Serra bukan meminta secara gratis tanpa sebab," Serra sangat berharap apa yang dia katakan didengar Niken.
Ternyata suara Serra hanya sia-sia saja berteriak sejak tadi yang tidak dipedulikan Niken. Serra tampak pasrah dengan keputusan Niken yang tidak memberikan uang kepada keluarganya yang merupakan itu adalah haknya.
Serra kaget saat membalikkan tubuh yang ternyata ada Askara di depannya dan tidak tahu sejak kapan pria itu sudah ada di sana.
"Tu-tuan!" ucapnya terbata.
"Kamu pikir rumah ini hutan yang sejak tadi suara kamu kedengaran sampai ke mana-mana hah!" tegur Askara.
"Maaf tuan! Saya tidak bermaksud membuat kegaduhan di rumah ini," ucap Serra menundukkan kepala.
"Lalu kenapa kamu teriak-teriak?" tanya Askara.
Serra terdiam yang sepertinya merasa tidak mungkin menceritakan kepada Askara tentang apa yang dialaminya saat ini. Serra merasa hal itu adalah urusannya dengan keluarga suaminya.
"Giliran di tanya malah diam!" ucap Askara.
Dratt-drattt-drattt.
Serra melihat ponselnya yang sejak tadi dia genggam yang bergetar membuatnya melihat panggilan masuk.
"Maaf tuan," ucap Serra yang langsung berlalu dari hadapan Askara. Dia berdiri sekitar beberapa meter dari tempat Askara yang mengangkat panggilan telepon tersebut.
"Ada apa Rara?" tanya Serra.
"Apah!" pekik Serra yang terlihat tampak terkejut yang membuat Askara juga melihat serius ke arah Serra.
"Baiklah kalau begitu Kakak akan segera pulang," ucap Serra yang terlihat cemas yang langsung mematikan panggilan telepon tersebut.
Serra bahkan tidak mengatakan apa-apa kepada Askara yang langsung pergi begitu saja.
"Ada apa dengannya!" batin Askara penasaran dengan melihat tingkah Serra yang tiba-tiba saja seperti itu.
Askara yang ternyata menyusul Serra dengan berjalan cepat sampai keluar rumah ternyata lari Serra begitu sangat kencang sampai Askara tidak bisa menyusul Serra.
"Mau kemana dia sebenarnya?" tanyanya dengan sangat penasaran
*****
Rumah sakit.
Serra yang ternyata langsung ke rumah sakit ketika mendapat kabar dari adiknya bahwa ibunya mengalami insiden.
"Rara bagaimana keadaan Mama?" tanya Serra menghampiri gadis 17 tahun itu yang berada di depan ruang UGD.
"Dokter masih memeriksa Mama," jawab Rara.
"Apa yang terjadi sebenarnya?"
"Kenapa tiba-tiba Mama bisa di larikan kerumah sakit?" tanya Serra semakin panik.
"Seperti apa yang Rara katakan tadi saat di telpon. Mama jatuh di kamar mandi dan setelah itu tidak sadarkan diri lagi, sudah begitu ada juga darah yang keluar dari kepala Mama," jelas Rara dengan suara bergetar saat menceritakan kronologis itu.
"Ya Allah ada apa lagi ini!" lirih Serra yang benar-benar panik.
"Lalu Roni mana?" tanya Serra yang tidak melihat satu lagi adiknya.
"Kak Roni akan menyusul," jawab Rara.
"Apa saat kejadian Roni tidak ada di rumah?" tanya Serra memastikan.
Rara yang tidak langsung menjawab pertanyaan itu dan malah terlihat gugup.
"Rara kamu kenapa diam?"
"Memang kemana Roni sampai malam hari tidak kelihatan?" tanya Serra lagi yang mendesak adiknya itu untuk menjawab pertanyaannya.
Tetapi Dokter akhirnya keluar dari ruang UGD yang membuat Serra langsung menghampiri pria berbaju putih.
"Dokter bagaimana keadaan Mama saya?" tanya Serra.
"Kondisi ibu Widya saat ini masih kritis, beliau mengalami pendarahan otak yang cukup parah," jawab Dokter yang membuat Serra dan Rara kaget.
"Mama...." lirih Rara.
"Dokter terus bagaimana keadaan Mama. Mama akan sembuh bukan? Kapan Mama saya akan sadar?" tanya Serra.
"Untuk menyelamatkan beliau, kami akan melakukan operasi," jawab Dokter.
"Kalau begitu lakukan secepatnya Dokter," ucap Serra.
"Kami pasti akan melakukannya dan untuk itu. Bu Serra bisa mengurus administrasi dan semua persetujuan prosedur untuk operasi," ucap Dokter memberi arahan.
"Baiklah Dokter, kalau begitu saya akan mengurus semua berkas-berkasnya dan saya mohon tolong sembuhkan Mama saya," ucap Serra.
"Kami hanya sebagai dokter dan kembali lagi semua kita serahkan kepada yang maha kuasa. Tetapi kami akan berusaha semaksimal mungkin untuk kondisi ibu Anda," jawab Dokter yang memang tidak bisa berjanji apapun.
"Baiklah kalau begitu saya permisi dulu dan silahkan diurus semua prosedurnya," ucap Dokter pamit.
"Iya Dokter! Sekali lagi terima kasih," jawab Serra dan Dokter tersebut langsung meninggalkan Serra dan juga Rara.
"Kak apa Mama akan baik-baik saja?" tanya Rara yang sejak tadi juga tidak kalah khawatir akan kondisi ibunya.
"Kita doakan saja semoga Mama cepat sadar tidak terjadi apapun pada Mama dan operasinya berjalan dengan lancar. Kamu tunggu di sini saja dan kakak akan mengurus semua prosedur agar operasi Mama cepat dilaksanakan," ucap Serra.
"Iya. Kakak jangan lama-lama," sahut Rara.
"Kakak akan secepatnya menyelesaikannya. Kamu juga langsung cepat hubungi Roni dan suruh menyusul ke rumah sakit!" tegas Serra yang membuat Rara menganggukkan kepala. Serra yang tidak bicara apa-apa lagi dengan adiknya itu dan langsung pergi.
Bersambung.....