Setelah Di Khianati Sahabat Dan Kekasih

"Ibu kenapa?" tanya Pak Hasan melihat Bu Sekar begitu masuk ke rumah langsung meletakkan kain yang di angkat lalu setelah nya menutup pintu rapat.

"Tadi ada orang asing diluar, dia tanya kenapa Ibu tidak datang ke undangan Pak Kades, Ibu bilang saja yang sebenernya bahwa kita tidak di undang. Wajahnya terlihat tidak percaya sama perkataan Ibu. Ibu rasa anak muda tadi itu adalah tamu undangan yang datang dari jauh. Soalnya perawakan tubuh nya tinggi tegap, wajahnya tampan, ganteng pokoknya kayak artis artis di film luar negeri, mungkin dia temen Rakha," jelas Bu Sekar.

"Sudah. Ibu jangan bahas bahas pesta itu lagi apalagi bahas nama si Rakha, Ayah sudah tidak ingin mendengar apa apa lagi tentang mereka," balas Pak Hasan dengan tarikan nafas dalam. Wajahnya penuh dengan kekecewaan mendalam.

***

"Kamu nangis?"

"Enggak, aku gak nangis." Jemima berucap dengan kedua tangan menghapus cepat sisa sisa air mata di mata serta di pipinya.

Setelah itu dengan cepat ia memakai sandalnya lalu berlari menghindari Dixon. Dia berlari cukup cepat.

"Eh ... Tunggu!" Dixon tidak menyangka Jemima akan kabur.

Awalnya Dixon ingin mengejar langkah kaki Jemima, namun ia malah salah fokus pada sesuatu yang ada di rerumputan tepi danau, sesuatu tergeletak begitu saja. Dixon meraih benda itu.

"Diary ini pasti milik wanita aneh tadi. Aku harus mengejarnya," gumam Dixon dengan tangan memegang diary bersampul biru muda. Lalu ia mulai berlari menyusul langkah kaki Jemima.

Dixon sedikit ngos-ngosan.

"Wow, baru kali ini gue ngejar cewek. Dan baru kali ini juga ada cewek yang tidak terpesona dengan ketampanan ku. Dasar aneh!" gumam Dixon sembari mengatur tarikan nafasnya.

"Larinya cepat juga ternyata," lirih Dixon lagi saat melihat Jemima sudah masuk ke dalam rumah. Dixon menghentikan langkahnya tepat dipinggir jalan depan rumah Jemima.

Bertepatan dengan itu, ada salah satu warga lewat.

Dixon bertanya pada sang warga.

"Bu, maaf mengganggu. Kalau boleh saya tahu ini rumah siapa ya, dan kenapa keluarga ini tidak di undang oleh Pak Kades?" selidik Dixon. Insting nya mengatakan ada yang tidak beres.

"Oh ... Ini rumah Pak Hasan sama Bu Sekar. Mereka memang tidak di undang, kata warga sih cuma keluarga mereka saja yang tidak di undang oleh Pak Kades, karena Jemima kan pernah pacaran sama Rakha, dan Rara juga sahabat Jemima, hubungan mereka lagi gak baik baik saja," jelas seorang ibu ibu yang menggendong anak balita nya, dia tampak kerepotan karena anaknya sudah mulai rewel.

"Jemima?" ulang Dixon dengan alis hampir bertautan.

"Iya, nama anak Pak Hasan dan Bu Sekar kan Jemima. Bukan rahasia umum lagi sih, semua warga desa juga tau Jemima pernah pacaran selama lima tahun dengan Rakha, eh ... Tau tau nya waktu pulang dari kota Rakha malah memutuskan hubungan nya dengan Jemima, Rakha lebih memilih Rara. Rara dan Jemima adalah sahabat deket. Karena itu sekarang keluarga Pak Hasan tidak di undang, nanti kalau di undang takutnya Jemima malah datang dan merusak suasana pesta, takutnya Jemima nangis darah karena di tinggal nikah mantan kekasih dan sahabatnya," jelas sang ibu. Lalu ia melanjutkan langkah.

Dixon diam mencerna penjelasan sang ibu, dan akhirnya dia dapat menyimpulkan.

"Mungkin maksudnya Rakha dan istri nya sudah mengkhianati Jemima," batin Dixon mengangguk mengerti.

Tangannya masih memegang diary.

"Antar, tidak, antar, tidak, antar, ti ..." Dixon berbicara sendiri.

Tiba tiba ponsel nya yang ada di saku celana berdering menandakan ada panggilan masuk. Dengan segera ia mengangkat panggilan tersebut.

"Iya, Ma."

"Dixon, pulang sekarang juga. Papa masuk rumah sakit. Dia terus mengigau menyebut namamu."

"Baiklah, aku akan segera pulang." Dixon memtuskan panggilan, lalu sedikit berlari ia menuju rumah pak kades, ia akan mengabari para bodyguard serta mengambil mobilnya setelah itu ia akan langsung kembali ke Jakarta.

Diary bersampul biru masih terus ia pegang dengan erat, saat sudah sampai di mobilnya, di letakkan nya diary itu di dasbor mobil.

Tanpa membuang-buang waktu, setelah berpamitan pada Pak Kades dan yang lainnya, ia langsung berangkat.

Bersambung.