NovelToon NovelToon
Ipar Yang Dirindukan

Ipar Yang Dirindukan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Selingkuh / Diam-Diam Cinta / Mengubah Takdir / Romansa
Popularitas:6.6k
Nilai: 5
Nama Author: Pena Ryn

Naura (22 tahun), seorang ipar yang justru begitu dekat dengan keponakannya, yakni Maryam.
Maryam kerap mengatakan pada Zayad (30 tahun) ayahnya, jika dirinya ingin memiliki seorang ibu. Pertanyaan yang aneh bagi Zayad, sebab Maryam jelas memiliki ibu yang masih hidup bersamanya. Namun Maryam selalu menjawab, "Mama tidak sayang Maryam, Papa."
Salma (27 tahun), istri Zayad dan seorang wanita karir. Kehidupannya full menjadikan karir nomor satu baginya. Salma menyuruh Naura untuk menjaga puterinya selama ini. Namun bagi Salma, Naura layaknya seseorang yang bisa ia atur-atur sesuka hatinya. Sebab, Naura terlahir dari istri kedua ayah Salma.
Kehidupan Naura selama ini, ternyata penuh akan air mata. "Aku tidak meminta untuk dilahirkan dalam situasi seperti ini. Tapi mendiang ibuku selalu bilang, agar aku tetap menjadi orang yang baik." lirih Naura dengan air matanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pena Ryn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 22

* * *

Keduanya duduk di sofa ruangan santai keluarga. Naura menghidangkan minuman teh hangat dan cemilan roti di atas meja untuk sang suami, juga untuk dirinya. Zayad tersenyum lembut, ini kali pertama ia di hidangkan seperti ini oleh Naura. Pria itu pun meraih teh tersebut, mengucapkan Bismillah kemudian meminumnya sedikit.

Zayad memejamkan matanya dan tersenyum, "Teh buatan istri itu, ternyata rasanya nikmat sekali. MasyaAllah."

Naura justru tertegun, "Kamu, belum pernah dibuatkan minum sama kak Salma, Mas?"

Zayad tersenyum getir, "Ini dia, baru pertama kali dibuatkan istriku." jawabnya mengangkat sedikit gelas teh tersebut.

Naura menatap Zayad dengan sendu, ia menghela nafas berat, "Aku nggak sangka, kak Salma seperti itu."

Zayad meletakkan gelas itu di atas meja kembali, ia menggenggam satu tangan Naura, "Dan sekarang, aku rasanya hanya mau bilang, jika istriku itu hanya kamu seorang, Naura. Entah kenapa, aku tidak bisa menyebutkan Salma istriku juga."

Zayad kini menatap Naura dengan lekat, "Aku janji, secepatnya akan menyudahi hubunganku dengan Salma. Lalu, aku akan mendaftarkan pernikahan kita agar sah di mata negara. Kamu akan aku kenalkan pada seluruh keluargaku, aku akan jujur pada mereka."

Mata Naura berkaca-kaca, ia menarik nafas yang dalam dan kedua tangannya menggenggam erat tangan Zayad. Seperti mencari ketenangan, memang benar menyentuh langsung tangan pria itu membuat hatinya seketika merasa lebih tentram.

"Mas, apa aku jahat jika melakukan ini? Tetapi, aku merasa hubungan kalian memang tidak bisa di selamatkan lagi. Karena kak Salma udah keterlaluan, mas."

Alis Zayad bertaut, "Aku penasaran, ada apa sebenarnya?"

Naura menatap lekat-lekat sang suami dengan masih menggenggam tangan Zayad, "Mas, demi Allah, aku mengatakan ini dengan jujur. Tidak ada kebohongan sama sekali. Dan aku memang mau menikah dengan kamu, juga salah satunya karena alasan ini. Memang, aku juga suka dan cinta sama mas Zayad, namun ada hal lain yang membuatku harus memilikimu, mas. Agar aku dan kamu bisa berdiri bersama melawan mereka."

Zayad semakin dilanda penasaran, tatapannya penuh akan pertanyaan dan ia sabar menunggu setiap penuturan Naura. Wanita itu menelan ludah kasar, "Mas, sekitar semingguan yang lalu, aku melihat kak Salma dengan seorang pria. Pria yang aku kenal, entah pun mas Zayad juga kenal. Namanya Brian, aku kenal karena dia juga datang dipernikahan kalian. Saat ada teman kantor kak Salma main ke rumah, Brian juga ada."

"Brian?" tanya Zayad dengan kening yang mengkerut.

Naura mengangguk, "Ya, Mas. Pria itu Brian, mereka jalan bersama tepat di depan mataku. Dan mereka..Astagfirullah, mereka sampai—"

"Mereka berselingkuh?" tanya Zayad menebak.

Mata Naura membulat, air mata wanita itu seketika mengalir. Naura pun mengangguk, "Benar, mas. Mereka selingkuh, aku lihat sendiri malam itu. Aku tegur langsung juga, mas. Karena aku merasa jelas itu salah, kalau aku diam..bisa jadi dosa sama aku. Apalagi kak Salma itu adalah kakakku, dan ibunya Maryam. Kakak tahu sendiri, aku sangat sayang sama Maryam."

Zayad seketika gelisah, "Kamu tegur mereka langsung, artinya mereka tahu jika kamu mengetahui rahasia mereka, kamu aman sayang?"

Naura mengangguk, "Alhamdulillah, sampai saat ini aku aman. Tapi memang, aku takut sekali, Mas!"

"Pasti mereka terus mengancammu! Atau kamu sampai sakit kemarin, karena mereka?" ujar Zayad dengan rahang yang mengeras.

Naura menggenggam kuat tangan Zayad, "Memang benar, tapi mereka hanya memberi tekanan dengan mengancamku, Mas. Mereka sangat mengerikan, bisa di bilang mereka jahat, Mas! Aku udah bilang ke kak Salma agat dia stop. Tapi dia justru menertawakan aku, katanya aku bodoh dan udik. Tidak seperti orang zaman sekarang. Memang Mas, aku tahu betul seperti apa sifat kak Salma. Bagaimana pun, kami lama tinggal bersama."

Zayad menangkup pipi sang istri dengan khawatir, "Mereka nggak melukai kamu, kan?"

Naura menggeleng sendu, "Brian sempat mengancamku, daguku dia sentuh. Dia berkata hal yang melecehkan."

Zayad seketika emosi, nafasnya memburu dan Naura semakin memeluk tangan suaminya tersebut, "Tenang, Mas. Kita nggak boleh gegabah, mereka bukan orang sembarangan. Bahkan, aku di ancam akan di penjarakan. Mereka bisa melakukannya, Mas."

"Nau'dzubillah min dzalik, Salma keterlaluan! Itu kenapa hatiku memang tidak bisa tentram dengan dia. Ternyata ini jawabannya, dia wanita yang salah untuk kunikahi. Dan itu tadi, ini akan sulit karena Salma mendapatkan dukungan penuh dari orang tuaku. Orang tuaku belum tahu bagaimana aslinya dia."

"Mas harus punya senjata untuk mengalahkan mereka. Kak Salma itu pengidap NPD, Mas. Dia akan memposisikan dirinya sebagai korban di depan banyak orang. Jangan sampai kita kena jebakannya, Mas. Hati-hati sama setiap kata-kata dan tindakannya."

Zayad mengangguk, "Kamu benar, sayang. Itulah yang terjadi, saat Maryam sampai sakit waktu itu. Orang tuaku langsung datang dan memarahiku habis-habisan, dia mencari pendukung, dan langsung merasa jika dia adalah korban."

Naura mengangguk, kini ia pun juga harus mengatakan fakta yang lain pada Zayad, "Dan kak Salma, ternyata bukan puteri kandung mendiang ayahku, Mas. Astagfirullah, ibu..ibu Zizah—"

Zayad menutup mulut sang istri, dengan satu jari telunjuknya ia sentuh ke bibir Naura, "Aku paham, jangan dilanjutkan. Baiklah, setidaknya kita jadi mengerti."

"Seperti masa lalu, yang terulang kembali." lirih Naura teringat jika dirinya saat ini pun jadi istri kedua.

Zayad menatap sang istri dengan lembut, ia membelai pipi Naura, "Kamu, akan menjadi satu-satunya sebentar lagi. Percayakan semua sama aku. Aku akan mencari cara, mengumpulkan dulu semua bukti kelakuan Salma dan Brian. Sekarang aku jadi mencurigai banyak hal, entah pun bukan hanya itu kelakuan jahat mereka."

Naura mengangguk, "Mas harus tetap hati-hati. Jangan sampai ketahuan."

"Iya, sayang. Kamu tenang saja."

* * *

"Kamu malam ini sendirian di rumah ini, nggak takut, kan?" tanya Zayad.

Naura tersenyum menggeleng, "Aku nggak takut, biasa di rumah sendirian."

"Telepon aku jika butuh sesuatu."

"Hm, baiklah Mas."

Dua insan ini masih duduk santai, setelah deep talk serius tadi. Naura menyandarkan kepalanya di sebelah bahu Zayad. Keduanya saling bergenggaman tangan sembari menonton televisi.

"Tapi aku sedih, ingin bawa Maryam kesini." ujar Zayad.

Naura kembali tersenyum, "Hari minggu bisa, Mas. Aku nggak apa-apa kok, kalau hanya satu minggu sekali ketemu kamu dan Maryam, Mas. Aku akan bersabar, nanti suatu saat pasti kita bisa bersama-sama setiap hari."

Zayad menatap sang istri, ia tersenyum lembut dan mencium pipi Naura. Naura tersipu dengan malu, ia jadi teringat akan sesuatu.

"Mas, maaf..aku lupa. Bukankah seharusnya kita—"

Zayad menahan senyum, "Seharusnya apa?"

Mata Naura terlihat gelisah, pikirannya masih polos dan lucu bagi Zayad. "Itu, Mas. Maksudnya, suami istri itukan harus—"

Zayad tertawa kecil, ia mencubit gemas hidung Naura, "Kamu baru juga sembuh, aku nggak akan minta sekarang. Istirahat saja dulu beberapa hari ini, sebelum kamu masuk kerja. Lusa masuk kerja, kan? Dan langsung berikan surat resign kamu."

Seketika mata Naura membulat, "Tapi Mas—"

"Itu perintah suami, tidak bisa di ganggu gugat. Aku mau kamu nggak perlu bekerja, lagipula aku pun khawatir Salma dan Brian menemui kamu lagi. Sudah cocok di rumah ini dulu, sembunyi disini saja."

Naura tersenyum haru dan mengangguk, dua insan pun berpelukan dengan hangat.

"Aku lega, Mas. Lega sekali sekarang. Hatiku tiba-tiba merasa sangat tenang."

"Hm, jangan khawatirkan apapun. Serahkan semuanya sama Allah, dan aku akan mencari cara agar kita berdua tetap aman."

"Iya, Mas. Alhamdulillah."

"Alhamdulillah."

* * *

1
Hafizah Aressha R
lnjut k
Blu Lovfres
ok sampai ketemu di Turki ya
bawa seblak untuk bekalnya, naoura 🤭🤭
Next thor
Blu Lovfres
Next thor,
tingal nunggu si salma jadi .ubi gosong
🤣😅😁😂
Pena Ryn: Wkwkwk harus itu
total 1 replies
Hafizah Aressha R
la keren dan gantengan zayn dri od zayad y..
Pena Ryn: Sadboy slalu lebih ganteng ya kak /Smile/
total 1 replies
Reni Anjarwani
lanjut
Alif
oon coba pura2 gk tau dan kamu rekam aja kn kamu jd aman, malah sok menasehati nanti klo ketahuan suaminya sendiri kan kamu gk di tuduh
Blu Lovfres: terlalu lebay peranan. Zayed dn nora.🤣😅😁😂orang baik dn lebay jadi badud
baik boleh tapi jangan jadi, orang tolol atw jadi robot seolah kuat ,dn menerima apapun
total 1 replies
Alif
lagian cerita ini bagus tp agak janggal, masak ya ibuknya gk pnya rumah lah sblmnya mereka tinggal di mana, kok se akan2 cm dititipin doang gk ada kisah atau cerita apa selanjutnya
Sumiati Alvia: kak udah ada cerita bahwa saudara saudara dari ibuk nya gak ada yg mau terima dia
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!