TEMANKU ADALAH SUAMIKU

Airin dan Adrian sudah selesai bersiap untuk hadir di pesta ulang tahun Vina. Warna hitam menjadi warna pilihan Airin untuk gaun yang dipakainya malam itu dan Adrian juga memilih warna yang sama untuk setelan kasualnya. Airin menyemprotkan parfum untuk sentuhan terakhir. Tidak lupa Adrian yang juga menyempurnakan penampilan Airin dengan set perhiasan yang sudah ia beli sebelumnya.

Airin terperangah, ia tidak menyangka Adrian memberikannya kejutan. Adrian langsung mengeksekusi, ia pasangkan kalung berlian nan mengkilau itu untuk menghiasi leher jenjang istrinya. Tidak lupa dengan sepasang anting dan gelang yang senada.

"Uh, pacar gue makin cantik." Adrian mengecup punggung tangan Airin penuh sayang,

"Tapi Adrian, aku nggak kasih kamu apa-apa?."

"Lo cukup kasih cinta dan sayang lo ke gue."

"Hehehe, mulai deh."

"Yuk." Adrian menyiku lengannya, ia beri kode pada Airin untuk menggandeng lengannya itu.

Hampir tiga puluh menit perjalanan, mereka berdua sudah tiba ditempat acara, dirumah Vina. Sekali lagi Adrian memastikan penampilan Airin malam itu, ia rapihkan anak rambut Airin yang sedikit berantakan. Begitu pun Airin yang bergantian merapihkan rambut Adrian.

"Kamu ganteng banget."

"Jelas, suami siapa dulu?."

"Pacar, bukan suami."

"Enak aja? Gue suami lo."

"Lho, bukannya kamu nembak aku tadi?."

"Iya, iya. Terserah tuan puteri, deh."

Keduanya memasuki rumah Vina. Pasangan pengantin muda itu cukup menarik banyak pasang mata diacara tersebut. Tidak perlu bergandengan tangan, orang-orang disana bisa melihat jelas hubungan dekat yang terjalin antara Airin dan Adrian. Termasuk Vina yang saat itu sedang berdiri diatas panggung kecil, turun untuk menghampiri mereka yang mampu merebut perhatian orang-orang darinya.

"Adrian? Kamu ganteng banget, lho?." Vina hendak mengusap pipi Adrian, namun laki-laki itu menepis tangannya perlahan.

"Hehe, sorry. Kalian dateng bareng?." Pertanyaan Vina hanya dibalas anggukan Adrian

"Ya, seperti dugaan aku, Airin lagi berusaha deketin Adrian."

"Hay, Airin?". Ibunda Vina datang, ia menyambut Airin penuh hangat. Keduanya berpelukan sejenak.

Sesaat kemudian Vina memperkenalkan Adrian pada sang Ibunda, "Ini Adrian, Ma. Gebetan Vina yang sering Vina ceritain."

Pernyataan Vina membuat Adrian terkejut bukan main. Sementara Airin, ia sudah menyangka hal ini akan terjadi pada Vina.

Diacara itu Airin dan Adrian berpisah. Airin bersama teman perempuannya begitu pun Adrian bersama teman-temannya. Sementara Vina, ia terlihat diatas panggung karena acara sudah dimulai. Vina menyampaikan sambutannya ditemani seorang pembawa acara diatas sana.

Malam itu rangkaian demi rangkaian acara berjalan lancar. Vina pun telah meniup lilin dan memotong kuenya. Semua masih berjalan mulus sampai Vina melakukan sesuatu hal yang membuat semua orang penasaran. Vina mengambil microphone dan berjalan menuruni panggung.

Semua pasang mata terdiam, mereka semua memperhatikan Vina yang berjalan menuju segerombol teman-teman Adrian. Ya, Adrian tentu berada disana. Laki-laki itu juga dibuat heran. Apa yang akan Vina lakukan?.

Mendadak, teman-teman Adrian dibuat heboh saat Vina meraih tangan Adrian. Semua orang pun ikut dalam keramaian, ada yang bersorak dan menjerit. Adrian mencoba menarik tangannya, namun Vina menggenggam erat dan, ya, tidak ada lagi yang bisa Adrian lakukan.

Sementara Airin, ia sudah membayangkan ini sebelumnya. Ia tahu kalau suatu saat nanti Vina akan menyatakan perasaannya pada Adrian. Tetapi, apakah ini saatnya? Didepan semua orang? Oh, Airin dibuat ketakutan, bagaimana jika Adrian menerima pernyataan cinta Vina? Bagaimana jika Adrian melakukan itu karena tidak ingin mempermalukan Vina didepan keluarga dan teman-temannya?

"Adrian? Malam ini, aku mau ungkapin semuanya ke kamu..."

"Sebenarnya aku suka sama kamu, aku jatuh cinta sama kamu sejak pandangan pertama."

Satu kalimat dari Vina semakin membuat heboh orang-orang disana. Namun Adrian, ia tidak mau lagi mendengarkannya. Mata Adrian teralihkan, ia menatap Airin yang juga sedang menatapnya. Meski jarak mereka cukup jauh, Adrian melihat jelas mata Airin berkaca-kaca. Tidak, ia tidak mau menyakiti istrinya, ia baru saja memulai awal baru dengannya. Ia hanya akan mencintai Airin, bukan orang lain.

"Adrian? Kamu mau nggak jadi pacar aku?."

Dang! Kalimat yang tidak ingin Airin dengar akhirnya diucapkan oleh Vina. Air matanya lolos seketika. Airin menunduk, kedua tangannya mencengkram kuat bagian bawah dari gaun yang ia pakai. Ia tidak suka situasi seperti ini, berbanding terbalik dengan orang-orang yang bersorak, mendesak Adrian untuk menerima cinta Vina.

Dengan keputusan mantap, Adrian mengambil microphone yang ada ditangan Vina, gadis itu pun tersenyum riang. Sebab ia sangat percaya diri dengan jawaban Adrian.

"Nggak. Gue nggak bisa jadi pacar lo." Ucap Adrian dengan tegas,

Ucapannya itu telah membungkam semua orang. Semua saling melempar pandangan dan berbisik tentangnya. Suasana hening seketika selama beberapa detik,

"Ad...Adrian?." Vina mulai menangis terisak, "Kamu...tega sama aku?."

Adrian tidak bergeming, tatapannya beralih ke tempat posisi Airin berdiri, namun ia tidak menemukan keberadaan Airin disana. Tidak memperdulikan tangisan Vina, Adrian pergi menyusul Airin yang pergi entah kemana. Vina pun menyusul setelah mendapat dukungan dari teman-temannya, ia tidak bisa melepas Adrian begitu saja. Ia tidak boleh menyerah secepat ini.

"Adrian!." Vina berhasil mencegah langkahnya, ia hadang Adrian dengan kedua tangannya

"Kamu jelasin dulu, kenapa kamu nolak aku?."

"Ck, lo bukan anak kecil, Vin? Lo pasti tau alasan gue."

"Apa? Kamu nggak punya perasaan apa-apa ke aku?..."

"Kita kenal udah berbulan-bulan, nggak mungkin kamu nggak punya perasaan lebih ke aku?."

"Oh, ya? Apa seharusnya gue punya perasaan itu ke lo?..."

"Ini, lo liat, gue udah menikah." Adrian menunjukkan tangannya yang tersemat cincin di jari manisnya. Rasanya sudah tidak tahan lagi menyembunyikan hal sebesar ini kepada Vina yang terus mengharapkan cintanya.

"Adrian? Kamu-"

"Ya. Gue udah menikah, gue udah punya istri..."

"Jadi stop berharap lebih, gue cuma anggap lo teman."

"Tapi, Adrian, siapa istri kamu?." Pertanyaan Vina tidak berbalas karena Adrian pergi begitu saja. Vina hanya bisa menjerit kesal, ia mengacak-acak rambutnya frustasi.

"Airin, lo dimana, Sayang?."

Adrian menyusuri jalanan komplek untuk mencari keberadaan Airin. Panik rasanya istrinya menghilang seperti ini. Beruntung ada security yang sedang berkeliling, Adrian sempatkan untuk bertanya.

"Oh, tadi saya lihat ada cewek duduk sendirian, di trotoar, di belakang mobil itu." Ucap security sambil menunjuk ke sebuah arah

Tanpa berlama-lama Adrian berlari kearah yang dimaksud. Benar saja itu Airin, istrinya sedang menangis disana. Airin yang terkejut dengan kedatangan Adrian, segera bangun dari duduknya.

Cup, Adrian mencium bibir Airin tanpa permisi, tangannya pun melingkar erat dipinggangnya.

Airin tersentak, sulit rasanya mencerna tindakan Adrian yang sangat tiba-tiba ini. Sesaat kemudian, satu tangan Adrian beralih menekan tengkuk Airin untuk mempedalam ciuman mereka. Adrian menuntun Airin dengan baik, menuntunnya kepada ciuman yang semakin lama semakin dalam dan terasa panas. Ciuman pertama mereka yang seakan mengutarakan perasaannya saat ini.

"I love you, Rin."

•••

Gimana gimana? Pestanya Seru kan guyssssss

Tinggal jejak ya biar aku semangat update ♥️♥️♥️♥️♥️💌