NovelToon NovelToon
Wanita Milik Bos Mafia

Wanita Milik Bos Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Perjodohan / Mafia / Nikah Kontrak / Persaingan Mafia / Dark Romance
Popularitas:975
Nilai: 5
Nama Author: Muhamad Julianto

Rika, mahasiswi sederhana, terpaksa menikahi Rayga, pewaris mafia, untuk menyelamatkan keluarganya dari utang dan biaya operasi kakeknya. Pernikahan kontrak mereka memiliki syarat: jika Rika bisa bertahan 30 hari tanpa jatuh cinta, kontrak akan batal dan keluarganya bebas. Rayga yang dingin dan misterius memberlakukan aturan ketat, tetapi kedekatan mereka memicu kejadian tak terduga. Perlahan, Rika mempertanyakan apakah cinta bisa dihindari—atau justru berkembang diam-diam di antara batas aturan mereka. Konflik batin dan ketegangan romantis pun tak terelakkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muhamad Julianto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 16

Rika meletakkan tangannya di dada dan mengerutkan kening saat jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya.

Permainan baru apa yang sedang direncanakan Rayga sekarang. Mengapa dia mengajaknya ke bioskop larut malam begini?

"Kenapa dengan dada mu itu hmm!?! Sakit jantung!?." Tanya Rayga dengan senyum smirknya.

Aku mendengar itu langsung memukul bahu pria itu tapi anehnya malah tangan ku yang sakit.

"Pukkk... Shhhh. Lain kali jaga mulut anda tuan!!! Shh" rintih ku sambil memegang telapak tanganku. Aneh, ini yang ku pukul bahu manusia atau batu sih, keras amat.

Sedangkan Rayga hanya diam sambil tersenyum miring, "cih kamu yang memukul kamu juga yang sakit. Salah sendiri punya tangan mungil seperti itu."

Aku hanya berdecak kesal mendengar omongan Rayga.

Dalam dua hari terakhir ini, dia bertingkah aneh, kadang marah dan kadang dingin. Baru kemarin dia memberinya ciuman selamat malam yang menurut ku bringas setelah dia melakukan pembelaan terhadap diriku saat kejadian di dapur kemarin, lalu hari ini dia malah membuang makanan ku, malah dia bilang makanan bahkan tidak cocok dijadikan hiasan, tetapi sekarang dia malah mengajak ku menonton film bersama, tapi aku tidak tau film apa yang ditonton. Semoga saja bukan yang aneh aneh filmnya.

"Baiklah Tuan Rayga, Kenapa anda membawa ku kesini?" Tanyaku tanpa melirik wajah batu nya itu.

" Menurutmu kita sedang mau apa? " Ucap Rayga datar, yang malah menanyakan balik.

Aneh sekali ini orang, dikasih pertanyaan malah balik nanya. Tapi setelah ku pikir pikir pasti kami akan menonton film.

"Hahh baiklah kita akan menonton film, tapi kenapa tidak siang saja tuan?".

Setelah aku mengucapkan pertanyaan itu, wajah nya dia seketika mendekat ke arah ku, tubuhku di rangkul oleh dan ditarik mendekat. Ia membisikan sesuatu di dekat telinga ku dengan suara nya yang berat, sedikit geli aku saat ia melakukan itu.

"Aku ingin mengambil jatahku yang tertunda , hmmm wangi sekali tubuhmu ini".

Ucapan Rayga yang barusan membuat tubuhku meremang, aku beeusaha mendorong tubuhnya.

'Sial, tubuhnya berat sekali untuk ku dorong." Pikirku.

Rayga kembali tersenyum smirk "Jangan berpikir yang aneh dulu, dasar wanita. Kita akan menonton film bersama sepanjang malam ini lalu kita akan melanjutkan pernikahan kita besok bukan?" Ucap Rayga sambil mengendus bagian bahu.

"Pe—pernikahan dilaksanakan besok? Ehhh tu—tuan apa yang kau lakukan " ucapku tertahan akibat kepala Rayga yang seperti nya menjilat tubuhku ini.

Aku buru buru mendorong sekuat tenaga bahkan sedikit memukul kepala nya tapi tangan nya menahan lengan ku.

Setelah beberapa detik kepala nya kembali terangkat, "Hanya pemanasan." Ucapnya tanpa bersalah dan ia mengambil sebuah perangkat yang berbentuk persegi mirip tablet karena layar cukup lebar.

Lalu menyalakan proyektor yang membuat layar bioskop yang sangat lebar itu menampilkan pilihan film pada sebuah aplikasi.

"Sekarang kita akan menonton film, silahkan pilih film apa yang kau tonton lebih dulu. Baru setelah itu kita akan menonton film yang telah ku pilih yang pastinya sangat menyenangkan di tempat yang cukup dingin ini" Ucap Rayga yang cukup panjang dengan nada sedikit bersemangat, tidak hanya itu, ia kembali merengkuh tubuhku agar semakin dekat dengan nya.

Aku sedikit risih tapi aku berusaha abai, sejujurnya aku juga sudah cukup mengantuk untuk meladeni kegiatan aneh manusia disamping ku ini.

"Huhhh ,Baiklah Tuan"ucap ku malas.

Rayga kemudian menyerah tablet ke pangkuan ku, aku segara melihat tablet dan aku shock berat pada awal menu film yang ada di aplikasi.

Banyak film horor dan juga... Film dewasa, aku tidak habis pikir apa yang dipikirkan Rayga yang ingin menonton film seperti ini di bioskop yang luas ini. Dan yang menyedihkannya aku harus menemani nya menonton film ini jika Rayga memilih film di salah satu menu yang bergambar ikon 18++.

Rayga melirik ku karena aku cukup lama melihat tablet itu, " Kau tertarik dengan koleksi film ku?" Tanya Rayga dengan senyum miring.

"Hihhh, sok tau anda , dasar Om-om mesum". Gumam ku.

"Kau bilang apa hemm?!" Gertak Rayga yang menarik tubuhku agar condong menghadap dia.

"Mmm tidak apa apa tuan" ucapku dengan sedikit gagap. Lalu ku lanjut memilih satu menu yang menampilkan film kesukaan ku yang belum sempat ku tonton di bioskop karena tiket menonton film itu sangat mahal bagiku.

"Yang ini saja tuan" ucapku yang menunjuk pada ikon film yang bergambar boneka dengan rambut panjang berwarna pink.

Seketika wajah Rayga langsung berubah menjadi datar, seperti nya ia sangat tidak menyukai film yang telah ku pilih. 'Tapi aku tidak peduli, kan dia yang menyuruhku memilih film untuk menjadi film yang pertama di tonton.

"Kau yakin ingin menonton film ini?, Cih ternyata umur mu tidak sedewasa tontonan nya. Masih lebih baik koleksi film ku." ucapnya dengan nada ketus.

"Kan kata tuan seterah aku, jadi aku pilih film ini. Nah sekarang putar filmnya. Lagian aku masih bagus nonton film kartun. Daripada Tuan , menonton film seperti itu, tidak ada alur cerita nya. Sungguh tidak menarik" Balas ku yang tak kalah ketus.

"Padahal menonton film ku bisa membuat kita panas dingin, kau nya saja yang tidak tau" ucap nya sambil tangan nya mengotak-atik tablet sehingga muncul suara menggelegar dari speaker bioskop menandakan film segera dimulai.

Aku mendengar ucapan nya hanya menggeleng geleng kan, 'dasar aneh'.

Mata kami berdua melihat layar bioskop yang menerangi ruang bioskop yang sepi. Aku berusaha menonton walau mataku sendiri sudah cukup berat.

Aku mencoba bersandar, dan merilekskan diri anggap saja disebelah ku ini tidak ada orang. Kadang aku tertawa kecil melihat adegan yang menurut ku lucu dilayar. Sedangkan Rayga, jangan ditanya. Muka nya makin dingin dan datar, ia hanya duduk bersandar dan pandangan nya hanya menatap kosong layar didepan nya, seolah sangat tidak menikmati film nya.

Kini sudah hampir 1 jam aku menonton dan pertahanan mata ku telah menurun. Aku mulai menguap kecil dan akhirnya tertidur, aku merasa bersandar pada bahu seseorang tapi aku tidak peduli jika itu Rayga. Karena sungguh mataku berat sekali untuk membukanya, aku hany mendengar suara film yang makin mengecil di telinga ku hingga aku tertidur pulas.

******

Pov Rayga

Tubuhku baru saja menjejak kembali ke tanah milik sendiri—mansion keluarga D'Amato—setelah hari yang penuh drama dan darah.

Penjualan senjata ilegal yang sudah ku rencanakan sejak dua minggu lalu berjalan mulus… terlalu mulus malah. Tapi itu tidak membuatku puas, karena aku juga harus membereskan cecunguk yang berani bermain kotor di perusahaan resmi ku. Mereka mengira bisa menyembunyikan penggelapan dana dariku? Lucu sekali. Aku sendiri yang melempar mereka ke dalam lumpur yang berbau darah bersama rekannya.

Pukul delapan malam lewat saat mobilku berhenti di halaman. Gelap, tenang, dan sedikit dingin. Seharusnya suasana yang sempurna untuk istirahat… kalau saja pikiranku tidak dipenuhi satu hal—atau tepatnya, satu orang— Rika.

Tapi aku berusaha berpegang teguh pada pendirian ku , kalau dia hanya menjadi tempat pemuasku.

Ayahku juga sempat meneleponku tadi siang, menyuruhku bersiap karena katanya pernikahanku akan dilangsungkan besok sore. Tapi seperti biasa, kami tidak bisa berbicara tanpa beradu argumen lebih dulu.

"Aku yang akan urus penghulunya dan semua dokumen nya". kataku tegas saat itu.

"Rayga, jangan membantah!!!. Ayah sudah punya orang terpercaya—"

"Aku tidak peduli. Kalau memang aku harus menikah, maka aku yang akan urus siapa yang mengesahkan pernikahan itu," potongku cepat.

"Jangan macam-macam, Rayga. Ayah tidak mau kejadian yang dulu terulang lagi."

Aku hanya tersenyum miring saat itu. Bukan senyum hangat—tapi senyum yang membuat siapapun yang mengenalku tahu, bahwa aku tengah menyusun sesuatu. Sesuatu yang tak akan disukai oleh orang sepertinya.

"Tenang saja, Ayah. Aku akan menikah… dengan caraku."

Telepon itu berakhir dengan nada tegang. Tapi jujur saja, aku malah menikmatinya. Tak seperti dulu saat aku menolak mentah-mentah pernikahan dan bahkan nyaris menghilang di hari H, kali ini... aku justru menanti esok hari.

Bukan karena aku menginginkan pernikahan itu—tapi karena aku menginginkan tubuh perempuan itu. Rika. Dia terlalu polos untuk menyadari permainan ini, dan itu membuat semuanya jadi lebih menarik.

Aku menyeringai saat berdiri di depan kamarnya. Pikiranku dipenuhi ide-ide nakal dan fantasi yang entah kenapa semakin liar setiap kali bayangannya menari di kepalaku.

Aku mengetuk pintu pelan, tapi tak ada jawaban. Bibirku tertarik membentuk senyum licik. Kalau pintu tidak bisa membuka jalan, maka aku tahu siapa yang bisa.

Dan aku bahkan sampai menolak tidur dengan Rita karena perasaan aneh ini, atau mungkin hanya sekedar hasrat ku saja yang naik? Seperti nya itu yang ku simpulkan saat ini terhadap diriku.

Aku juga telah menyampaikan pernikahan yang sempat disampaikan oleh ayahku kepada Rita, dan disitu Rita naik pitam.

Sebenarnya aku juga ingin menikah dengan nya , tapi ayahku menolak pernikahan itu yang membuat ku malas bertatap dengan nya selama beberapa hari waktu itu.

Dan karena aku menyampaikan hal itu pada nya ,tentu Rita tidak terima.

"Apa maksudmu menikah dengan wanita lain meskipun hanya kesepakatan atau apapun itu?! Tetap saja aku tidak mau datang !!, kau pikir aku tidak sakit hati melihat mu bersanding dengan perempuan lain hah?! Aku tidak peduli itu kontrak tapi tidak mau datang lagian aku besok sibuk..." suaranya masih terngiang-ngiang di telingaku. Ia meracau, berteriak, mengancam akan pergi.

Aku hanya diam. Aku tahu siapa Rita sebenarnya, perempuan yang cukup baik padaku walau sedikit keras kepala ketika memberikan perintah padanya, tapi… aku sudah terlalu jatuh cinta padanya.

Namun malam ini, aku tidak berniat mengejarnya. Aku terlalu lelah untuk membujuk, terlalu malas untuk menjelaskan ulang bahwa pernikahan ini cuma kontrak. Padahal waktu sebelumnya aku selalu membujuknya ketika dia marah karena keputusan ku yang tidak benar dimatanya.

---------

Malam ini, aku tidak akan membiarkan waktu berjalan begitu saja.

Setelah segala tekanan dari ayahku, dan Rita, dan dari semua omong kosong tentang pernikahan ini—aku ingin memegang kendali penuh. Dan satu-satunya hal yang membuatku merasa masih pegang kendali… adalah tubuh Rika.

Aku sudah pernah mencicipinya sekali, dan sejak itu, setiap malam pikiranku penuh oleh gambaran dirinya. Tapi kali ini aku tidak mau terlihat seperti buaya lapar. Aku ingin dia datang ke bioskop itu... atas ajakanku atau paksaan ku.

Aku masuk ke rumah dan berjalan menyusuri lorong panjang. Kakiku melangkah tegap dan berhenti tepat di depan kamar Rika. Pintu itu tertutup, terkunci. Namun pikiranku malah langsung menggila. Aku membayangkan dia dalam pakaian tidur tipis, duduk sendirian, dan... sialan! Aku bisa merasakan Mr. Big mulai meronta di dalam celana. 'Ini tidak bisa dibiarkan' gumam ku sambil melihat Mr. Big yang mulai membesar dibawah.

Shhh... Sial kenapa bisa seperti ini.

Aku menggeleng keras, menampar pipiku pelan, mencoba menetralisir. Tapi bukannya mereda, tubuhku malah semakin panas. Godaan untuk mencicipi Rika—sekali lagi dan lagi—tumbuh tak terbendung.

Memikirkan itu , membuat seringai miring di bibir ku.

Tanpa pikir panjang, aku ketuk pintu. Sekali. Dua kali. Tiga kali.

Tak ada jawaban.

Aku mendengus dan berdecak dengan senyum miring. lalu melangkah cepat mencari Bibi Ranti—satu-satunya orang yang bisa membuat Rika membuka pintu tanpa banyak tanya.

"Bibi, tolong panggilkan Rika. tapi jangan menyebut namaku saat ia bertanya"

Wajah Bibi Ranti sempat menunjukkan ekspresi ragu, tapi aku hanya menatapnya dingin. Itu cukup membuatnya mengangguk dan melangkah ke kamar Rika.

Beberapa detik kemudian, pintu terbuka—dan Rika muncul. Dengan gaun tidur pendek, dada setengah terbuka, dan rambut yang sedikit berantakan.

'Sial.. Aku ditipu' gumamnya yang terdengar dari mulut nya.

Aku hanya tersenyum tipis dan menelan ludah pelan sambil menahan ekspresi. Tapi tubuhku sudah bereaksi. Mataku menyapu tubuhnya dari ujung kaki hingga ke dada yang naik turun karena detak jantungnya.

Aku menoleh ke Bibi Ranti dan memberinya anggukan kecil dan berterima kasih—sebelum menatap Rika seperti predator menemukan mangsanya.

Tanpa banyak bicara, aku menggenggam tangan Rika segera aku cium dia, walau ia sedikit memberontak tapi aku dengan mudah menahan tangannya. Setelah itu aku menariknya meninggalkan kamar nya menuju ke bioskop pribadi keluargaku.

Tempat yang cukup dingin… cukup gelap… dan sangat cocok untuk mewujudkan salah satu fantasi gilaku.

Menonton film yang membuat suasana mendukung apalagi di ruang bioskop yang cukup besar untuk aku mendesah nanti tapi sudah aku bilang aku tidak mau egois jadi aku beri dia untuk memilih menonton film kesukaannya, aku ingin tau film apa yang ia pilih, dari koleksi film ku.

Aku memilih beberapa film dari playlist koleksi ku yang menurut ku terbagus dan ter-irotis untuk dipasangkan di beranda.

Dan ketika aku menyerahkan tablet yang ku pegang ke pangkuan nya.

Aku cukup terkejut bukan main saat tau film apa yang dipilih nya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!