Lionel Danny, adalah pria berpengaruh yang kejam. Karena dendam ia terpaksa menikahi putri musuhnya sendiri.
Namun, tepat setelah pernikahan selesai dilangsungkan, ia justru menghabisi seluruh keluarga istrinya, Maura.
Karena benci dan dendamnya akhirnya Maura sengaja mendekati pria kaya raya bernama Liam. Siapa sangka jika Liam benar-benar jatuh hati kepada Maura.
Mungkinkah Danny luluh hatinya dan berusaha merebut kembali miliknya?
Bagaimana jadinya jika ternyata Liam justru pria yang lebih kejam dari Danny?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lintang Lia Taufik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15. Sentuhan Hangat
Malam ini hujan badai datang cukup deras. Maura sedang bersiap tidur, tetapi ia merasa kesakitan di bagian pergelangan kakinya.
Bibirnya meringis menahan sakit.
"Apa kau lakukan?" tanya Danny berdecak kesal.
Maura pelan-pelan mengangkat wajahnya seraya menatap dalam diam. Tatapan penuh benci seperti yang selama ini. Benci itu masih sama, tetap bersemayam di dalam dadanya.
Maura tidak menjawab, ia hanya berjalan sambil merambat di tembok menuju kamar mandi. Di tangannya, ia membawa pakaian ganti.
Karena merasa diabaikan, rahang Danny mengeras. Meskipun begitu tatapannya tidak lepas sedikitpun pada pergerakan Maura.
"Aaaaaaaarghhh," erangnya, sambil menunduk memijiti kakinya sendiri.
Melihat itu, Danny menghela napas berat lalu bergegas menghampiri. Mungkin saja ia tak tahan lagi dengan sikap keras kepala Maura.
Danny menggendongnya, lalu meletakkan Maura ke dalam bathtub kosong.
Waktu itu, napas Maura memburu seketika. Danny langsung mengangkat sebelah kaki Maura, membuat wanita cantik itu terbelalak seketika.
"Danny, jangan kurang ajar!" seru Maura dengan wajah memerah.
Danny hanya tersenyum simpul, sambil duduk di sisi bathtub ia meraih sabun cair, lalu memijit pergelangan kaki Maura dengan sabun itu. Maura memalingkan wajahnya, menyembunyikan rasa sakit karena kakinya ditekan.
"Sakit?" tanya Danny.
"Sedikit," sahut Maura tanpa menoleh.
Buku jemari Danny bergerak lembut, membuat dada Maura semakin terpacu hebat.
Setelah ia melihat istrinya sedikit tenang. Akhirnya Danny membantu membuka pakaian, tetapi Maura kali ini menolaknya sambil menahan tangan Danny.
"Apa maumu? Melecehkan aku berkali-kali?" Maura menatapnya tajam.
Terlihat jelas jika perempuan itu sedang gemetar. Matanya sedikit melotot menahan emosi.
"Kita sudah menikah, Maura," terang Danny memberikan penjelasan.
"Pernikahan ini ... aku tidak menginginkannya, Danny!"
"Aku hanya ingin memeriksa bekas luka tembakan. Bukankah kamu terluka karena aku?"
Lalu tangan Danny kembali terangkat, seraya membuka tali pengait pakaian Maura. Tetapi lagi dan lagi wanita itu mencegahnya.
"Cukup!" serunya. Membuat Danny mengurungkan niatnya.
"Jadi kamu benar-benar tidak butuh bantuanku? Baguslah!" Lalu Danny pergi begitu saja.
Setelah kejadian itu, Danny tak lagi terlihat di kamarnya. Biasanya ia masih terlihat bekerja sambil duduk di sofa. Tetapi kali ini, entah ke mana perginya pria itu.
***
Berbeda dari hari-hari biasanya. Maura gelisah. Bukan karena memikirkan Danny, tetapi karena mencemaskan adiknya, Yura.
Di luar, hujan badai belum reda. Membuat Maura berdiri di dekat jendela dengan raut wajah cemas.
Sepertinya ia rak sabar menunggu pagi.
Keesokan paginya, ia menggeliat mereganggkan otot-otot tubuhnya. Lalu ia terkejut saat tersadar matahari sudah tinggi.
"Astaga, ini sudah siang," rutuknya sembari beringsut dari ranjang.
Setelah mandi dan bersiap, ia mencari-cari Danny. Tapi tak ada.
"Bibi, di mana Tuan Lionel Danny?" tanya Maura pada salah seorang maid.
"Tuan pergi ke luar sejak semalam. Kami tidak tahu, dan tidak berani bertanya," cetus maid itu.
Ucapannya seolah ingin menerangkan jika sebenarnya rak ada satupun yang berani menentang Danny.
Akhirnya, Maura memutuskan untuk pergi.
"Nyonya muda, Anda dilarang pergi. Tolong patuhlah," cegah maid itu sambil memegang salah satu lengan Maura.
Wanita itu langsung menghempaskan tangan majd tersebut sambil menatapnya.
"Aku ingin keluar, jika Tuan Danny menyalahkan kalian. Aku yang akan bertanggung jawab," ketus Maura menjawab. Setelah itu ia bergegas keluar, lalu naik taksi.
Belum jauh jarak tempuh taksi itu melaju membelah jalanan yang sangat ramai. Tetapi sudah dihadang oleh mobil hitam yang ditumpangi segerombolan pria yang memakai pakaian serba hitam.
Maura langsung mengintip dari kaca jendela mobil untuk mencari tahu.
"Kenapa berhenti?" tanyanya.
Sopir taksi itu belum menjawab, tetapi pintu mobil sudah dibuka oleh seseorang bertubuh kekar.
"Aku Julio, Nona. Sekretaris pribadi Tuan Danny. Anda diminta datang ke kantor sekarang. Ini tentang beberapa peninggalan Tuan Antoni," ungkapnya.
Maura yang semula tercekat, langsung ikut setelah membayar taksi yang sebelumnya ia tumpangi.
"Ada apa dengan peninggalan Ayahku?" tanya Maura, dengan raut cemas.
"Tuan Danny ingin memberitahukan sendiri kepada Anda," katanya.
***
Singkat cerita. Maura sudah tiba di perusahaan milik Lionel Danny. Kantor suaminya terletak di gedung pencakar langit paling atas. Situasi di sana sangat megah.
Gedung besar dengan dinding kaca. Pegawainya bahkan terlihat berkelas. Banyak pria rupawan dan perempuan cantik di tempat itu.
Ada rasa canggung saat Maura pertama melangkahkan kaki di sana. Beruntungnya ia terlahir dari keluarga yang memang sudah kaya.
Setelah sampai di ambang pintu, Maura diminta menunggu di dalam ruangan Danny. Bukan serta merta tanpa alasan, tetapi karena Danny sedang rapat.
Namun,Maura dikejutkan dengan kedatangan seorang wanita. Keduanya bertatapan mata.
"Nita, kau ada di sini?" tanya Maura.
Nita adalah teman sekolahnya saat mereka masih duduk di sekolah menengah atas. Perempuan itu tersenyum getir.
"Aku tunangan Tuan Lionel Danny, kau siapa? Apa kepentinganmu di sini? Menjual desain? Kau harus baik padaku dulu agar Tuan Danny menurut," ejeknya.
Maura mengerutkan keningnya.
"Tunangan?" tanyanya mengulang, karena ragu.
"Kenapa terkejut? Aku dari keluarga kelas atas. Apa istimewamu? Bukankah kamu hanya pegawai baru?" Wanita itu masih bersikap sombong.
Namun, sungguh di luar dugaan. Nita menarik rambut Maura yang masih melamun hingga perempuan itu jatuh dan terduduk di lantai.
"Aaaaaaaarghhh, sakit. Kau akan menyesali perbuatanmu," rutuk Maura.
Nita tidak menggubris.
"Cepat lap sepatuku, Maura!" perintahnya sembari terus memegangi dan menarik rambut wanita itu.
Sepertinya, Nita merasa tersaingi. Sebab selama ini hanya sekretaris dan asisten pribadinya yang masuk ke ruangan Danny. Tapi kemunculan Maura benar-benar membuatnya tidak suka.
Maura mengangkat wajahnya dan menolak, tetapi Nita langsung menamparnya.
PLAK!
Saking kerasnya, jemari Nita meninggalkan bekas di pipi Maura.
Maura belum membalas. Wanita itu masih mau bangkit, tetapi Danny langsung muncul dan membantunya berdiri, Nita terkesiap.
"Ada apa ini?" Tatapan matanya tajam. Ia terlihat sangat dingin ketika sedang marah begini.
Nita tertunduk.
"Anak baru ini membuat ulah," kilah Nita membela diri.
Danny tersenyum mencemeeh.
"Apa kau bilang?" tanya Danny sambil terbelalak.
Dengan percaya dirinya Nita mulai berbicara yang tidak-tidak.
"Dia tadi ingin mencuri hasil desainku dan akan mengajukan kepada Tuan Danny, perempuan ini peraturan," ujarnya, manja.
Ketika berbicara, Nita bahkan meraba area dada Danny, apalagi pria tampan itu kerap tidak mengancing kemeja bagian atasnya.
Tetapi, Danny langsung menghempaskan tangan Nita. Ia langsung menjambak Nita. Membuatnya kini yang jatuh tersungkur dan mencium sepatu Danny.
"Bersihkan sepatuku," tapi Tuan Danny...."
Danny menatapnya datar. Tidak ada senyum sedikitpun di wajahnya. Terlihat menyeramkan.
"Dengar, Nita. Hanya dengan sekali telepon saja. Aku bisa melenyapkan seluruh keluargamu jika aku mau!" ancam Danny sambil menatapnya.
Njta langsung menurut. Ia menggapai tissue di meja. Dan langsung menuruti permintaan Danny.
Sementara Maura, Danny langsung menepuk sofa di sebelahnya, agar wanita cantik itu duduk di sebelahnya.
"Julio," panggil Danny pada sekretaris pribadinya.
"Saya di sini, Tuan."
"Ambilkan secangkir teh panas!" perintah Danny.
Sejenak, Julio menatap Maura. Lalu ia segera pergi pantry. Maura nyaris beranjak berdiri ketika itu, tetapi Danny menahannya. Ia memeluk mesra istrinya. Seolah sengaja ingin pamer di hadapan perempuan yang baru saja menyentuh istrinya.
Tak lama berselang, Julio kembali. Nita menatapnya sejenak. Melihat ke arah Maura seperti sedang menyimpan kebencian luar biasa.
Dan ya. Danny memang penuh kejutan.
"Terimakasih, Julio." Danny mengambil cangkir dari nampannya.
Lalu....
BYURR!
"Aaaaaaaarghhh, panas!" erangan sekaligus teriakan Nita ketika rambutnya disiram teh panas.
Maura terperanjat. Ia benar-benar takut melihat cara Danny melakukan peringatan kepada orang luar yang berani mengganggunya.
Maura terlihat takut, iantak mampu menyembunyikan rasa itu. Melihat ekspresi istrinya, Danny langsung memeluk dan menciumnya.
CUP!
"Dia istriku, Nita. Beraninya kau mengganggunya."
Maura tercengang.
update lebih bnyk lgi sehari 2-3 bab hehe...