Hati wanita mana yang tidak akan hancur melihat sang suami sedang melakukan hubungan suami istri dengan perempuan lain di ruang kerjanya. Wanita itu bernama Sofia, istri dari Rico yang sudah dinikahi selama enam tahun namun belum diberi keturunan.
Sofia tidak pernah menyangka jika sang suami yang selama ini selalu bersikap baik, lembut dan romantis ternyata dia tega mengkhianatinya.
Apakah Sofia bisa mempertahankan rumah tangganya yang sudah ternoda...?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy Almira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16. Satu atap
Setelah empat hari dirawat di rumah sakit, Vivi sudah diperbolehkan pulang oleh dokter. Dan selama empat hari pula, Rico dengan setia menemani Viviana di rumah sakit. Bahkan dia tidak sekalipun pulang ke rumah menemui Sofia. Jangankan menemui Sofia, menelpon untuk menanyakan kabar pun tidak dia lakukan.
Iya, Rico kesal dengan Sofia. Karena menurutnya, Viviana bisa pingsan gara- gara keras kepalanya Sofia. Kalau saja saat itu Sofia tidak memaksa Rico pulang di saat Viviana sakit, ini semua tidak akan terjadi. Pasti Rico bisa membawa Viviana ke rumah sakit lebih awal tanpa dia harus pingsan di apartemen sendirian.
"Baby, kamu sudah siap...?" tanya Rico sambil mengemas barang- barang milik Viviana.
"Iya baby... Tapi..." jawab Viviana.
"Tapi kenapa baby...?" tanya Rico.
"Vivi nggak mau pulang ke apartemen..." jawab Viviana.
"Trus mau pulang ke mana...? Ke rumah mama kamu...?" tanya Rico.
Viviana lalu mengatakan jika dia ingin tinggal di rumah Rico bersama bu Irma dan juga Sofia. Awalnya Rico agak ragu menempatkan kedua istrinya dalam satu atap, karena pasti akan menimbulkan banyak masalah.Namun siapa yang bisa membantah permintaan Viviana. Dia adalah tipe pemaksa , dibalik rengekan manjanya, apapun keinginannya harus dituruti. Jangan Rico, Satria pria yang trrkenal dengan sikap tegas dan dinginnya pun tak mampu menolak permintaan Viviana.
Akhirnya Rico pun menuruti apa kata istri mudanya itu. Dia akan membawa Viviana pulang ke rumah. Setelah menyelesaikan administrasi rumah sakit, Rico membawa Viviana pulang ke rumah.
Sementara itu di rumah kediaman Rico, bi Iyam sedang sibuk membersihkan kamar tamu.
"Bi..." terdengar suara Sofia memanggil bi Iyam.
"Iya Non, bibi di sini..." jawab bi Iyam dari pintu kamar tamu.
"Bibi lagi ngapain...?" tanya Sofia.
"Ini Non, bibi disuruh nyonya buat membersihkan kamar tamu..." jawab bi Iyam.
Sofia mengerutkan keningnya. Setahu Sofia tidak ada tamu yang akan menginap.
"Memangnya mau ada tamu bi...?" tanya Sofia.
"Kayaknya sih begitu Non, tadi nyonya cuma minta saya suruh bersihkan kamar tamu karena ada yang mau datang, begitu Non..." jawab bi Iyam.
Iya, beberapa waktu lalu Rico menelpon bu Irma dan memberitahu bahwa Viviana ingin tinggal di rumah. Tentu saja bu Irma tidak keberatan. Dia justru bahagia sekali menantu barunya mau tinggal di rumahnya.
Bu Irma pun langsung meminta bi Iyam untuk membersihkan ruang tamu. Dia juga meminta Sofia untuk memasak ayam kampung bakar kesukaan Sofia. Sofia tentu tidak tahu jika hari ini akan kedatangan Viviana. Dia berpikir ibu mertuanya yang sedang ingin makan ayam kampung bakar.
Sofia pun masak makanan pesanaan sang ibu mertua tanpa banyak tanya. Karena memang semenjak Sofia tahu Rico menikah dengan Viviana, dia menjadi tidak banyak bicara. Dia hanya bicara pada mertuanya hanya seperlunya saja. Dia merasa enggan untuk bicara apalagi ngobrol seperti dulu lagi.
Setelah selesai masak, Sofia naik ke lantai dua menuju kamarnya. Dia akan mandi dan ganti baju karena baju yang dia pakai bau asap. Setelah selesai mandi Sofia kembali turun ke lantai satu. Sofia lalu makan buah di meja makan.
Dari luar terdengar suara mobil memasuki halaman rumah. Sofia lalu bangun dari duduknya dan berjalan menuju ruang tamu untuk melihat siapa yang datang. Ternyata itu adalah mobil Rico. Sofia membuka pintu sambil mengarahkan pandangannya ke arah mobil Rico.
Rico keluar dari mobil kemudian dia berjalan mengitari mobil dan membuka pintu samping. Dan keluarlah Viviana dari dalam sana dibantu oleh Rico. Sofia mengeraskan rahangnya melihat kedatangan Viviana.
"Eh... Kalian sudah datang..." ucap bu Irma tiba- tiba muncul dari belakang Sofia hendak menyambut kedatangan anak dan menantu barunya.
Bu Irma bergegas menghampiri Viviana. Saking bahagia dan semangatnya menyambut menantu baru, bu Irma sampai menabrak Sofia hingga Sofia yang berdiri di samping pintu hampir jatuh.
"Ih Sofia... Ngapain sih berdiri di pintu... ganggu orang lewat saja...!" ucap bu Irma dengan ketus.
Sofia berdecak kesal.
"Ayo masuk sayang, awas jalannya harus hati- hati ya..." ucap bu Irma sambil menuntun Viviana berjalan menuju teras.
"Sofia, ngapain kamu masih berdiri di situ...?" tanya bu Irma kesal karena Sofia masih berdiri di pintu.
Sofia lalu menggeser tubuhnya ke arah kiri agar tidak menghalangi bu Irma dan Viviana yang hendak masuk ke dalam rumah.
"Hai kak Sofia... apa kabar...?" tanya Viviana dengan senyum manisnya.
"Baik..." jawab Sofia dengan sikap dingin.
"Sofia, kamu bantuin Rico tuh bawa masuk tas Viviana..." ucap bu Irma sambil menuntun Viviana masuk ke dalam rumah.
Sofia hanya menatap madu dan ibu mertuanya yang berjalan masuk ke dalam ruang tamu. Kemudian Sofia menghampiri Rico yang sedang mengeluarkan beberapa tas dari bagasi mobil. Iya, tadi sepulang dari rumah sakit Rico mampir ke apartemennya untuk mengambil baju dan barang- barang Viviana dan membawanya ke rumah.
"Mas, ini maksudnya apa...?" tanya Sofia tanpa basa - basi.
Rico menghentikan aktifitasnya lalu menoleh membalikkan badannya menghadap ke arah sang istri.
"Oya sayang , maaf aku belum memberitahumu kalau mulai hari ini Viviana akan tinggal bersama kita..." jawab Rico sambil tersenyum pada Sofia.
"Apa...? Kamu benar- benar gila mas...! Bisa- bisanya kamu membawa selingkuhan kamu untuk tinggal di sini...!"sahut Sofia dengan kesal.
"Sayang, dia istriku juga...! Sama seperti kamu...!" ucap Rico dengan sedikit meninggikan suaranya.
"Tapi apa pantas kamu membawa istri muda kamu tinggal di sini...? Di sini ada aku mas, istri kamu juga, apa kamu nggak sedikitpun memikirkan perasaan aku...?" tanya Sofia menahan sesak di dada.
Rico menghela nafas panjang dan menghembuskannya perlahan.
"Sayang ini hanya sementara waktu, kamu pasti sudah tahu kan, kalau Viviana sedang hamil anakku..." ucap Rico.
Mendengar hal itu hati Sofia terasa sakit. Bisa- bisanya Rico dengan bangga mengatakan kalau Vivi sedang mengandung anaknya. Dari matanya jelas sekali ada kesedihan di sana. Dan Rico tahu itu.
" Maaf sayang... Aku tidak bermaksud membuat kamu sedih...Ini hanya untuk sementara waktu saja sayang, kondisi Viviana lemah, sementara aku kan setiap hari harus ke kantor, kasihan kan kalau dia ditinggal sendirian di apartemen. Makanya dia tinggal di sini dulu, nanti kalau dia sudah sehat , sia akan kembali ke apartemen. Di sini kan ada kamu, mama, dan juga bi Iyam. Jadi kalian bisa bergantian jagain Viviana..." ucap Rico.
Lagi- lagi ucapan Rico membuat Sofia kesal dan muak.
"Kamu pikir aku ini pembantu kamu, yang bisa saja disuruh buat jagain istri muda kamu...!" mata Sofia mulai berkaca- kaca.
Rico menghela nafas lalu menghembuskannya dengan kasar. Dia merasa susah sekali memberikan pengertian pada Sofia.
"Bukan seperti itu sayang ...kamu jangan salah paham. Kamu harusnya sedikit mengerti dengan kondisi Viviana. Lagi pula nanti kalau Viviana sudah melahirkan, bayi itu akan jadi anakmu juga sayang, kita akan merawatnya bersama- sama..." ucap Rico.
"Bayi itu tidak akan menjadi anakku. Dan aku tidak mau merawatnya karena aku bukan baby sister...." jawab Viviana sambil menatap lekat wajah Rico.
"Kenapa sih kamu salah paham terus...?" tanya Rico mulai kesal.
"Karena kamu yang berbuat seenaknya sama aku mas...!" sahut Sofia.
Rico mengusap wajahnya dengan kasar.
"Kamu sudah selingkuh dengan perempuan murahan itu, kamu mengkhianati aku dengan diam- diam menikahi dia di belakangku, lalu kamu membawa perempuan itu untuk tinggal satu atap denganku. Dan sekarang kamu minta aku supaya aku menjaga istri kamu dan mengurus bayimu ketika dia sudah lahir nanti...?" ucap Sofia.
"Dengar ya mas, sampai kapanpun aku tidak sudi melakukan semua itu...! Apa lagi aku harus mengurus anak hasil zina kamu dengan perempuan murahan itu. Membayangkan saja aku sudah jijik...!" sambung Sofia.
"Sofia...!" bentak Rico sambil melayangkan tangannya hendak menampar Sofia. Namun dia menghentikannya.
"Kenapa...? Mau nampar aku...? Tampar...ayo tampar... Kamu sudah pernah menampar aku sebelumnya kan...ayo tampar lagi..." ucap Sofia sambil mendekatkan pipinya ke tangan Rico.
Rico lalu mengusap wajahnya dengan kasar.
" Maafkan aku..." ucap Rico.
"Bawa pergi perempuan itu dari rumah ini. Aku tidak sudi satu atap dengan dia..." ucap Sofia.
"Sayang... Tolong jangan seperti ini..." sahut Rico.
"Baik, kalau kamu tidak mau membawa dia pergi dari rumah ini, biar aku yang pergi dari sini..." ucap Sofia lalu membalikkan badan dan berjalan masuk ke dalam rumah.
"Sayang... Tunggu... Kamu nggak boleh pergi..." seru Rico lalu menutup pintu bagasi mobil kemudian menyusul Sofia masuk ke dalam rumah sambil menenteng dua buah tas berisi pakaian Viviana.
"Sayang...sayang tunggu sayang..." ucap Rico terus sambil menyusul Sofia.
Sofia mempercepat jalannya masuk ke ruang tengah, hendak menaiki anak tangga menuju kamarnya di lantai dua.
"Sofia tunggu..." panggil bu Irma dari meja makan.
Sofia lalu menghentikan langkahnya. Bu Irma lalu menghampiri Sofia yang tanpa menoleh sedikitpun ke arah sang mertua.
"Sofia, tolong kamu buatkan sambal kecap untuk ayam bakar buat Viviana ya. Soalnya Viviana tidak suka sambal goreng. Viviana maunya sambal kecap buatan kamu. Dia ngidam kayaknya tuh, ingin makan sambel kecap buatan kamu..." ucap bu Irma.
Sofia lalu menoleh ke arah bu Irma.
"Mama pikir Sofia pembantu yang bisa mama suruh sesuka hati mama...? Maaf ya Mah, Sofia tidak sudi membuatkan makanan apapun buat perempuan yang sudah merusak rumah tanggaku. Kalau Sofia tahu ayam bakar itu disediakan khusus buat perempuan itu, Sofia juga tidak akan sudi repot- repot memasak..." jawab Sofia.
"Sofia...! Lancang kamu ya, Viviana itu lagi ngidam. Masa kamu diminta buat bikin sambal kecap saja tidak mau. Keterlaluan kamu ini..." sahut bu Irma kesal.
"Mama yang keterlaluan. Bisa- bisanya menyuruhku buat melayani pelakor itu..." sambil melirik ke arah Viviana yang sedang duduk di meja makan.
"Tutup mulut kamu Sofia...!" seru bu Irma marah.
"Mah, ada apa ini, kok ribut- ribut...?" tanya Rico yang baru saja masuk ke ruang tengah.
"Tuh Sofia, disuruh buatkan sambal kecap untuk Viviana saja nggak mau..." jawab bu Irma dengan ketus sambil melirik ke arah Sofia yang masih berdiri di anak tangga.
Rico menghela nafas lalu menghembuskannya dengan kasar.
"Viviana itu lagi ngidam dan ingin makan ayam bakar bareng sambel kecap buatan Sofia. Kalau keinginannya tidak dipenuhi kasihan nanti bayinya jadi ngiler .." sambung bu Irma.
"Sayang... Tolong buatkan sambal kecap buat Viviana, sebentar saja kok, nanti biar aku ikut bantu menyiapkan bahan- bahannya..." ucap Rico pada Sofia.
Tanpa mau memperdulikan ucapan Rico, Sofia melanjutkan langkahnya menaiki tangga dan masuk ke dalam kamar.
"Sayang tunggu..." seru Rico.
"Massss..." ucap Viviana menghampiri Rico dan ibu mertuanya.
"Baby..." sahut Rico.
Viviana lalu merangkul lengan Rico.
"Masss... kenapa sih kak Sofia nggak mau buatin sambal kecap buat Vivi...? Anak kita lagi makan sambal kecap lho mas..." ucap Sofia sambil mengusap perutnya yang masih rata.
"Biar aku saja yang bikinkan sambal kecapnya ya..." ucap Rico sambil mengusap kepala Viviana.
"Nggak mauuuu.... Vivi maunya sambal kecap buatan kak Sofiaaaa... Hik..hik..." Viviana menangis.
Lagi- lagi Rico menghela nafas kasar.
"Sofia benar- benar keterlaluan..." ucap bu Irma merasa kesal.
"Ya udah kamu tunggu di sini dulu ya, biar aku bicara lagi sama Sofia..."
Rico lalu naik ke lantai dua menyusul Sofia ke kamarnya. Begitu membuka pintu kamar ,Rico kaget melihat Sofia yang sedang memasukkan pakaiannya ke dalam koper.
"Sayang... Apa yang kamu lakukan... ? Ngapain kamu memasukkan pakaian ke koper...?"tanya Rico.
"Aku mau pergi dari sini..." jawab Sofia tanpa menoleh sedikitpun ke arah sang suami.
"Sayang... Sayang tolong kamu jangan bercanda..." ucap Rico sambil menahan tangan Sofia agar berhenti memasukkan pakaian ke dalam koper.
"Lepaskan tangan aku mas...!" seru Sofia.
"Nggak... Aku nggak akan melepaskan tangan kamu. Dengar sayang, kamu nggak boleh pergi dari sini..." Rico terus menahan kedua tangan Sofia.
"Kamu benar- benar egois mas..." ucap Sofia sambil menghempaskan tangan Rico dengan kasar.
Sofia lalu menutup kopernya, namun dengan cepat Rico kembali menahan tangan Sofia dan mendorong Sofia supaya menjauh dari koper. Dengan cepat Rico mengambil pakaian dari koper dan meletakkannya kembali ke dalam lemari secara asal.
" mas, apa yang kamu lakukan..? Kembalikan pakaiannya ke koper, aku mau pergi..." ucap Sofia.
"Aku bilang jangan pergi dari rumah ini. Aku tidak akan memberimu ijin keluar dari rumah ini. Ingat sayang, kamu masih istriku. Jadi apapun perkataanku kamu harus menurutinya. Mengerti kamu..." ucap Rico lalu mendorong tubuh Sofia hingga jatuh terduduk di tempat tidur.
"Dengar sayang, kamu harus tetap di sini, di rumah ini... jangan pergi ke mana- mana tanpa seijinku. Kamu nggak mau kan dicap sebagai istri durhaka karena melawan perintah suamimu...? Tentunya kamu nggak mau juga kan jadi istri durhaka karena membantah apa kata suami...?" tanya Rico sambil mengusap pipi Sofia.
Sofia tersenyum sinis mendengar ucapan Rico.
"Kalau mau ngomong, ngaca dulu mas...! apa yang sudah kamu lakukan sama aku...? kamu selingkuhi aku, lalu kamu menikahi selingkuhan kamu, perempuan murahan yang yang tidak punya harga diri itu secara diam- diam. Kamu yang harusnya disebut suami durhaka mas...! kamu...! " sahut Sofia.
"Aku bilang jangan menyebut Viviana dengan sebutan perempuan murahan...!" bentak Rico.
"Iya..iya... Aku minta maaf, kalau soal itu aku memang salah...! Tapi aku melakukan semua itu karena ada alasannya. Aku menikahi Viviana karena aku punya alasan yang kuat...!"
"Kamu tidak bisa memberiku anak, Sofia...! kamu mandul...!" Rico berteriak.
Dengan cepat Sofia bangun dari tempat tidur.
"Kalau kamu tahu aku mandul kenapa kamu tidak mau menceraikan aku mas...! Dan kenapa kamu juga melarangku buat pergi dari sini...! Aku ingin ceria dari kamu mas....! " Sofia tak mau kalah, dia juga berteriak di depan Rico sambil mendorong tubuhnya hingga Rico mundur beberapa langkah.
"Tidak Sofia... Aku tidak akan menceraikan kamu dan kamu juga jangan berani untuk menceraikan aku..." seru Rico dan giliran dia yang mendorong tubuh Sofia hingga jatuh di tepat tidur.
Rico lalu bergegas berjalan ke arah pintu lalu mengambil kunci yang tergantung di lubang kunci. Kemudian Rico keluar dari kamar dan menutup pintu kemudian mengunci kamarnya dari luar.
"Mas...! Apa yang kamu lakukan...! Kenapa kamu mengunci pintunya...!" Sofia bangun dari tempat tidur dan berlari ke arah pintu.
"Mas...! Buka pintunya mas...! Buka..." Sofia berteriak sambil menggedor- gedor pintu kamarnya.
Namun tak ada jawaban dari Rico karena dia sudah turun ke lantai bawah menemui bu Irma dan Viviana di ruang makan.
Sementara itu Sofia menangis sambil mengacak- acak barang- barang yang ada di kamar. Dia begitu kesal karena tidak bisa keluar dari kamar. Padahal Sofia ingin segera pergi dari rumah ini karena sudah muak dengan orang- orang yang ada di dalam ini.
Bersambung....
"
smuanya trbongkar.... viviana sndiri yg menggurkn kndungannya...
& tak ada lgi ksempatan buat rico kmbali dgn sofia...
ya g pp wes.... klo utuk mnjemput bahagia yg akn datang.... hrus lewat pnderitaan hidup dgn rico trlbh dahulu....
pdahal viviana hbis minum obat penggugur janin.... sengaja cari ribut dgn sofia...