Nazeera, seorang wanita cantik dan pintar, hidup dalam kesendirian setelah di khianati dan tinggalkan oleh suaminya. Namun, kehidupannya berubah drastis setelah di pertemukan dengan pria tampan yang merupakan seorang Presdir sebuah perusahaan besar.
Devan, yang selalu memprioritaskan perusahaan nya di desak untuk segera menikah oleh ibu nya mengingat dengan usianya yang sudah hampir menginjak kepala tiga. Akhirnya ia memutuskan untuk menikahi Nazeera dan menjadikannya sebagai istri rahasia yang di sembunyikan dari publik.
Namun walau begitu, tetap saja Intan menjodohkan Devan dengan banyak wanita lain karena tidak pernah setuju dengan pernikahannya bersama Zeera.
Lalu bagaimana dengan Zeera? akankan ia bertahan pada pernikahan ke-dua nya? atau justru memilih untuk meninggalkan Devan karena selalu di benci oleh ibu mertuanya?
Yuk simak ceritanya . . .
jangan lupa untuk selalu tinggalkan jejak berupa like, komen dan gift ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chiechi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
Pagi-pagi, sudah terjadi kerusuhan di rumah Devan yang di sebabkan oleh ibu nya sendiri. Intan dengan sengaja datang ke rumah Devan disaat tau putranya sedang mengurus bisnisnya di luar negeri. Kali ini ia sengaja datang untuk menemui wanita yang tidak pernah di anggap sebagai menantunya nya itu.
Zeera yang masih kurang enak badan, begegas keluar dari kamarnya ketika mendengar suara intan di bawah sana yang sudah marah-marah. Walau sempat di tahan oleh Anna, namun ia tidak bisa berbuat apa-apa karena yang di hadapinya itu adalah ibu nya Devan.
"Mama intan." Ucap Zeera menghampiri ibu mertuanya.
"Bagus kamu ya! emang sejak awal saya sudah gak setuju Devan menikahi wanita rendahan seperti mu!" Ucap Intan melemparkan berapa lembar foto ke wajah Zeera.
"Bisa-bisanya kamu bermain gila dengan pria lain disaat Devan mengurus bisnis nya di luar negeri!" Sambung wanita itu dengan amarah yang sudah memuncak.
Zeera mengambil beberapa lembar foto yang berserakan itu dan melihat nya. Matanya membulat sempurna ketika ia melihat dirinya lah yang berada dalam foto tersebut, namun ia tidak tahu dengan pria yang tidur bersamanya itu.
"Ma, ini semua gak bener. Aku gak mungkin melakukan itu di belakang Devan."
Plaaakk!!
Zeera tertoleh kesamping ketika Intan menampar nya dengan cukup keras. Anna yang melihat itu pun kaget di buatnya.
"Nyonya, tolong kendalikan emosi nyonya." Ucap Anna yang merasa kasihan melihat Zeera.
"Diam kamu! berani ikut campur, kamu saya pecat!"
Anna kembali menunduk, ia bergegas pergi ke tempat lain berniat untuk menghubungi Devan atau Aldi untuk meminta bantuan.
"Ma..." Panggil Zeera dengan mata yang sudah berkaca-kaca, "aku tau mama gak pernah menyukai aku, tapi aku berani bersumpah demi apapun, aku gak pernah melakukan itu dengan pria lain."
"Kamu pikir saya akan percaya dengan ucapan mu? Mulai detik ini, kamu tinggalkan Devan!" Tegas Intan.
Bagaikan tersambar petir di siang bolong, tubuh Zeera rasanya lemas disaat Intan mengatakan hal itu, kebahagiaan yang baru saja di raihnya, kini sirna begitu saja disaat intan menyuruh Zeera untuk meninggalkan suaminya. Dada nya terasa sesak bagaikan di tindih batu yang besar.
Zeera menggelengkan kepalanya dengan cepat, bagaimanapun juga ia tidak boleh kalah dari Intan. "Sampai kapanpun, aku gak akan pernah meninggalkan Devan." Tegas Zeera.
"Oh, baiklah, jika itu pilihan kamu, jangan salahkan saya jika saya akan bertindak lebih dari ini!" Ucap wanita paruh baya itu yang kemudian bergegas pergi dari rumah Devan.
Zeera menghela nafasnya dengan kaki yang begitu terasa lemas hingga akhirnya ia pun ambruk dan terduduk di lantai.
"Astaga non Zeera!" Panggil Anna yang kembali, segera menghampiri Zeera.
"Ayo non, bibi bantu." Sambung nya membantu Zeera untuk berdiri dan memapahnya menuju sofa.
"Bibi panggilkan dokter ya, non? Sepertinya kondisi non Zeera kurang sehat."
"Gak usah bi, aku baik-baik aja kok." Sahut Zeera mengulas senyum nya, "oh iya, jangan bilang Devan mengenai kejadian tadi ya?"
Anna mengangguk, ia bergegas ke dapur untuk membuatkan teh hangat dan membawakan sarapan untuk Zeera. Tidak lama ia kembali dengan sebuah nampan di tangannya.
"Non Zeera sebaiknya sarapan dulu." Anna menaruh nampan itu di atas meja.
"Makasih bi." Sahut Zeera segera mengambil sarapan nya.
Baru sesuap ia memakan nya, rasa mual itu kembali muncul hingga membuat Zeera tidak bisa melanjutkan sarapannya. Anna yang melihat itu mulai cemas dengan kondisi Zeera.
"Apa jangan-jangan non Zeera hamil?" Tanya Anna begitu saja.
Zeera terdiam sejenak, ia pernah merasakan hamil sebelumnya, namun tidak separah saat ini hingga ia menyimpulkan bahwa dirinya hanya tidak enak badan biasa atau mungkin karena asam lambungnya saja yang sedang naik.
"Tapi masa secepat itu sih bi?"
"Jika sedang dalam masa subur, hal itu mungkin saja terjadi non. Bagaimana kalau kita periksa ke dokter?"
Zeera kembali menggelengkan kepalanya, "tunggu Minggu depan aja bi, siapa tau emang karena asam lambung ku aja yang sedang kambuh." Sahut Zeera.
Kalaupun benar Zeera hamil, ia akan memberitahukan Devan pada saat dia pulang nanti. Zeera menunduk seraya mengusap perut rata nya, "jika kamu benar ada, semoga bisa menjadi penyelamat hubungan mama sama papa kamu." Gumam Zeera seolah sedang bicara pada calon bayi nya.
Seharian ini, Zeera tidak melakukan aktivitas apapun. Bahkan semua urusan kantor ia serahkan pada Aldi dan juga Kanya yang selaku manager toko.
Disela istirahat nya, Anna kembali menghampiri Zeera yang masih rebahan diatas sofa ruang televisi. "Maaf non, pak Devan telfon katanya ponsel non Zeera tidak bisa di hubungi."
"Ah iya bi, bisa tolong ambilkan ponsel aku di kamar?"
"Baik non, tunggu sebentar." Sahut Anna yang bergegas pergi ke kamar Zeera.
Tidak lama Anna kembali dan memberikan ponsel milik Zeera, ia segera mengaktifkan ponselnya yang langsung muncul panggilan masuk disana dari sang suami. Sambungan video call pun terhubung, melihat wajah Zeera yang cukup pucat membuat Devan sedikit mencemaskan istrinya itu.
["Gak papa, semalam hanya gak bisa tidur dengan nyenyak aja jadi kepala ku sedikit pusing."]
["Udah telfon dokter Alfin?"]
Zeera menggelengkan kepalanya.
["Suruh Aldi buat telfon dia, atau mau aku yang telfon dari sini?"
["Gak usah, nanti biar aku sendiri yang telfon. Kerjaan kamu disana gimana? Semua lancar?"]
["Semua baik-baik saja, Minggu ini aku pulang?"]
["Benarkah?"]
Devan mengangguk disertai senyuman yang mengembang.
["aku sungguh merindukan mu."]
["aku juga.] Sahut Zeera.
Karena masih ada urusan lain, Devan harus segera menutup panggilannya. Setelah melepas rindu lewat video call, Zeera segera beranjak dari posisinya berniat untuk kembali ke kamar nya, namun tiba-tiba saja pandangannya kabur, Zeera memegang kepalanya yang terasa begitu pusing hingga akhirnya ia pun terjatuh pingsan dengan tanpa sengaja menyenggol vas bunga.
Praang!
Mendengar pecahan pecahan benda dari ruang tengah, Anna yang berada di ruang belakang bergegas masuk dan melihat Zeera yang sudah tergeletak di lantai.
"Astaga non Zeera!"
Rumah sakit..
Anna berdiri disana menunggu dokter memeriksa Zeera. Dengan perasaan yang begitu cemas ia memainkan kedua jari nya berharap tidak terjadi hal serius pada Zeera. Sampai dimana akhirnya dokter selesai memasangkan infus di tangan Zeera dan berbalik melihat Anna.
"Bagiamana keadaan nya? Non Zeera baik-baik saja bukan?" Tanya Anna.
"Dia hanya kekurangan cairan dan juga kelelahan." Sahut dokter yang memeriksa Zeera.
"Bagiamana dengan kondisi lainnya? Apa dia benar hamil?"
"Untuk masalah itu, sebaiknya nanti biar dokter kandungan yang memeriksanya. Jika tidak ada hal lain lagi, saya permisi." Ucap dokter itu yang bergegas pergi.
Baru satu malam Zeera di rawat di rumah sakit yang di temani oleh Anna bergantian dengan Aldi. Namun pagi ini, Aldi harus kembali ke kantor untuk mengurusi pekerjaan nya, Anna yang semalam di suruh Aldi untuk pulang masih belum kembali, mungkin karena pekerjaan rumah nya yang masih belum selesai.
Zeera yang sudah merasa baikan, duduk bersandar di atas brankar nya dengan ponsel yang berada dalam genggaman nya saling bertukar pesan dengan Devan.
Pintu ruangan itu kembali terbuka, bukan dokter, perawat ataupun Anna, melainkan Intan yang muncul disana dengan membawa sebuah map coklat di tangannya.
"Mama Intan." Ucap Anna ketika melihat Intan menghampirinya.
Intan mendecih pelan seraya tersenyum miring, "gak usah pura-pura lagi! Sengaja banget kamu pura-pura sakit demi menarik perhatian anak saya! harusnya kamu sadar, anak saya sedang mengurusi bisnis nya malah pura-pura sakit demi mencari perhatiannya." Ucap Intan yang asal bicara.
"Tapi aku gak pura-pura ma."
"Kamu pikir saya bodoh apa, mungkin Devan bisa kamu kelabui tapi enggak dengan saya!"
Zeera hanya terdiam, ia tidak ingin buang-buang tenaga hanya untuk berdebat dengan ibu mertuanya itu.
Sampai akhirnya, Intan mengeluarkan selembar surat dari dalam map yang di bawanya dan menujukkan isi surat itu pada Zeera.
"Jika kamu tidak ingin meninggalkan Devan, saya akan mengirimkan surat ini padanya."
Mata Zeera membulat sempurna, melihat surat itu dan beralih menatap Intan yang tersenyum miring.
"Bagaimana bisa mama melakukan ini?"
"Tinggalkan dia atau surat gugatan cerai ini akan sampai di tangan Devan."
Deg!
Mampir juga di novel sebelah "Jodoh Wasiat Papa"
TRIms...
***
TBC. . .