Terkadang kenyataan tidak sejalan dengan keinginan, Letnan Dallas menginginkan kekasih yang usianya tidak jauh berbeda dengannya tapi harus bertemu dengan perempuan yang usianya terpaut jauh di bawahnya. Semua terjadi karena dirinya trauma memiliki kekasih yang kekanakan di masa lalu.
Tak jauh berbeda dengan Letnan Dallas, Letnan Herca pun akhirnya terpaksa berkenalan dengan seorang wanita pilihan orang tuanya terutama Opa sebab cemas jika Letnan Herca akan salah arah. Penyebabnya tak jauh karena beliau tidak pernah melihat Letnan Herca bersama seorang gadis.
Lantas jika jodoh di tangan Opa, lantas siapa berjodoh dengan siapa dan prahara apa yang akan terjadi terkait masa lalu Bang Herca dengan seorang gadis berinisial Y.
Harap skip jika tidak sanggup dengan KONFLIK.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bojone_Batman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16. Ujian.
Karena Dindra sudah membuat kekacauan, Bang Herca menghukum sang istri agar memijati kepalanya yang terasa berat.
Saat itu sesekali Dindra melihat air mata Bang Herca menitik di sela mata. Dindra pun segera menghapusnya. Dirinya sungguh tidak paham bagaimana ketakutannya hati Bang Herca, yang dirinya tau suaminya sedang sakit kepala.
Jika di minta mengingat kejadian kemarin dan hari ini sungguh Bang Herca memilih tenggelam saja ke dasar jurang. Melihat wajah Dindra jelas sang istri tidak memiliki rasa menyesal karena kepolosannya.
"Nanti kita main di sungai, Abang temani..!! Tapi sore ya, setelah Abang lepas dinas." Ujar Bang Herca mengalah, dirinya sudah berjanji akan menemani dan mengawasi setiap gerak Dindra.
"Boleh, Bang??" Tanya Dindra takjub.
"Boleh."
"Kalau pancing belut?" Tanya Dindra lagi.
"Belut Abang masih kurang?" Jawab Bang Herca setengah melotot namun dengan suara rendah.
Dindra menunduk lesu, itu berarti memang Bang Herca tidak mengijinkannya.
Lagi-lagi Bang Herca lemah dan tidak sanggup melihat ekspresi wajah sedih Dindra, ia menghela nafas pelan lalu kembali memejamkan matanya.
"Pijat lagi kepala Abang..!!" Perintahnya.
Beberapa detik tidak ada suara apapun, akhirnya Bang Herca mendesah. "Memangnya mau di apakan belutnya???"
"Hanya pegang saja." Jawab Dindra jujur.
Ingin bertahan dengan sikap cool nya tapi nyatanya jawaban Dindra tetap membuatnya gelisah dengan pikirannya sendiri.
"Kalau mau pegang belut kenapa harus berkubang lumpur sih, dek. Nyelam di kamar sama Abang juga pasti Abang turuti." Celetuk Bang Herca santai.
Untuk sejenak Dindra ternganga menerka arah pembicaraan Bang Herca tapi kemudian seluruh keluarga meninggalkan tempat mendengar obrolan khas pasutri.
Dindra pun mulai paham dan menunduk malu. Dindra kemudian berusaha mengalihkan pembicaraan.
"Abang, Dindra pernah dengar katanya kalau masih pengajuan nikah tidak boleh hamil."
"Memang, itu masuk pelanggaran dan sebenarnya 'hamil duluan' juga mempengaruhi 'penilaian' dimana kebijakan, ketegasan dan mental masing-masing pihak menjadi begitu 'rendah'. Pihak pria tidak bisa menahan hawa nafsu, pihak wanita juga tidak bisa menjaga diri." Jawab Bang Herca memberi pengertian.
"Lalu kita bagaimana, Bang? Dindra malu."
Bang Herca membuka matanya dan sejenak menatap Dindra, wajah sang istri jelas penuh kecemasan.
"Kita hanya salah di administrasi, yang penting Abang sudah menikahimu. Hamil pun tidak masalah." Kata Bang Herca tanpa beban. "Yaaa kali, Neng.. Abang bawa anak gadis orang ke seberang tanpa Abang nikahi. Abang juga paham situasi, bisa mengukur keteguhan iman Abang kalau sedang bersama perempuan."
"Jadiii.. bagaimana rasanya kalau dekat dengan Dindra?" Celetuk Dindra penasaran.
Tawa Bang Herca terdengar renyah. Ia menyentil kening Dindra. "Lantas menurutmu, perkara apa yang membuat 'dia' ada di perutmu?"
-_-_-_-_-
Kegiatan di kantor cukup padat, Bang Herca juga baru pulang usai dengan kegiatannya membersihkan aliran sungai bersama para anggota Batalyon. Dirinya bukanlah tipe pimpinan yang hanya melihat rekannya bekerja tapi juga langsung turun ke lapangan tanpa melihat pangkat dan jabatan.
Sejak dua hari yang lalu Bang Herca merasakan tubuhnya kurang fit. Dengan pakaian yang masih basah, ia berjalan menuju unit kesehatan untuk mengatasi masalahnya.
Beberapa langkah berjalan, pandangan mata Bang Herca terasa gelap, ia pun memilih menyangga tubuhnya pada sebatang pohon. Saat itu Prada Ghandi melihat Dantonnya nampak tidak baik-baik saja segera membantunya.
"Danton, ada apa?? Kenapa tiba-tiba nge_drop??" Perlahan Prada Ghandi memapah langkah Dantonnya.
"Saya nggak tau, Ghandi. Dari dua hari yang lalu sudah minum obat, sampai segala suplemen sudah saya telan tapi tetap saja nggak mereda. Kepala saya sakit, perut rasanya seperti di remas sampai mual, dada saya sesak sampai nggak konsentrasi kerja."
Sesampainya di ruang kesehatan lapangan, Prada Ghandi melepas pakaian Bang Herca yang basah karena tadi Dantonnya itu memang berkubang di dalam sungai sejak pagi hingga sore.
"Ijin.. kalau tau tidak enak badan kenapa ikut bersih desa? Seharusnya Danton istirahat saja." Kata Prada Ghandi.
"Kamu ini apa sih, Ghan. Saya bukan anak gadis manja yang harus mendengar kata seperti itu." Bang Herca bersungut mengomeli 'ajudannya'.
"Siap salah, Danton..!!"
:
Kini Bang Herca terbaring lemah di ranjang ruang kegiatan. Ingin sejenak bersantai dan beristirahat tapi ada banyak berkas yang harus di periksa dan di teruskan pada atasan.
Selang beberapa waktu, Bang Dallas masuk ke dalam ruang kesehatan, ia menemui adiknya sekaligus memantau kondisinya.
"Sakit lagi, Her? Kita ke rumah sakit yuk..!!" Ajak Bang Dallas.
"Nggak usah, saya baik-baik saja dan saya tidak selemah itu." Jawab Bang Herca.
"Sampai kapan kamu mau sembunyikan sakitmu, Elisabeth sudah menghubungiku. Kamu jangan egois, sekarang kamu punya istri dan sebentar lagi akan punya anak. Apa kamu ingin anakmu lahir tanpa Ayah?? Tega lihat istrimu menangis?????" Bentak Bang Dallas tak sanggup lagi menyimpan kenyataan pahit ini.
Saat itu pecahlah tangis Bang Herca. "Pergilah, aku sudah stress memikirkan persoalanku."
"Bicaralah, cerita sama saya..!! saya tetap Abangmu..!!"
.
.
.
ampun deh bang lu mah bini mau brojol lan mosyo ngk percaya
aku pada mu dehh 😘😘😘😍😍😍
sabar bang ini ujian 😂😂😂