NovelToon NovelToon
Kemelut Lara

Kemelut Lara

Status: sedang berlangsung
Genre:Single Mom / Hamil di luar nikah / Anak Kembar / Cerai / Keluarga / Angst
Popularitas:832
Nilai: 5
Nama Author: _NM_

Kala gemerlut hati semakin menumpuk dan melarikan diri bukan pilihan yang tepat.

Itulah yang tengah Gia Answara hadapi. Berpikir melarikan diri adalah solusi, namun nyatanya tak akan pernah menjadi solusi terbaik untuknya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon _NM_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

V

Gia termenung di tempatnya. Menatap nanar ke arah depan. Merasa semakin tak berdaya pada pena yang telah tertulis.

Sesak, dadanya terasa sesak. Dia lelah, tetapi tak boleh menyerah. Dia rapuh, namun harus tampak kuat.

Usapan lembut pada bahunya menyadarkannya dari lamunan yang tak akan pernah usai.

" Bu.. " ucap sang art atau yang sering dipanggil Bi Retno itu.

Gia menatap Bi Retno dengan mata berkaca-kaca. " Bi, ini sakit. " Lirihnya.

Gia mendekap Bi Retno erat. " Yang sabar yah, Bu. " Sendu Bi Retno mengusap bahu Gia penuh kasih sayang.

Gia menangis, meraung dalam dekapan sang art. Tak ada yang mengerti apa yang tengah ia rasakan, tapi biarkan sekali saja Gia istirahat dari penatnya urusan dunia yang tak kunjung usai.

Pagi itu menampakan ketidakadilan hidup pada Gia. Membuat sosok yang telah rapuh semakin rapuh tak bersisa. Tak ada tempat untuk bersandar, tak ada tempat untuk berpulang.

Dunia tak adil, namun dunia harus tetap berjalan. Yah, Gia tak mungkin terus menerus diam menatap sang buah hati direnggut paksa dari sisinya. Tak mungkin.

Kini Gia tengah cepat cepat membawa dua buah hatinya untuk dia bawa pergi terlebih dahulu, sebelum sang mertua merenggut bayi-bayinya secara paksa.

Arantia Putri Utomo

Angkara Putra Utomo

Kedua bayi yang akan ia tinggal sementara, dan jikalau bisa akan ia ambil sehabis membawa kedua saudaranya yang lain. Hanya dua yang Gia bawa, karena Gia hanya mampu membawa dua bayinya bersama Bi Retno. Jika memungkinkan Gia akan membawa kedua bayinya yang lain nanti.

Gia menatap kedua bayinya yang lain. Tangannya bergetar mengusap pipi putrinya, Arantia. Gia mengusap dengan amat sangat perlahan seolah takut merusak sebuah berlian.

" Arantia, putri cantik bunda. " Sebulir air mata dari pelupuk Gia. " Dimanapun kamu berada cinta bunda akan selalu menyertai langkahmu. Bunda sangat menyayangimu, Arantia. "

Hancur, hati seorang ibu mana yang tak hancur? Bahkan masih sangat basah bekas jahitan lahirannya. Namun, kini bayinya harus terenggut paksa dari sisinya.

Gia melabuhkan satu kecupan pada kening Arantia penuh ketulusan membuncah. Lalu, setelahnya menoleh ke arah putranya yang lain. Angkara, Gia mengusapi pipi tembam putranya itu. Tak kalah pedihnya, Gia tetap merasa pedih jikalau gagal mengambil putranya satu ini.

" Angkara, anak ganteng bunda. Tumbuhlah semakin kuat. Kala lara semakin menghimpit dan dunia seakan tak mengasihi, ingatlah selalu sayang bahwa disini cinta bunda akan selalu menyertai mu dan akan tetap mencintaimu. " Semakin deras air mata Gia meluruh tak tertahankan.

Gia mengusap air matanya. Mulai mengecup penuh kasih anaknya, Angkara. Meski merasa tak pernah cukup, Gia mulai menegakkan diri. Menatap kedua buah hatinya, Angkara dan Arantia lamat. Seolah merekam dengan baik wajah dan tubuh mungil buah hatinya itu.

" Maafkan, bunda. " Lirih Gia terasa sesak.

Perlahan namun pasti mulai meninggalkan ruangan bayi itu. Pergi dengan membawa kedua buah hatinya bersama Jordan sang suami, dan meninggalkan kedua buah hatinya yang lain.

~|~

Gia dengan langkah cepat yang di ikuti oleh Bi Retno kembali menghampiri ruang bayi, harap-harap cemas tentang keberadaan Angkara dan Arantia. Namun belum saja sempat memasuki area bayi, langkah Gia harus terhenti kala netranya menangkap sosok sang mertua dengan kedua bayi yang berada di gendongan mereka masing-masing, di ikuti oleh empat baby sister dibelakangnya. Tentu Gia sangat mengetahui jika kedua bayi itu adalah bayinya, Angkara Arantia.

Lama Gia termenung, tak menyadari sang mertua telah sampai di hadapannya.

" Hebat juga anda membawa kabur cucu saya. Terserah anda jika anda mampu. Tetapi jangan pernah anda mengemis harta pada kami, jikalau suatu hari anda tidak mampu. " Suara berat dari sang ayah mertua menginterupsi lamunan Gia.

Mata sendu Gia menatap pada kedua buah hatinya, menatap mereka Lamat lamat.

" Ingat jika sekali saja anda meminta uang, kami tak segan-segan mengambil mereka dari jangkauan anda. " Sinis sang ayah mertua menuding tepat diwajah Gia. " Jangan kira kamu bodoh. Manusia miskin seperti anda ini sudah sering kami tangani. "

Lagi dan lagi, perkataan selalu dapat menghancurkan Gia. Sebulir air bening keluar dari pelupuk matanya.

" Mengapa anda sejahat ini pada saya? Saya tak pernah melakukan kesalahan apapun pada anda. " Ucap Gia.

Pria angkuh dihadapannya itu berdecih sinis. " Kesalahan mu adalah menikahi anak saya. Anda mengusik keluarga saya. "

Gia melemas ditempatnya. Apakah hal itu juga salahnya?

" Ingat, putra saya bukan untuk anda. Dia sudah memiliki seseorang yang memang pantas untuknya. Tidak seperti anda. Jangan pernah temui putra saya dan cucu-cucu saya kelak. Karena saya tak akan pernah membiarkan itu terjadi. Tunggu saja surat perceraian anda dengan putra kami. " Peringat sang ayah mertua.

" Anda! " Dengan bibir bergetar Gia menunjuk sang ayah mertua. " Ingat, anda akan mendapatkan karmanya suatu hari nanti. Anda telah menjauhkan seorang ibu dengan anak-anaknya. Bahkan sebelum jahitan lahir seorang ibu mengering. "

Dapat Gia lihat, Geraman sang ayah mertua dan ibu mertuanya itu

Gia menatap tajam sang mertua dengan sorot tajam yang berderaian air mata. " Mau bersama siapapun putra anda. Hanya dari wanita yang anda hina ini putra anda akan mendapatkan keturunan. " Sembari bergetar Gia mengucapkan hal buruk itu.

Gia tak terlalu memusingkan tentang suaminya itu. Suaminya juga sama jahatnya dengan orang tuanya. Tolong ingatlah, semua hal ini terjadi merupakan salah satu hasil dari perbuatan bejat suaminya. Kepedihan akan jauhnya seorang ibu dan anaknya tak main-main sakitnya.

Sebuah tangan menampar pipi kiri Gia dengan kejamnya. Yah, ibu mertuanya lah yang melakukan itu. " Kau! Sudah miskin tak tahu diri! "

Seketika saja tubuh Gia dibawa sedikit mundur oleh Bi Retno. Membuat jarak dari sang ibu mertua takut-takut Gia kembali disakiti. Dari tempatnya dapat Gia lihat suara tangisan anaknya terdengar kencang, seolah mengetahui hal buruk apa yang terjadi padanya.

Sedangkan ibu mertuanya itu yang hendak maju tangannya di cekal oleh sang ayah mertua. " Sudahlah ma. "

" Jangan harap wanita tak tahu diri seperti anda dapat bertemu dengan cucu saya. Saya pastikan anda tak akan pernah bertemu dengan cucu saya. Seperti saat anda merebut anak saya dari saya waktu itu. Ingat, Camkan kata-kata saya! " Sentak ibu mertua dengan tangan yang selalu mangacung pada Gia.

Keributan itu, membuat ayah mertuanya menarik sang istri pergi meninggalkan tempat. Ingatlah, masih terdapat nama baik yang harus mereka jaga.

" Tunggu saja surat ceraimu dari anak saya. " Ucap sang ayah rendah, sebelum benar-benar meninggalkan tempat.

Air mata Gia tiada henti-hentinya berderai. Seolah ingin berbondong-bondong keluar dari pelupuk matanya, menampakan lara yang tak kunjung usai.

Bayinya, bayi Gia menangis tadi. Tapi Gia tak mampu menenangkan sang anak. Bahkan menyentuhnya saja Gia tak mampu. Sakit, teramat sakit. Ketika ketidakberdayaan menghampirinya.

Tuhan, ini sakit.

Gia hanyalah seorang ibu tak berdaya, yang mendapatkan hal keji dan tak adil. Namun untuk bertindak saja tidak mampu.

1
via☆⁠▽⁠☆人⁠*⁠´⁠∀⁠`。⁠*゚⁠+
mampir yaa /Hey/
Jeremiah Jade Bertos Baldon
Aku ngerasa masuk ke dalam cerita, coba cepetan lanjutin thor!
Dzakwan Dzakwan
Wuih, nggak sabar lanjutin!
Harry
Ngebayangin jadi karakternya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!