"Kakak, aku akan kembali untuk mu! Tunggu aku sampai dewasa nanti ya! Aku hanya akan menikah dengan mu, janji! " Kata gadis kecil yang baru berusia 5 tahun dengan tas bergambar moana berwarna hijau.
"Pergilah! Jangan pernah kembali! Kau merepotkan!" Sarkas seorang anak laki-laki yang usianya baru saja menginjak 10 tahun.
Meski sudah mendapatkan segitu banyak perkataan yang kasar sekalipun, anak berusia 5 tahun itu sama sekali tidak merasa sakit hati.
Bagaimana jika anak yang berusia 5 tahun itu tumbuh menjadi anak yang sangat cantik dan manis. Namun sayangnya perangainya selalu membuat kepala orang tuanya pusing.
Dan saat dirinya sedang mengalami banyak masalah, anak laki-laki yang memintanya pergi itu datang kehadapannya dengan bentukan yang sangat berbeda.
***********
"Enyahlah dari kamar ku!"
"Apa yang ingin kau sembunyikan di balik handuk itu? Aku sudah pernah melihatnya sewaktu kecil, sepertinya masih sama kecilnya! "
"Valencia beatrice william!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tr_w, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
"Apa mencari tahu tentang kehidupan orang adalah kesenangan bagi seorang pewaris Brandon?" Tanya Valencia yang emang mendengar di akhir percakapan mereka yang menyebut namanya, dirinya tidak mendengar seluruhnya tapi tau mereka pasti sedang membacakan dirinya.
"Valencia, sepertinya kau salah paham. Sebenarnya-" Hadrian menghentikan ucapannya saat sang kakak memegang pundaknya dengan erat seakan memintanya untuk berhenti bicara.
Axel menatap datar kedatangan gadis itu. "Jangan memberi penjelasan pada orang yang tak mampu memahaminya." Kata pedas pria itu berhasil membuat Valencia naik darah. Apa katanya? Tidak mampu? Dia pikir dirinya sehebat itu hingga mengatai orang lain secara tidak langsung bodoh?
"Kau mengataiku bodoh?" Tanya Valencia yang geram dengan pria angkuh di depannya ini.
"Aku tidak mengatakannya, kau yang mengatakan itu." Ucapnya lalu hendak berlalu dari sana, dengan segera gadis itu menghalangi langkahnya dengan merentangkan kedua tangannya agar pria itu tidak bisa melaluinya. Wajah pria itu sepertinya tidak memiliki koleksi ekpresi lain selain datar dan menakutkan.
Gadis itu menatap dengan tatapan marah, namun malah terlihat menggemaskan di mata Axel Tunggu dulu! Menggemaskan? Tidak seperti menggemaskan yang kalian pikirkan ya karena pria itu sama sekali tidak merubah ekpresi nya, ini adalah arti menggemaskan lainnya seperti menyebalkan?
"Tolak keinginan mommy ku!" Ucapnya memberitahu, sebenarnya dia ingin meminta tolong tapi sepertinya kata tolong tidak akan dia sematkan di kalimatnya untuk pria seperti Axel Brandon ini. Pria itu mengangkat satu alisnya seakan bertanya kenapa harus aku?
Valencia menghela nafas sejenak sebelum menjawab pertanyaan pria itu yang secara tidak langsung. "Aku sudah bicara namun mommy bilang kalau keputusannya sudah bulat. Jadi katakan kalau kau menolak usulnya!" Jelasnya dengan menahan geram, dia memang sedang kepepet saat ini jadi meski tidak terlihat memohon. Dia harus merendahkan sedikit emosinya.
"Apa untungnya buatku?" Pertanyaan itu membuat gadis di depannya ingin mengamuk, tapi dia harus bersabar untuk kesejahteraan hidupnya. Hadrian yang melihat keduanya malah sibuk bertengkar membuat pria itu duduk menyaksikan perdebatan yang menggelikan ini.
"Kau bicara keuntungan saat ini? Oh ayolah! Aku akan memperumit hidupmu jika sampai kita tinggal dalam satu atap!" Pemberitahuan yang di bumbui ancaman. Axel diam sejenak lalu mengangguk.
"Baiklah!" Ucapnya memutuskan lalu berjalan melewati gadis berkuncir tinggi tersebut.
"Kau setuju? Dia setujuan kan Hadrian?" Tanya Valencia menatap senang pada pria yang sedang duduk menatapnya. Jawaban pria itu hanya mengangkat kedua bahunya tidak yakin. Dengan segera mereka berdua mengekor di belakang Axel yang menuju ruang tengah.
Sepertinya ancaman akan merepotkan dirinya adalah hal yang manjur, namun mengapa di sudut hatinya ada sedikit rasa kecewa. Sesaat kemudian dia tepis agar tidak menumbuhkan hal yang tidak seharusnya.
"Aunty Tantri, aku ingin bicara sebentar." Ucap Axel mencuri semua perhatian seluruh keluarga. Bahkan pria itu kini menjadi sorotan semua orang, mom Tantri menatap pria itu lalu mengangguk. Setelahnya menatap anak gadisnya yang terlihat tersenyum-senyum tidak jelas.
"Baiklah, bicaralah Axel. Ada apa?" Tanya wanita itu sembari menunggu ungkapan apa yang ingin di katakan oleh pria tampan dan mapan tersebut.
"Aku memutuskan untuk_" Axel menjeda ucapannya hingga membuat Valencia tidak sabaran dan menarik kaos pria itu dari belakang. "Menerima Valencia di rumahku untuk ku ajari." Pemberitahuan terakhir itu membuat mata gadis yang di sebutnya membola, bahkan gadis itu langsung meremas ujung kaos milik Axel yang ia tarik tadi.
Kenapa jadi gini? Ini namanya penipuan! Seru Valencia dalam hati, dirinya tidak bisa menyela saat mommy tertawa dan mengangguk.
"Terima kasih Axel, maaf harus merepotkan mu untuk menjaga anak nakal itu." Ucap wanita yang melahirkannya dengan tersenyum bahagia. Seakan dirinya sudah menunggu kata iya dari Axel.
"Ini bukan kesepakatan yang kita lakukan!" Bisik Valencia dengan mata yang sudah seperti mau keluar dari tempatnya. Axel tersenyum miring lalu menatap lekat mata gadis itu.
"Memangnya apa yang kita sepakati?" Tanya pria itu seolah tidak mengerti, bahkan wajahnya yang tampan itu kini terlihat menyebalkan. Hadrian yang ada disana juga terlihat tidak bisa berkata apapun lagi, karena sepertinya sang kakak tidak bisa di baca. Apa yang ingin kakaknya lakukan sebenarnya?
"Kita sepakat untuk menolak usulan itu! Kau sendiri yang berkata 'baiklah' tadi! Apa kau tiba-tiba pikun?!!" Sentak gadis itu dengan terus mencekal ujung baju itu agar tubuh tinggi pria itu sedikit membungkuk mendengarkan protesnya.
"Sungguh? Sepertinya selain bodoh kau juga suka menyimpulkan. Apa setiap kata baiklah selalu berarti Iya? Aku ragu kau bersekolah selama ini!" Axel menarik ujung kaosnya dari tangan gadis cantik itu yang masih terkepal, seakan sudah ada amarah yang akan meledak saat ini juga.
"Lagi pula dengan adanya dirimu, rumah ku tidak memerlukan pembantu lagi!" Bisik pria itu sebelahnya pergi menuju kamar dengan senyum puas, bahkan senyum itu hanya dia yang tau.
"Axel!!!" Teriaknya seketika membuat semua orang menatapnya yang sudah berteriak layaknya kesetanan. Dadanya naik turun dengan emosi yang meledak.
Valencia tersadar akan sikapnya lalu menatap semua orang dengan rasa malu. Astaga, apa yang telah dia lakukan? Dengan tersenyum menunjukan deretan giginya lalu di berlari ke dalam kamarnya karena sudah sangat malu. Ini baru dia akan pindah ke apartemen pria itu, apa lagi nanti jika sudah tinggal bersama.
Apa dirinya akan baik-baik saja?
.
.
.
.
Sepasang suami istri dengan menatap tajam dengan posisi duduk yang berjauhan. Si wanita sedang duduk di ujung kasur dan suaminya duduk di sofa empuk di pojok kiri sebelah ruang ganti. Wajah pria itu sudah menunjukkan ekpresi datar, meski tatapan matanya tetap memancarkan cinta yang mendalam.
Setelah berkumpul di ruang tengah tadi, keduanya seakan enggan untuk masuk kedalam kamar. Tapi bagaimana pun untuk meminimalisir kecurigaan tentang pertengkaran mereka, terpaksa lah mereka kini ada di dalam satu ruangan.
"Aku masih tidak mengerti akan semua jalan pikiran mu Tantri, kau tau sendiri Axel adalah laki-laki dewasa. Laku bagaimana bisa kamu membiarkan putri kita untuk tinggal bersama nya?" Geram pria itu, namun masih menurunkan nada bicaranya. Di situasi seperti ini maka hubungan mereka akan terancan dengan masalah komunikasi seperti ini.
"Aku sudah mengatakan kalau keputusan ku sudah bulat, aku tidak bisa memberikan penjelasan apapun padamu!" Ucapnya dengan berusaha untuk bungkam, dia seorang ibu dan tau rasa takut itu lebih dari siapapun.
Wanita itu beranjak hendak mengganti pakaiannya bersiap untuk tidur. Pria itu dengan langkah tegas mengambil sang istri yang hendak membuka pintu kaca tersebut dan menghimpitnya. Dengan sangat erat pria itu memeluk Tantri tanpa bicara.
Mengetahui suaminya sedang meredamkan emosi, dia biarkan begitu saja. Lagi pula dirinya sudah tau pria itu tidak akan berani sampai mengangkat tangannya apapun masalah mereka. Dengan tangan lentiknya, wanita yang sudah memasuki kepala lime tersebut mengelus suaminya.
"Ada yang kalian rahasiakan bukan? Kenapa sikap Cia berubah saat bersama dengan Axel? Bukankah anak kita sangat menyukai pria itu? Apa yang terjadi?" Tanya Tantri pada suaminya yang masih saja bungkam.
"Jika memang masih ada rahasia yang tidak bisa kalian katakan, maka aku juga sama. Kita akan membongkarnya di saat waktu yang tepat. Aku percaya pada dirimu maka begitu juga kamu yang harus percaya padaku Tuan Kevin William." Lanjutnya lagi saat susah beberapa menit suaminya hanya diam membisu.
"Maaf sayang, aku sudah berjanji pada putri kita untuk diam. Jadi maafkan aku.. " Ucapnya dengan mencium aroma istrinya yang masih dalam posisi yang sama.
"Jadi kamu masih marah masalah Cia yang akan tinggal dengan Axel?" Tanya Tantri dengan mata yang sudah menatap dalam pada mata satu suaminya. Oh tidak! Sepertinya pria itu meminta hal lain untuk meredam emosinya.
"Tidak setelah kita membuat adik untuk mereka." Ucap pria itu lalu menggendong istrinya, hanya wanita inilah yang mampu membuat seorang Kevin William menundukan kepalanya.
"Oh tidak! Kamu sudah tua kekuatan mu di atas ranjang tidak pernah berkurang." Ucap Tantri saat pria itu sudah mengungkung tubuhnya dengan mulut yang sudah menciumi dirinya di mana-mana.
"Karena kamu adalah canduku!" Ucapnya sebelum memulai menggagahi istrinya yang hanya bisa pasrah. Sudah lebih baik begini untuk meluruhkan amarah suaminya.