Ralina Elizabeth duduk tertegun di atas ranjang mengenakan gaun pengantinnya. Ia masih tidak percaya statusnya kini telah menjadi istri Tristan Alfred, lelaki yang seharunya menjadi kakak iparnya.
Semua gara-gara Karina, sang kakak yang kabur di hari pernikahan. Ralina terpaksa menggantikan posisi kakaknya.
"Kenapa kamu menghindar?"
Tristan mengulaskan senyuman seringai melihat Ralina yang beringsut mundur menjauhinya. Wanita muda yang seharusnya menjadi adik iparnya itu justru membuatnya bersemangat untuk menggoda. Ia merangkak maju mendekat sementara Ralina terus berusaha mundur.
"Berhenti, Kak! Aku takut ...."
Ralina merasa terpojok. Ia memasang wajah memelas agar lelaki di hadapannya berhenti mendekat.
Senyuman Tristan tampak semakin lebar. "Takut? Kenapa Takut? Aku kan sekarang suamimu," ucapnya lembut.
Ralina menggeleng. "Kak Tristan seharusnya menjadi suami Kak Karina, bukan aku!"
"Tapi mau bagaimana ... Kamu yang sudah aku nikahi, bukan kakakmu," kilah Tristan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Momoy Dandelion, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16: Akting
Ralina tengah merebahkan kepalanya di atas meja perpustakaan. Ia sedikit terkejut saat ada sensasi rasa dingin memempel di pipinya. Ares datang membawakan sekaleng minuman dingin untuknya. Ia langsung terbangun.
"Kamu kenapa?" tanya Ares dengan nada bicara lirih agar tidak dimarahi petugas perpustakaan.
"Tidak apa-apa. Hanya lelah saja rasanya." Ralina membuka kaleng minuman yang Ares berikan. Ia langsung meminumnya. Rasanya sedikit membuat pikirannya lebih segar.
"Sedang banyak tugas, ya?" Ares mengusap lembut kepala wanita yang berwajah murung di sampingnya itu.
Tidak biasanya Ralina semurung dan selelah itu. Akhir-akhir ini Ralina terlihat tidak seperti biasa. Dari mulai penampilan yang berubah hingga ekspresi wajah yang tidak seceria biasanya. Ia khawatir Ralina ada masalah.
"Tidak, bukan itu ... Kamu tahu sendiri kan, kakakku akan menikah? Aku disuruh kesana kemari ikut dengannya."
Ralina memijit kepalanya yang agak pusing. Sebulanan ini ia berubah menjadi sopir pribadi kakaknya. Kemana-mana ia harus mau mengantar Karina. Padahal, ia sendiri juga harus menyisihkan waktu untuk belajar dan mengerjakan tugas-tugas kuliah.
Sebenarnya Karina tak terlalu membutuhkan dirinya. Karina bisa pergi bersama sopir dengan mobil barunya. Ralina tahu alasan utama kakaknya melakukan semua itu. Karina hanya ingin memamerkan kebahagiaannya.
Ia tahu calon suami kakaknya sangat kaya raya dan royal. Apa yang Karina inginkan dikabulkan, termasuk pesta pernikahan mewah bertema kerajaan. Ralina sama sekali tidak iri dengan apa yang kakaknya dapatnya.
Ia hanya berharap kakaknya menjadi orang yang lebih baik dan tidak menyakitinya lagi. Sejak dulu ia selalu dimarahi dan terkadang dipukuli jika membuat kakaknya kesal. Padahal ia sudah berusaha untuk patuh baik kepada kakaknya maupun orang tuanya.
"Kalau kamu kesulitan mengerjakan tugas kampus, jangan segan untuk meminta bantuanku."
Ares menggenggam tangan Ralina. Hanya itu yang bisa ia lakukan untuk menguatkan wanita itu.
Ralina tersenyum. "Iya, terima kasih."
Ia bersyukur masih ada orang yang mau mendengar dan mendukungnya. Ares selalu baik. Meskipun pemuda itu juga memiliki permasalahannya sendiri, tapi masih peduli dengannya. Hari ini saja Ares baru selesai bekerja dan menemuinya.
Ponsel Ralina bergetar. Di layar muncul nama Karina. Ia sangat malas menerima panggilan itu. Sudah pasti Karina akan menyuruhnya lagi.
"Sebentar, telepon dari kakakku!"
Ralina membawa keluar perpustakaan ponselnya untuk menerima telepon.
"Halo,"
"Kamu dimana?"
"Masih di kampus, Kak. Ada apa?"
"Jemput aku sekarang di mall XXX!"
Ralina menghela napas. Sebelum ia menjawab, kakaknya sudah lebih dulu mematikan sambungan telepon. Ia kembali ke dalam ruang perpustakaan menjumpai Ares.
"Kakakmu, ya?" tebak Ares.
Ralina mengangguk malas. "Aku harus pergi sekarang untuk menjemputnya." Ia membereskan barang-barangnya dan memasukkannya ke dalam tas.
Ares bangkit dari duduknya. Ia meraih tangan Ralina dan menggandengnya. "Jangan cemberut begitu, semangat, Ralina!" ucapnya.
Ares menemani Ralina berjalan sampai di parkiran. Sebelum gadis itu pergi, ia memeluknya dan mengusap kepalanya.
"Hati-hati di jalan!" pesannya.
Ralina mengangguk. "Maaf, waktuku jadi berkurang untuk bersamamu."
Ares mengulaskan senyum. "Tidak apa-apa. Kita bisa jalan berdua lain kali."
"Kamu senangkan saja dulu kakakmu. Nanti kalau dia sudah menikah, kamu juga tidak akan diganggu lagi."
Ralina tertawa kecil. "Aku juga berharap seperti itu."
Ia masuk ke dalam mobil dan menjalankannya meninggalkan parkiran kampus. Ares masih berdiri di sana saat mobilnya sudah melaju. Sampai ia tidak bisa melihat Ares lagi lewat kaca spionnya.
Ralina fokus memperhatikan jalan. Namun, pikirannya tetap tidak bisa fokus. Karena kakaknya, hubungannya dengan Ares seakan menjadi lebih jauh. Ia jarang bisa bertemu dengan Ares. Apalagi Ares harus bekerja.
Setibanya di depan mall XXX, ia melihat kakaknya sedang berkumpul bersama teman-temannya. Keberadaan Friska dan Zia mengingatkannya pada kejadian di klab malam tiga tahun yang lalu. Ia tidak bisa melupakan mereka yang sudah membuatnya mabuk dan hampir dibawa oleh lelaki bejat bernama Aiden.
"Aku pergi sekarang, ya ...."
Karina berpamitan dengan teman-temannya dan masuk ke dalam mobil Ralina.
"Eh, kamu sungguhan dijemput Ralina. Adikmu jadi semakin manis ya, sekarang. Ralina apa kabar?" tanya Friska.
Ralina memaksakan tersenyum. "Baik, Kak."
"Ralina, kapan-kapan ikut main bersama kita, ya! Kamu kan sudah dewasa sekarang," sambung Zia.
"Sudah, sudah ... Jangan mengajak adikku mengobrol! Nanti aku bisa telat dan dimarahi Tristan!" omel Karina.
"Iya, iya ... Mentang-mentang yang mau menikah dengan pria tampan dan mapan ...," sindir Friska.
"Ralina, jalankan mobilnya!" pinta Karina.
"Bye semua!"
Ia melambaikan tangan seraya menaikkan kembali kaca jendela mobil.
"Kita mau kemana, Kak?" tanya Ralina sembari fokus pada kemudinya.
Karina menyandarkan punggung dengan santai di kursinya sembari memainkan ponsel.
"Butik Annelise. Tristan sudah menungguku di sana."
"Kenapa Kakak tidak meminta Kak Tristan saja yang menjemput?"
"Kamu gila? Tristan tidak suka melihatku bergaul dengan mereka. Mobilku juga sedikit mengalami kerusakan dan masih di bengkel," jawab Karina santai sambil tetap fokus pada ponselnya.
"Mobil Kakak rusak lagi?" Ralina benar-benar heran kepada kakaknya yang selalu merusakkan mobilnya. Padahal, mobil yag digunakan itu masih baru.
"Hanya sedikit lecet dan spionnya patah. Awas kamu jangan laporan kepada Tristan!"
"Pokoknya kamu berakting saja menjadi seorang adik yang baik, punya hubungan akrab dengan kakakmu. Jangan jelek-jelekkan aku di hadapan Tristan!" kata Karina mengingatkan.
"Iya. Iya ... Mana mungkin aku menjelek-jelekkan Kakak."
Ralina berharap setelah menikah nanti kakaknya benar-benar bisa berubah. Kasihan Tristan yang dibohongi dengan kelakuan kakaknya di belakang. Meskipun sikapnya sudah jauh lebih baik padanya, Karina memang masih belum berubah sepenuhnya.
Sesampainya di butik, Karina lebih dulu turun meninggalkan Ralina yang memarkirkan mobilnya. Ralina jadi malas untuk turun dari sana. Ingin ia pergi saja karena di dalam juga sudah ada Tristan. Seharusnya mereka pulang bersama.
Dengan malas, ia keluar dari mobil dan menyusul Karina masuk ke dalam.
"Selamat Siang, ada yang bisa kami bantu? Anda ingin mencari gaun pengantin?"
Ralina tertegun saat seorang staf butik menyambut kehadirannya dan langsung memberikan pertanyaan itu. Ia melirik ke sekeliling, Karina tidak terlihat di mana-mana.
"Kami memiliki koleksi terbaru di tahun ini. Ada juga koleksi model gaun pengantin yang paling banyak menjadi favorit."
"Kalau Anda berminat, saya bisa menemani untuk melihat-lihat koleksi kami."
"Ah. Itu ...."
"Gaun pengantin di sini bisa disewa, kami juga menerima permintaan untuk membuat desain khusus atau merombak gaun yang sudah jadi."
Staf tersebut sangat aktif menjelaskan sampai Ralina tidak ada kesempatan untuk menjelaskan maksud kedatangannya.
"Dia datang bersamaku."
Suara seorang lelaki dari arah samping membuat staf tersebut diam. Tristan berjalan mendekat mengenakan setelan jas berwarna hitam dengan hiasan bunga di dada kirinya. Lelaki itu terlihat sangat tampan seperti seorang model. Bahkan Ralina juga ikut terkagum-kagum, penampilan Tristan berbeda dengan biasanya. Potongan rambutnya juga berubah.
akan memperlakukan hina dan kejam pada wanita lain yang suka pada pemeran utama pria
dan akan memperlakukan sangat lembut dan spesial pada lelaki lain yang suka pada pemeran utama wanita
kalian tau tidak sadar novel kalian ini, bisa menunjukkan karakter kalian
*kalian akan memandang jijik dan melaknat wanita lain yang suka pada suami kalian tapi kalian akan lembut dan penuh perhatian pada lelaki lain yang suka pada kalian
*suami kalian harus tegas pada wanita lain tapi kalian begitu lembut dan perhatian pada pria lain
*suami kalian tidak boleh berteman pada wanita lain tapi kalian boleh berteman pada pria lain
*jika suami kalian buat salah tidak mudah dimaafkan dan harus dibuat mengemis maaf tapi saat kalian yang berbuat salah mau semudah itu dimaafkan dan jangan dibesar2kan
pola pikir kayak gini jelas sekali kalian tunjukan pada novel2 kalian
coba kalian cari ini ciri2 pemikiran wanita apa?
ok kakak...
bikin karya terbaru lagi kakak
udh mulai cair niiihhh
*wanita bersimpuh didpan suaminya, dan mengatakan kata2 penyesalan, kata2 maaf, "maafkan aku suamiku, karena begitu banyak kesalahanku, bahkan aku sempat menjatuhkan harga dirimu didepan pria lain, maafkan aku suami yang sudah menyakiti hati, izin aku menjadi istri yang akan menjaga harga dirimu dan kehormatanmu didepan orang lain bahkan aku tidak akan biar ada lelaki lain yang akan meremehkan mu" kata ini tidak akan merendahkan wanita bahkan sampai ralina berani mengucapkan kata2 ini malah akan membuat ralina menjadi wanita istimewa yang berani mengakui kesalahan nya
jangan hanya tristan yang harus membuktikan diri dan minta maaf kalau merasa salah, buat juga ralina membuktikan dirinya pantas untuk suaminya
2 kesalahan fatal ini yang harus membuat ralina sujud minta maaf pada suaminya
*ralina tidak bisa menjaga harga diri suami didepan pria lian sehingga pria lain dengan gampang meremehkan suaminya
*pengorbanan ralina untuk pria lian sampai memohon2 pada suami pada kenyataannya itu melukai dan menghancurkan perasaan suaminya
thor buktikan ralina pantas untuk tristan, dengan begitu banyaknya pengorbana tristan untuk ralina, tristan bukan hanya menyelamat kan kehidupan ralina tapi tristan juga mengangkat harga diri dan kehormatan ralina serta melindungi ralina dan memberi keadilan untuk ralina
adil lah thor buat ralina jadi wanita istimewa untuk tritan,