Keyra Alzein terpaksa mengubah penampilannya menjadi cupu, merelakan diri menjadi bahan bully-an di SMA Dirgantara demi misi kebebasan dan kejanggalan kematian saudara kembarnya yang bunuh diri satu tahun yang lalu.
Namun, siapa sangka ia malah jatuh cinta pada sosok Ketos seperti Devano.
Disaat Keyra yakin akan perasaannya, satu kenyataan pahit mengusik dimana ia tahu bahwa Devano adalah cinta pertama Arin.
Bagaimana kelanjutan kisahnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mimah e Gibran, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16. Kejutan
Panas terik siang hari tak membuat Keyra mengurungkan niatnya. Ia sudah janji dengan Aron kalau hari ini sahabatnya itu akan menjemput ke sekolah.
"Ayo naik," ajak Devano menghampiri Keyra dengan motor gedenya.
"Lo duluan aja, gue ada urusan bentar sama Aron," tolak Keyra. Memang benar, ia ada urusan dengan Aron hari ini untuk datang ke kantor polisi tempat Moza ditahan.
"Urusan apa sih? Sampai lo harus nolak gue," kesal Devano. Ia masih berharap Keyra berubah pikiran dan naik ke jok belakang motornya.
"Ya ada, pokoknya gue bareng Aron!"
"Ck! Urusan makan siang bareng?" tanya Devano yang tak bisa menyembunyikan raut kekesalannya di hadapan Keyra. Salah dia memang tak menawarinya lebih dulu pulang bareng tadi.
"Tuh dia Aron, gue duluan ya!"
Devano hanya diam tanpa berniat menjawab ucapan Keyra. Terlebih saat melihat gadis itu pegangan erat pada pinggang Aron, Devano ingin sekali meledakkan emosinya.
Hingga motor Aronmelaju, Devano masih terdiam beberapa saat lalu memutuskan mengikuti mereka. Saat motor itu terparkir di kedai pizza, Devano semakin dibuat kecewa saat melihat keduanya mengobrol saling melempar senyum. Lantas, ia pun memutuskan berhenti mengikuti dan memilih pulang bersama kekesalan yang menggunung.
***
"Udah?" tanya Aron.
"Beres, udah masuk semua! Gue juga udah selipin sepucuk surat cinta buat Moaz, biar kapok dia. Mentang-mentang anak pakpol terus kelakuan seenaknya aja."
"Kita main yang ringan-ringan dulu, Key! Next cari ide lagi." Aron tersenyum, ia senang bisa membantu Keyra memberi Moza pelajaran.
"Oke cuss kita berangkat!"
Sampailah motor Aron di kantor polisi, dengan memakai jaket dan masker hitam yang menutupi wajah mereka tak akan curiga mengingat di era sekarang kemanapun pergi kebanyakan orang menggunakan masker agar terhindar dari paparan penyakit.
"Permisi, Pak! saya sahabatnya saudara bernama Moza, boleh minta tolong?" ujar Keyra ramah dengan nada suara dibuat selembut mungkin.
"Hm, ya?" petugas jaga itu menelisik Keyra.
"Ini, tolong kasih ke Moza! makan siang untuknya, bilang dari Andin," ujar Keyra tersenyum.
Petugas itu pun mengangguk, lalu meraih box kotak yang berisi pizza untuk Moza.
"Makasih sebelumnya, Pak! Karena kami buru-buru, jadi langsung pamit."
"Hm, oke."
Setelah Keyra pergi, petugas itu datang ke cell. Ia menelisik wanita yang bernama Moza. Hanya ada satu gadis muda di cell itu.
"Moza, ada kiriman makan siang buat kamu." Membuka sedikit pintu lalu memasukkan kotak makanan itu tepat di hadapan Moza. Namun, yang terjadi wanita itu berusaha mendorong kuat jeruji pintu dan berteriak histeris minta keluar.
"Saya nggak salah, Pak!" kekehnya, "saya mau pergi, bebasin saya!" sambungnya lagi dengan napas tersengal.
Namun, tetap saja tenaga Moza tak kalag kuat dari petugas polisi. Dengan sigap pintu tertutup dan kembali digembok dari luar.
"Kasian kasian kasian," ledek rekan se cellnya.
"Bagi sini buat kita, dasar anak orang kaya manja!" desis rekan satunya.
"Enak aja!" Moza langsung mendekap kotak itu dan menatap rekannya dengan sengit.
Tanpa menunggu waktu, Moza membukanya. Seketika ia menjerit dan melempar box pizza itu ke hadapan.
"Arghhh....setan!" pekiknya.
"Heh berisik!" bentak rekannya merasa terganggu oleh ulah Moza.
Moza menunduk sampai tremor, bagaimana tidak? Diatas pizza yang harum itu terpampang foto Arin berlumuran noda merah pekat yang Moza yakini sengaja orang itu ingin membuatnya ketakutan.
Salah satu rekannya yang lebih dewasa mendekat dan mencengkram dau Moza dengan kuat. Moza yang menunduk pun sontak tak berkutik.
"Baru dapat kiriman foto aja langsung tremor lo, apalagi kalau dapat kiriman yang lebih. Heh, makanya! Jangan jadi manusia jahat kalau mental lo masih kaya krupuk mlempem," desisnya lalu meraih box kotak milik Moza.
"Lumayan, makan enak gratis!" serunya pada rekan yang lain, lalu melempar foto Arin tepat dipangkuan Moza.
"Ada suratnya juga nih! Mau denger gak kalian?" serunya bersemangat.
Moza semakin ketakutan lalu menutup kedua telinganya, akan tetapi seolah rekan itu tak perduli. Ia membuka gulungan kertas putih itu sambil menyeringai.
"Pembunuh?"
***
Berhasil memberi Moza pelajaran, mereka berdua pun akhirnya memilih menikmati waktu dengan jalan-jalan sejenak.
"Sumpah ide lo beneran bikin gue puas, meski gak tau hasilnya kaya apa?" ujar Keyra.
"Lagian gue gemes sama orang kaya gitu!"
"Tos dulu dong!" ajak Keyra. Mereka layaknya sahabat beneran, meski dalam hati Aron ia menyimpan perasaan lebih.
"Key, kalau misal gue suka sama lo gimana?"
Deg.
Keyra tertegun, mendadak suasana nyaman berubah menjadi canggung.
"Gue gak butuh jawaban iya atau enggak dari Lo, Key! Lo tau perasaan gue aja itu udah lebih dari cukup." Aron mengulas senyuman.
"Gue gak bisa sorry," ujar Keyra memalingkan wajahnya. Jika Devano tak langsung mendapatkan jawaban dari usahanya, lain itu dengan Aron. Keyra menolak tegas karena sadar dari awal mereka hanya sebatas sahabat dan gak akan lebih.
manissss bangeeeet 😘😘😘😘
terima kasih ka
maaf ya ka mimah aku banyak nuntut.abis suka bgt sama sama devano dan keyra.pokoknya novel2 ka mimah keren2 semua 👍👍👍👍👍
Key ngmbeknya jangn lama2 keburu Devano di gondol yg lain😁😁🤣
seperti temen ku yang kembar. ya begitu sikap dan sifatnya. 🤭🤭🤭
kalau ngambek suka ngilang ya, 😁😁😁
CATAT ITU!!!!!!