Taqi Bassami, hanya karena ia seorang anak angkat, pria itu harus mengorbankan hidup selamanya. Taqi menukar kebebasannya demi membayar balas budi. Berkat sang ayah angkat, hidupnya yang terpuruk di jalan, kini menjadi sukses.
Bila balas budi bisa dibayar dengan uang, Taqi pasti melakukan hal itu. Tapi bagaimana, jika Taqi harus menikahi wanita pilihan keluarga angkatnya itu untuk membalas jasa. Belum lagi latar belakang Taqi yang perlahan mencuat ke permukaan. Siapa sebenarnya Taqi? Ketika banyak pihak mengincar nyawanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sept, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hati Yang Lain
Jodoh Titipan Bagian 16
Oleh Sept
Kabar sakitnya abah baru sampai di telinga Nada beberapa hari kemudian. Pantas, ummi tidak berkunjung beberapa hari terakhir. Kalau di telpon, ummi jawabnya pasti repot, karena ada urusan di yayasan. Nada sempat berkecil hati, apa karena ini gara-gara ia yang tidak segera menikah dengan mas Taqi. Karena biasanya pagi-pagi ummi serta abah sudah datang menengok Naqiyyah.
Pagi itu, setelah dihubungi Taqi lewat telpon, Nada memaksa datang ke sana. Alhasil, Taqi menyusul Nada ke rumahnya. Ia datang ke rumah abah diantar Taqi.
Sepanjang jalan, keduanya pun hanya diam. Larut dalam pikiran masing-masing. Baru setelah sampai di persimpangan jalan, tepat di pemberhentian lampu merah Taqi mulai bersuara.
"Sepertinya abah ingin kita segera menikah," ucap Taqi. Pandangan pria tersebut masih tetap fokus ke depan. Ia bahkan tidak enak pada Nada. Karena sudah mengiyakan sebelum bicara dengan ibu satu anak tersebut.
"Kata Mas Taqi nunggu tiga bulan?" kata itu langsung lolos begitu saja dari bibirnya. Mungkin Nada terkejut, mengapa mereka merubah rencana. Ini bahkan belum ada setengahnya. Bahkan masa nifasnya saja baru berakhir beberapa hari lalu.
Nada panik karena diajak nikah, tepatnya dipaksa menikah oleh keadaan.
"Maafkan Mas ... Nada, Mas pikir tidak ada jalan keluar lagi. Dan sepertinya abah begitu ingin melihat kita menikah. Mas Taqi berharap kesehatan abah segera membaik dengan kabar pernikahan ini. Mas tidak bisa membayangkan perasaan ummi, jika sesuatu yang buruk menimpa abah," terang Taqi. Kemudian kembali menjalankan mobil ketika lampu sudah berubah menjadi hijau lagi.
"Lalu bagaimana dengan perasaan Nada dan Mas Taqi? Hati Nada masih tersimpan mas Zain. Mana mungkin kita menikah? Dan bukankah selama ini kita seperti adik kakak? Ini sangat tidak mungkin, Mas Taqi."
"Demi abah ... demi ummi ... demi Naqiyyah. Maaf jika Mas harus egoist."
"Pernikahan bukan mainan, Mas. Nada nggak bisa. Bagaimana mungkin Mas punya istri sedangkan hatinya masih memikirkan orang lain?" tanya Nada sembari mengusap bayinya yang sedikit rewel.
"Kita impas Nada."
Taqi tersenyum getir.
"Hati Mas juga sudah terisi oleh gadis lain," tambah Taqi dengan tatapan nanar.
Sudah lama sekali, ia tidak mendengar kabar Anisa. Hingga ia lihat lewat sosial media gadis itu, bahwa Anisa sudah wisuda dan sepertinya akan kembali stay di Indonesia. Rasanya Taqi ingin menghampiri cintanya itu, mengucap selamat. Harusnya hitungan bulan dari sekarang ia menikah. Menikah di tempat yang sudah digadang-gadang keduanya. Ya, harapan tinggal khayalan belaka.
Sementara itu, Nada nampak terkejut ketika Taqi membahas sosok gadis lain. Selama ini Taqi memang sangat tertutup dalam hal asmara. Mana tahu Nada kalau Taqi selama ini menjalin kasih dengan seorang gadis di luar sana. Apalagi Taqi selama ini kelihatan begitu fokus dalam bekerja.
"Lalu bagaimana dengan gadis itu? Kenapa malah Mas Taqi mau menerima perjodohan ini?" tanya Nada kemudian. Nada akhirnya penasaran juga. Ia pun menoleh memperhatikan Taqi yang fokus menyetir. Nada menanti jawaban pria tersebut, pria yang sudah ia anggap abang sendiri.
"Mas memang pria jahat. Tapi ... sudahlah. Mungkin bukan jodoh," jawab Taqi lirih.
Jelas sekali ada nada kesedihan di kalimat terakhir sosok pria tampan kalau dilihat dari samping tersebut.
'Astaghfirullahaladzim,' batin Nada ketika tersadar sudah menatap Taqi terlalu lama. Nada kemudian membetulkan posisi duduknya kembali, lalu menatap putri kecilnya yang sudah tidur dalam dekapannya tersebut. Sambil menepuk lembut tubuh Naqiyyah, Nada kembali mengeluarkan pendapat.
"Jadi sekarang ... Hati Mas Taqi masih ada orang lain, begitu juga dengan hati Nada. Sepertinya kita juga tidak jodoh," ujar Nada menarik kesimpulan.
Chittttt ...
Nada tersentak, ia kaget karena pria di sampingnya itu menginjak pedal rem secara mendadak.
"Kamu nggak apa-apa?" reflect tangan Taqi menghalangi bagian depan tubuh Nada agar tidak membentur ke depan.
Nada yang terkejut, menjawab pertanyaan itu dengan menggeleng pelan.
"Maaf, ada kucing tiba-tiba lewat," ucap Taqi sembari memperhatikan Nada dan Naqiyyah.
Nada tahu, sebab setelah mobil berhenti seekor kucing kampung tiba-tiba melintas. Kucing itu saling kejar-kejaran sesama jantan. Mungkin sedang merebutkan wilayah atau mungkin merebutkan betina. Mobil yang dikendarai Taqi sudah mau masuk area perumahan kediaman abah, dan memang banyak kucing liar di sana.
"Hati-hati, Mas." Nada masih dag dig dug. Ia kemudian minum air mineral yang ada di sampingnya. Masih bersegel, ia minum saja karena jantungnya masih berdegup kencang.
Taqi menghela napas panjang, banyak pikiran membuat pria itu akhir-akhir ini tidak fokus dalam banyak hal. Bahkan pekerjaan saja banyak yang tidak beres. Perjodohan ini mungkin menguras pikiran pria tersebut. Beban pikiran membuat Taqi sebenarnya stress ringan.
***
Akhirnya mereka tiba, Nada turun sebelum Taqi membuka pintu untuknya, padahal Taqi sudah berniat membuka pintu untuk ibu satu anak tersebut. Tapi Nada sudah turun duluan.
Tidak mau bergantung pada manusia lagi. Nada apa-apa kini ia lakukan sendiri. Meskipun hanya membuka pintu mobil, memasang gas LPG, atau bahkan mengangkat galon. Nada ingin melakukan semuanya sendiri, ingin menjadi mandiri. Kehilangan peganggan hidup seperti Zain, cukup membuat Nada belajar. Jangan pernah bergantung pada manusia. Apa-apa harus sendiri.
Keduanya pun masuk ke rumah yang pintunya sudah terbuka. Di sana sudah ada bibi, sepertinya bibi tahu mereka akan datang.
"Ummi mana, Bik? Kok sepi?" tanya Nada pada asisten baru ummi. Karena yang lama sudah ikut dengan Nada. Tinggal bersama Nada. Sekedar bersih-bersih rumah.
Sedangkan Taqi, pria itu langsung masuk kamar abah yang sudah terbuka.
"Bik ... Abah mana?" tanya Taqi panik.
BERSAMBUNG
IG Sept_September2020
Abah mana abah mana .... di mana? Di jonggol. Hehehhe.
jawab iya salah jawab tidak juga berat
😭😭😭