Charlotte Hasana, wanita cantik dengan tubuh perawakan mungil, ramping dan cantik. Ayahnya menikah lagi dengan seorang wanita yang begitu materialistis. Ibu Tiri Charlotte berencana menikahkan dirinya kepada laki-laki tua kaya raya namun seorang Gay. Charlotte menentang keras keinginan Ibu tirinya. Karena itu, Charlotte berencana kabur dengan dandanan berbeda dari biasanya. Dia memoles wajahnya begitu jelek.
Namun ketika dirinya kabur, dia bertemu dengan laki-laki yang mengancam hidupnya. Hingga karena suatu alasan, Charlotte terpaksa melakukan hubungan satu malam dengan laki-laki itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nanayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 16
Charlotte turun kebawah menuju ruang makan. Saat tiba disaat dia melihat kemesraan Shinta dengan Fredy. Hati Charlotte terasa diremas, begitu menyakitkan. Jujur saja, melihat pemandangan didepannya sudah menghilangkan ***** makannya.
“Shinta sayang, ambil udang asam manis ini untuk Fredy. Dia sangat menyukainya bukan.” Ucap Sella seraya menepiskan senyum senangnya. Melihat putrinya bahagia, tentu saja dirinya ikut bahagia.
“Iya Ma.”
Shinta berdiri dan mengambil piring berisi masakan udang kesukaan calon suaminya. Lalu dengan hati-hati dan perlahan, Shinta mengupaskan kulit udang tersebut dan dagingnya diletakkan diatas piring Fredy.
“Terima kasih.”
“Sama-sama sayang.” Balas Shinta dengan penuh cinta,
Charlotte mengalihkan pandangannya dengan muak. Shinta begitu berlebihan jika menyangkut Fredy. Padahal disana ada Ayah, tapi sikap Shinta terlalu dilebih-lebihkan.
“Charlotte sayang, ini makanlah.” Susanto mengambilkan sayur untuk Charlotte.
“Ah, iya Yah. Terima kasih.”
“Makanlah yang banyak. Ini akan jadi kebersamaan kita bisa berkumpul seperti ini. Besok, kamu akan pergi dari rumah ini. Jaga diri baik-baik. Dan patuhlah dengan suamimu nanti.”
“Bukan suami Ayah, tapi calon suami.” Koreksi Charlotte.
“Dia nanti akan jadi suamimu. Apa yang salah dari ucapan Ayah?”
Charlotte mendengus pelan. Dia sangat tidak senang dengan situasi saat ini. Charlotte kembali melanjutkan makannya.
“Melihat Shinta dan Fredy seperti ini mengingatkan kita dulu ya sayang.” Ucap Sella dengan tersenyum senang seraya mendekatkan kepalanya di bahu Susanto, suaminya. Ibu Tiri Charlotte memang sengaja mengatakan hal itu didepan Charlotte hanya untuk membuatnya sakit hati.
“Iya sayang.” Balas Susanto. “Fredy kapan orangtuamu kesini untuk melamar putriku?”
“Emb, secepatnya Paman.” Jawab Fredy tampak kebingungan. Laki-laki itu melirik Charlotte dengan tatapan teduh. Sedangkan Charlotte memalingkan wajahnya.
“Bagus. Mama ingin segera mengadakan pernikahan besar untuk kalian. Fredy cepatlah bujuk orang tuamu. Shinta harus segera menikah. Hubungan kalian juga sudah diketahui banyak orang kan. Tidak baik menunda-nundanya.” Bujuk Sella.
“B-baik tante.”
“Yah, Charlotte punya permintaaan.” Charlotte tiba-tiba membuka suara ditengah kegembiraan mereka. Shinta dan Sella langsung memasamkan wajahnya merasa kesal.
“Apa sayang, katakanlah.”
“Gaun yang kupakai hari ini sangat tidak cocok untuk kubawa pergi ke rumah keluarga Xavier. Bolehkah Charlotte minta gaun lain?”
“Tentu saja boleh. Katakan yang kamu mau. Ayah akan belikan. Asal kamu bisa membuat mereka senang.” Balas Susanto mantap.
Senyum jahat terukir di bibir Charlotte. Kali ini mungkin kesempatan untukknya membalas perbuatan orang-orang menyebalkan dirumah ini.
“Charlotte mau gaun baru berwarna putih dengan motif bunga-bunga yang dibeli oleh Shinta.”
“Apa!?? Kau bicara apa barusan!!” teriak Shinta seraya berdiri dengan wajah emosi.
“Aku mau gaun yang kamu beli. Itu sangat cocok untukku. Berikan saja padaku, kau kan bisa beli lagi.” Ucap Charlotte dengan enteng. Tersenyum tanpa dosa.
“Tidak bisa! Itu gaun milik Shinta. Kamu tidak boleh mengambilnya.” Kini Sella yang menjawab. Wanita jahat itu tahu jika Charlotte hanya ingin membuat Shinta kesal. Gaun itu juga harganya paling mahal diantara gaun milik Shinta.
“Tapi aku mau itu. Tidak mau yang lain. JIka kalian menolak, aku akan menolak pernikahanku dan kabur dari sini lagi.” Ancam Charlotte tanpa rasa takut. Menatap ibu tirinya dan adik tirinya secara bergantian.
“Jangan bicara sembarangan! Kamu ingin mengancam keluargamu sendiri!!” seru Sella mulai naik darah.
“Tidak. Hanya saja aku berhak meminta itu karena ini hari terakhirku dirumah ini. Bukankah nanti Shinta bisa membelinya lagi. Ayah pasti akan memberikannya.” Jawab Charlotte masih membalas mereka.
“Tapi, itu gaun-“
“Sudah-sudah! Kenapa kalian bertengkar hanya karena masalah gaun! Ayah akan belikan lagi nanti!” teriak Susanto kesal.
“Tapi Ayah, itu gaun hanya ada satu di dunia. Shinta sudah memesannya berbulan-bulan yang lalu.” Rengek Shinta tetap tak terima.
“Shinta, kamu bisa beli gaun yang lain. Bahkan lebih bagus lagi. Berikan itu pada kakakmu. Jika sampai pernikahannya dengan keluarga Xavier gagal, kamu yang akan ayah salahkan!” tegas Susanto.
“B-baik ayah.” Shinta kembali duduk dengan wajah murung.
Charlotte merasa puas karena berhasil membuat Shinta kesal. Ada satu hal lagi yang kembali diinginkannya. Ini adalah kesempatan emas baginya bisa membuat dua wanita itu kesal bukan main.
“Yah?”
“Apa sayang?”
“Charlotte juga tidak punya perhiasan untuk dipasangkan dengan gaun itu. Bolehkah, Charlotte meminta perhiasan Shinta.” Mendengar itu, telinga Shinta dan Sella langsung panas. Charlotte benar-benar mencari masalah dengan mereka.
“Shinta, kamu dengar kakakmu.”
Shinta melirik Sella, ibunya. Wanita itu diam dengan memejamkan mata, sepertinya mencoba menahan amarahnya.
“Baik Yah. Urusan kakak juga urusan keluarga kita. Aku akan memberikannya.”
Charlotte membetulkan kacamata hitamnya seraya tersenyum penuh kemenangan. Ini baru permulaan.