CERITA INI MENGANDUNG 21++. DISARANKAN BIJAK MEMILIH BACAAN!
DISARANKAN JUGA UNTUK TIDAK AMBIL SERIUS CERITA INI. TUJUAN AUTHOR UNTUK MENGHIBUR NGANA SEMUANYA.
Miya Andara, seorang perempuan berkaca mata, berpenampilan sederhana yang bekerja di sebuah perusahaan property terbesar di Jakarta, tidak menyangka akan terjebak di dalam sebuah pernikahan dengan seorang lelaki yang ia temukan dalam kondisi mabuk pada suatu malam.
Bagas Gumilang, seorang CEO perusahaan property besar itu tidak bisa menolak permintaan ayah dan ibunya untuk menikahi Dara saat mereka kedapatan di dalam kamar yang sama.
Bagas yang sudah memiliki kekasih mau tidak mau harus menikahi Dara atas desakan kedua orangtuanya yang terlanjur salah paham.
Akankah keduanya bertahan dalam hubungan tanpa cinta yang akhirnya mengikat mereka dalam pernikahan dadakan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julies, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
First
Sampai di apartement, Bagas langsung menjatuhkan diri di atas ranjang. Ia benar-benar sedang kelelahan. Dara yang bingung harus melakukan apa akhirnya masuk juga ke kamar dengan Bagas yang sudah tertelungkup di atas ranjangnya.
"Aku tidur dimana?" tanya Dara sambil mengamati sekeliling.
"Susah amat lo, ya tidur di sini. Noh, susun lagi bantal guling kayak semalem." sahut Bagas seperti biasa.
"Apartement segede ini kamarnya cuma satu." omel Dara lagi.
"Cerewet banget lo ini! Udah, lakuin yang mau lo lakuin di sini. Mau masak kek, nyuci kek, makan kek, jungkir balik sambil terbang kek. Terserah! jangan ganggu, gue mau tidur!"
Dara menatap Bagas dengan pandangan keki. Ia segera menghempaskan tas kerjanya lalu menggulung lengan kemeja hingga ke siku.
"Mas Bagas!" Bagas langsung mengangkat kepala mendengar panggilan yang terdengar menggelikan di telinganya itu.
"Panggil aja gua Bagas." sergah Bagas cepat.
"Ih, gak sadar tua! kamu kan udah mau tiga puluh tahun. Nanti aku kualat!"
"Nah tau kualat lo ya? tau gak, nolak suami buat gulat ranjang juga bakal bikin lo kualat!" imbuh Bagas lagi.
"Kalo yang itu, kualatnya ngerti." Dara segera meleletkan lidahnya mengejek Bagas.
"Terus ngapain lo panggil gue tadi? cuma mau ngajak berantem lagi? debat lagi? Ayo gue ladenin sampe pagi juga." sewot Bagas membuat Dara berdecak kesal untuk kesekian kalinya.
"Aku gak punya baju, baju aku masih di kost." keluh Dara akhirnya.
"Noh, buka lemari sebelah sana. Baju model apa juga ada, dari yang tertutup penuh sampai yang cuma nutup tengahnya doang." tunjuk Bagas.
Dara segera berlari kecil membuka lemari dan ternganga melihat ada banyak dress rumahan, kemeja dan berbagai jenis baju lainnya. Dan beberapa lingerie seksi dan g-string. Dara menarik g-string itu dengan ujung jarinya lalu meletakkannya kembali dengan pandangan bergidik ngeri.
Bagas sudah membenamkan tawanya di dalam bantal untuk meredam suara tawanya yang terpingkal keras itu setelah melihat ekspresi Dara.
"Buat apaan ini?" Dara menekan kedua tangannya di pinggang.
"Hadiah pernikahan kita, lucu kan?" goda Bagas.
"Lucu apanya? ya ampun, aku kan bukan pemain film p*rn*!" sahut Dara masih dengan kekesalan di wajahnya.
Bagas hanya tertawa puas melihat wajah Dara yang sudah bersemu merah itu.
"Emang lo mesti jadi bintang p*rn* dulu baru bisa pake g-string?" goda Bagas lagi membuat Dara kehabisan sabar lalu segera menarik G-string berwarna merah menyala itu lalu ia berjalan mendekati Bagas yang masih tertawa sambil memegang perut dan tanpa sempat Bagas tahan, Dara sudah memakaikan G-string itu masuk ke dalam kepala Bagas.
"Nah, ini baru cocok." Giliran Dara yang tertawa terpingkal-pingkal. Bagas menatap cermin besar yang bersebrangan dengan ranjang berukuran king size itu dengan pandangan kesal pada Dara yang sudah tertawa sambil melihat Bagas.
"Sialan lo ya, sini lo!" Bagas mencoba menangkap tubuh Dara yang sudah berlari dan masuk ke dalam kamar mandi.
Terdengar kemudian suara air, Dara nampaknya sedang mandi. Bagas tapi kembali menyunggingkan senyum jahil. Ia tahu, Dara melupakan handuk.
"Mas Bagas." Suara Dara terdengar.
"Apa?" sahut Bagas santai. Ia sudah tahu apa yang dibutuhkan gadis itu.
"Ehmmmmm, aku lupa bawa handuk. Tolongin taruh di depan pintu ya."
"Iya, udah gue taruh tuh." sahut Bagas lagi.
Dara membuka pintu kamar mandi perlahan, tapi ia terkejut saat melihat Bagas sudah berdiri di depan pintu dengan handuk di tangannya. Lebih terkejut saat Bagas mendorong pelan pintu kamar mandi tanpa sempat Dara cegah.
Dara segera menutup tubuhnya karena kini ia hanya memakai bra dan celana dalam yang telah basah. Rambut panjangnya terurai indah dan nampak basah juga. Bagas menelan salivanya dengan susah payah.
"Aku mau handuknya, Mas." Dara berkata dengan suara bergetar.
Bagas tidak mengatakan apapun selain mendekati Dara yang terus mundur ke belakang dengan tangan menutup bagian sensitifnya.
"Mas Bagas, jangan macem-macem." Dara semakin tersudut.
Bagas berhenti melangkah saat Dara sudah tidak bisa mundur lagi. Ia menatap Dara yang hanya bisa balas menatapnya dengan pandangan takut sambil tetap berusaha menutup area terlarang bagi Bagas itu.
"Lo beneran gak mau ngasih gue ini Ra?" tanya Bagas serak.
Dara terkejut dengan pertanyaan itu, tapi kemudian ia menggeleng.
"Satu ciuman aja, Ra, please." pinta Bagas dengan tatapan memelas.
"Tapi..."
"Boleh ya? lo gak kasihan sama gue?" tanya Bagas lagi.
Dara menggigit bibirnya, dan tanpa ia sadari, kepalanya mengangguk pelan.
Bagas menyunggingkan senyum kecil lalu mendekatkan bibirnya ke bibir Dara yang sudah basah. Dara mulai membuka mulutnya perlahan, ia mulai terhanyut pada ciuman mesra yang diberikan oleh suaminya itu.
Tanpa sadar Dara mulai mengerang, tubuhnya menginginkan hal yang lebih dari ini. Maka ia membiarkan ketika Bagas mulai membuka Bra nya dan mencium satu persatu gunung kembarnya yang padat menantang itu.
Terdengar nafasnya dan Bagas mulai memburu. Bagas memperhatikan Dara sambil terus mengulum dan meremah kedua benda itu. Tampak Dara menikmati apa yang sedang Bagas lakukan padanya.
"Mas...Stop!" Dara melepaskan diri dengan nafas yang masih terengah-engah.
Bagas mengatur nafasnya juga lalu melilitkan handuk di tubuh Dara. Ia keluar dari kamar mandi lalu meraih kunci mobil meninggalkan Dara yang masih terpaku di tempatnya berdiri.
Dara segera keluar dari kamar mandi setelah ia rasa Bagas benar-benar telah menjauh dari apartemennya. Dara segera mengganti baju, ia lalu menatap cermin.
Ia mencubit pipinya. Dara kira ia sedang bermimpi. Kenapa ia bisa memberikan setengah dari tubuhnya untuk Bagas tadi? bukankah ia telah berjanji akan menghindari kontak fisik dengan Bagas dengan segala cara?
Tapi, tubuhnya justru bereaksi dan meronta ingin disentuh oleh lelaki yang sering ia panggil buaya gondrong itu.
"Aku ini kenapa?" tanya Dara pada diri sendiri.
Sementara di tempat lain, di parkiran besment, Bagas masih terdiam di dalam mobil. Ia bisa gila bila masih berada di dekat Dara sementara benda di bawah tubuhnya sudah mengeras dengan sempurna.
"Belah duren di malam minggu, berdua bersama kekasih, aduuuuuh enaknya." Nyanyian dari dua security yang sedang asyik berjoget diiringi musik dari radio di dalam pos itu membuat mood Bagas semakin tak baik.
"Belah duren apaan? semangkanya aja belum puas gue makan!" maki Bagas kesal sambil memukul setir berulang kali. "Masa iya gue harus bereksperimen sama sabun lagi? Dewa bokep, tolong turunkan petunjukmu." ujar Bagas semakin putus asa di dalam mobilnya sendiri.
Ia semakin kesal takkala melihat dua kucing jantan dan betina tengah asyik belah duren di bawah mobil penghuni apartemen lain yang kebetulan parkir di depan mobilnya.
"Woi kucing! tau aturan sedikit, belah duren sembarangan lo!" pekik Bagas kesal sambil mengklakson kedua kucing yang tidak peduli pada kekesalan Bagas itu.
Mana yg aku inget cuman nama peran laki lakinya aja pokoknya namanya Bagas, trus istrinya sekretaris dia.
Yahh pokoknyaa senenggg bgtttt akhirnya ketemu sama novel ini, udah pengen baca ulang dari tahun kemarin tapi ga ketemu mulu.