NovelToon NovelToon
Menjahit Luka Dengan Benang Khianat

Menjahit Luka Dengan Benang Khianat

Status: sedang berlangsung
Genre:Cerai / Selingkuh
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: Mbak Ainun

Penasaran dengan cerita nya lansung aja yuk kita baca

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mbak Ainun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 15: Benang Merah di Tengah Salju

Desember 2025 datang dengan udara yang jauh lebih dingin dari biasanya. Bagi Arini, cuaca ini terasa seperti cermin bagi hatinya—beku, namun tenang. Setelah penangkapan Maya di pelabuhan, nama Arini tidak lagi hanya dikenal sebagai desainer berbakat, melainkan sebagai ikon ketangguhan wanita. Butiknya kini kebanjiran pesanan dari seluruh penjuru dunia. Semua orang ingin mengenakan busana hasil tangan seorang wanita yang mampu menjahit kembali hidupnya dari puing-pembing kebohongan.

Malam ini, Arini duduk sendirian di studionya yang hangat. Ia sedang menyiapkan gaun penutup untuk peragaan busana akhir tahun. Di depannya terbentang kain beludru berwarna merah marun yang sangat dalam, semerah darah yang membeku.

Tiba-tiba, pintu studionya diketuk pelan. Arini tidak perlu menoleh untuk tahu siapa yang datang. Aroma kayu cendana itu sudah memberitahunya lebih dulu.

"Kau selalu bekerja melampaui batas, Arini," ujar Damar sembari melangkah masuk. Ia membawa dua gelas kopi hangat yang uapnya mengepul di udara dingin ruangan itu.

Arini meletakkan jarumnya dan berbalik. "Batas adalah sesuatu yang aku ciptakan sendiri, Damar. Terima kasih untuk kopinya."

Damar duduk di tepi meja potong, menatap gaun merah itu dengan saksama. "Warna yang berani. Seperti seseorang yang sudah siap untuk menghadapi dunia lagi tanpa rasa takut."

"Atau seseorang yang sudah tidak punya apa pun lagi untuk disembunyikan," sahut Arini sembari menyesap kopinya. Rasa pahit kafein itu seolah menyadarkannya dari lamunan panjang. "Bagaimana kabarmu di Paris? Kudengar kontrakmu dengan jaringan tekstil di sana diperpanjang."

Damar terdiam sejenak, matanya menatap Arini dengan intensitas yang membuat Arini merasa tidak nyaman. "Aku membatalkannya. Aku memutuskan untuk menetap di Jakarta. Ada sesuatu yang tertinggal di sini tujuh tahun lalu, dan aku baru menyadari bahwa aku tidak bisa menjahit masa depanku jika benangnya masih tertinggal di masa lalu."

Arini meletakkan gelas kopinya dengan sedikit keras. "Jangan mulai, Damar. Aku baru saja berhasil menyingkirkan dua pengkhianat besar dalam hidupku. Aku tidak punya ruang untuk drama romansa masa lalu. Aku sedang membangun kerajaanku sendiri."

"Aku tahu," jawab Damar tenang. "Aku tidak memintamu untuk kembali padaku sekarang. Aku hanya ingin kau tahu bahwa tidak semua pria adalah Adrian. Tidak semua orang ingin memanfaatmu. Ada orang yang hanya ingin melihatmu bersinar tanpa harus memadamkan apamu."

Arini tertegun. Kalimat itu menghantam bagian terdalam hatinya yang selama ini ia tutup rapat dengan ego dan kerja keras. Ia teringat bagaimana Adrian selalu mencoba mengecilkan pencapaiannya agar pria itu merasa lebih berkuasa. Sementara Damar, bahkan setelah bertahun-tahun, tetap memujanya dengan cara yang sederhana.

"Aku tidak tahu bagaimana cara mempercayai orang lagi, Damar," bisik Arini jujur. Suaranya terdengar sangat rapuh, sebuah sisi yang tidak pernah ia tunjukkan pada siapa pun, bahkan pada Rendra.

Damar berdiri dan berjalan mendekati Arini. Ia tidak menyentuhnya, ia menghormati batasan yang dibuat wanita itu. "Kau tidak perlu belajar mempercayaiku sekarang. Cukuplah belajar mempercayai dirimu sendiri lagi. Bahwa instingmu untuk memilih kebahagiaan tidak rusak hanya karena satu kesalahan bernama Adrian."

Damar meletakkan sebuah kotak kecil di atas meja kerja Arini. "Itu adalah kancing antik dari pasar loak di Paris. Aku menemukannya dan langsung teringat padamu. Gunakanlah untuk gaun penutupmu. Sebagai simbol bahwa hidupmu kini dikunci oleh kekuatanmu sendiri, bukan oleh janji palsu orang lain."

Setelah Damar pergi, Arini membuka kotak itu. Sebuah kancing emas berbentuk bunga bakung yang sangat detail. Ia menatap kancing itu, lalu beralih pada kain merah di depannya.

Ia menyadari satu hal: menjahit luka bukan berarti menghilangkan bekasnya. Luka itu akan selalu ada, menjadi bagian dari tekstur hidupnya. Namun, dengan benang yang tepat dan tangan yang tidak lagi gemetar, ia bisa mengubah bekas luka itu menjadi pola yang paling indah.

Arini mengambil jarumnya kembali. Malam ini, ia tidak lagi menjahit dengan rasa dendam. Ia menjahit dengan sebuah harapan kecil yang mulai tumbuh di sela-sela kedinginan Desember.

1
Yulitajasper
Cerita yang 👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!