*Important*
novel ini ekslusif ada hanya di NovelToon,bila ada di platform lain, bearti plagiat
tolong bantu report
"Ketika dunia mengandalkan pedang dan sihir, aku membawa napalm dan artileri. Oh, dan saldoku? Error Tak Terbatas." Rian, seorang buruh pabrik yang mati karena kelelahan, mengira hidupnya berakhir. Namun, dia membuka mata sebagai Zephyrion IV, Kaisar boneka di dunia Terra Vasta—sebuah planet yang 1.000 kali lebih luas dari Bumi. Nasibnya buruk: Negaranya di ambang kebangkrutan, dikelilingi musuh, dan nyawanya diincar oleh menterinya sendiri. Tapi, Rian tidak datang dengan tangan kosong. Dia membawa "Omni-Store System"—sebuah toko antardimensi yang mengalami ERROR fatal. Saldo Poin: UNLIMITED (∞).
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sukma Firmansyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 15: Angin Puyuh di Taman Raja
Ibukota Republik Vexia. Istana Kepresidenan.
Jarak: 300 km dari perbatasan Aethelgard.
Pagi itu cerah di Ibukota Vexia. Burung-burung berkicau di taman istana yang luas dan indah.
Presiden Vexia, Lord Alaric, sedang menikmati sarapan paginya di balkon marmer yang menghadap ke taman bunga mawar kesayangannya.
Meski jabatannya Presiden, Alaric hidup seperti Raja. Dia gemuk, tamak, dan saat ini sedang gelisah.
"Belum ada kabar dari Armada Besi?" tanyanya pada pelayan.
"Belum, Tuan Presiden. Merpati pos belum kembali."
Alaric menyesap tehnya. "Hah, mungkin mereka sedang sibuk menjarah. Zephyr si bocah ingusan itu pasti sudah menangis minta ampun."
Tiba-tiba... getaran aneh terasa di cangkir tehnya.
Permukaan teh beriak.
DUB... DUB... DUB... DUB...
Suara itu datang dari kejauhan. Rendah, ritmis, dan semakin lama semakin keras. Seperti suara jantung raksasa yang berdetak cepat.
"Suara apa itu?" Alaric berdiri, meletakkan cangkirnya.
Angin mulai bertiup kencang secara tidak wajar. Kelopak bunga mawar di taman mulai beterbangan. Penjaga istana berlarian keluar dengan tombak dan panah, menatap ke langit dengan bingung.
DUB-DUB-DUB-DUB-DUB!
Dari balik awan, sebuah titik hitam muncul. Titik itu membesar dengan cepat.
Bukan burung. Bukan naga.
Benda itu terbuat dari logam hijau gelap, memiliki "baling-baling" raksasa di atasnya yang berputar begitu cepat hingga terlihat kabur.
Itu adalah Bell UH-1 Iroquois "Huey". Helikopter ikonik Perang Vietnam. Suara baling-balingnya yang khas (whop-whop-whop) adalah suara teror psikologis yang legendaris.
"Naga Besi?!" jerit seorang penjaga. "Lindungi Presiden!"
Helikopter itu tidak menyerang. Dia menukik turun langsung menuju taman istana.
Angin dari baling-baling utama (Rotor Downwash) menciptakan badai mini. Mawar-mawar kesayangan Alaric tercabut dari akarnya. Patung-patung hiasan terguling. Taplak meja sarapan Alaric terbang entah ke mana.
"Mawar-mawarku!" teriak Alaric, memegangi wig-nya agar tidak terbang.
Helikopter itu mendarat dengan mulus di tengah rumput yang kini rata. Kaki besinya menapak tanah Vexia dengan arogansi mutlak.
Pintu samping helikopter terbuka.
Zephyr melompat turun. Dia mengenakan kacamata hitam Aviator, jaket kulit bomber, dan celana kargo. Di pinggangnya hanya ada pistol Desert Eagle. Tanpa pengawal. Tanpa pasukan. Sendirian.
Dia berjalan santai melewati angin baling-baling yang masih berputar pelan, menuju balkon tempat Alaric gemetar.
Para penjaga Vexia mengepungnya, ratusan tombak dan panah terarah padanya.
"Berhenti!" teriak Kapten Penjaga Vexia. "Siapa kau?! Makhluk apa itu?!"
Zephyr tidak berhenti. Dia melepas kacamata hitamnya, menatap Alaric di balkon.
[Mata Penguasa: AKTIF]
TARGET: Lord Alaric (Presiden Vexia)
Loyalitas (Zephyr): -100 (Musuh).
Status: Teror Murni (Mental Break).
Trait: Cowardly Greed (Pengecut yang cinta uang).
Zephyr tersenyum. Orang ini mudah dibeli.
"Turunkan senjata kalian," kata Zephyr santai, suaranya tidak keras tapi penuh wibawa. "Jika aku ingin membunuh kalian, aku sudah menjatuhkan 'Telur Api' dari atas sana dan meratakan istana ini lima menit yang lalu."
Alaric, yang menyadari siapa pria ini dari lukisan intelijen, membelalak.
"K-Kau... Kaisar Zephyrion?"
"Pagi, Alaric," sapa Zephyr seolah menyapa tetangga. "Maaf merusak tamanmu. Aku datang untuk mengantar surat."
Zephyr melempar sebuah gulungan kertas ke arah Alaric. Gulungan itu jatuh tepat di kaki sang Presiden.
"Apa... apa ini?"
"Surat Penyerahan Diri Tanpa Syarat," jawab Zephyr.
"Kau gila!" teriak Alaric, keberaniannya muncul sedikit karena dikelilingi ratusan penjaga. "Kau sendirian di sini! Di jantung ibukotaku! Aku bisa memerintahkan mereka membunuhmu sekarang juga!"
Zephyr tertawa. Dia menunjuk ke langit.
"Sendirian?"
Alaric mendongak.
Di atas sana, menembus awan, dua titik hitam lagi terlihat berputar-putar.
Dua helikopter tempur kecil (MD 500 Defender) yang dilengkapi Minigun sedang hovering (melayang diam) tepat di atas istana. Laras senapan mesin mereka mengarah lurus ke kepala Alaric.
"Dua temanku di atas sana punya jari yang gatal," kata Zephyr dingin. "Satu gerakan salah darimu, dan kepala bupatimu akan meledak sebelum kau sempat berkedip."
Wajah Alaric berubah ungu, lalu putih pucat. Dia sadar dia sudah kalah skakmat. Jarak 300 km yang memisahkan negara mereka ternyata bisa ditempuh Zephyr dalam hitungan jam. Tidak ada tempat yang aman lagi.
"Apa... apa maumu?" tanya Alaric lemas.
"Sederhana," Zephyr melangkah naik ke balkon, mengambil satu buah anggur dari piring yang belum jatuh, lalu memakannya.
"Satu: Vexia menjadi negara bagian (Vassal) dari Aethelgard."
"Dua: Kau tetap jadi Presiden, tapi kau melapor padaku."
"Tiga: Seluruh tambang, pelabuhan, dan pasar Vexia sekarang berada di bawah manajemen perusahaanku."
Alaric gemetar. "Itu... itu perbudakan!"
"Bukan," Zephyr menggeleng. "Itu Merger dan Akuisisi. Dan sebagai gantinya..."
Zephyr menatap mata Alaric yang tamak.
"...Aku akan memberimu hak eksklusif untuk menjual produk-produkku ke Kerajaan Besi dan Kesultanan Arad. Kau akan jadi orang terkaya kedua di benua ini setelah aku."
Mata Alaric berkedip. Terkaya kedua?
Sifat serakahnya (Greed) mulai mengambil alih rasa takutnya. Jika dia menyerah, dia kehilangan kedaulatan, tapi dia dapat uang. Jika dia melawan, dia mati.
Pilihan yang mudah bagi seorang pengecut.
Alaric perlahan mengambil gulungan kertas itu.
"Kau... kau janji aku akan tetap kaya?"
"Lebih kaya dari impian liarmu," janji Zephyr.
Alaric mengambil pena bulu angsa di meja. Tangan gemetarnya menandatangani surat itu.
[SYSTEM NOTIFICATION]
Vexia Subjugated!
Territory Expanded: +120.000 km².
Population Added: +3.000.000 Jiwa.
Resource Added: Iron Mine (Grade B), Coal Mine (Grade A).
Zephyr tersenyum puas. Tanpa satu peluru pun ditembakkan di ibukota, dia baru saja menggandakan ukuran negaranya.
"Senang berbisnis denganmu, Gubernur Alaric," kata Zephyr. "Sekarang, bereskan taman ini. Minggu depan aku akan kirim insinyur untuk membangun jalan tol."
Zephyr berbalik, berjalan kembali ke helikopternya. Para penjaga Vexia membelah jalan memberinya lewat dengan tatapan hormat dan ngeri.
Mereka tidak melihat seorang manusia. Mereka melihat Dewa yang turun dari langit dengan kereta angin.
Jadinya seperti pertarungan Fantasy sihir dengan teknologi modern/militer keren banget
Semoga semakin ramai pembacanya ya kakak author tetap semangat berkarya
Tetap semangat thor 💪
tetap semangat thor 💪
sudah di riview
Keren thor lanjutkan 💪💪