NovelToon NovelToon
THE TRILLIONAIRE GUARDIAN

THE TRILLIONAIRE GUARDIAN

Status: tamat
Genre:Menjadi Pengusaha / Anak Lelaki/Pria Miskin / Kaya Raya / Tamat
Popularitas:6.1k
Nilai: 5
Nama Author: Sukma Firmansyah

Seorang kakak miskin mendadak jadi sultan dengan satu syarat gila: Dia harus menghamburkan uang untuk memanjakan adik semata wayangnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sukma Firmansyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18: Sayap Emas & Jejak Masa Lalu

Bandara Halim Perdanakusuma - Terminal Jet Pribadi (Private Hangar)

Pagi itu, rombongan mahasiswa Fakultas Seni Universitas Imperial sudah berkumpul di terminal keberangkatan komersial. Mereka sibuk ribut soal pembagian kursi ekonomi dan bagasi.

Namun, Orion tidak ada di sana.

Satu kilometer dari terminal umum, sebuah pagar memisahkan kaum "penumpang" dengan kaum "pemilik".

Di landasan pacu pribadi, sebuah monster besi berwarna putih mengkilap dengan garis emas di lambungnya sedang dipanaskan mesinnya.

Gulfstream G650ER. Jet pribadi tercepat dan ternyaman di dunia. Harga: Rp 1 Triliun.

Atlas baru saja membelinya tunai kemarin sore, lengkap dengan biaya sewa hangar dan kru penerbangan terbaik yang dibajak dari maskapai internasional.

"Kak... ini pesawatnya nggak kegedean buat kita berdua?" tanya Orion, mendongak menatap tangga pesawat yang dilapisi karpet merah.

"Bertiga," koreksi Atlas. "Sebastian ikut. Maya juga ikut di kursi belakang."

Mereka naik ke dalam kabin.

Mulut Orion menganga. Tidak ada deretan kursi sempit yang berhimpitan. Kabin itu lebih mirip ruang tamu apartemen mewah yang bisa terbang. Sofa kulit krem yang lebar, meja makan kayu mahoni, TV layar datar 60 inci, bahkan ada tempat tidur queen size di bagian belakang.

Pramugari pribadi menyambut mereka dengan handuk hangat dan minuman selamat datang.

"Silakan duduk, Nona Orion," sapa pramugari ramah. "Tuan Atlas sudah memesan menu omakase Jepang untuk makan siang di udara nanti."

Saat pesawat lepas landas, Orion tidak berhenti menempelkan wajahnya ke jendela. Dia melihat Jakarta mengecil, lalu tertutup awan putih yang tebal.

"Kak! Liat! Awan kapas!" seru Orion girang, menunjuk gumpalan cumulus. "Rasanya kayak bisa dipegang!"

Atlas tersenyum, menyesap champagne-nya. Dia tidak melihat ke jendela. Pemandangan terbaik baginya adalah melihat adiknya tertawa lepas tanpa beban.

[Misi Travel: Kenyamanan Langit.]

[Status: First Class Experience.]

[Cashback: 100x biaya operasional penerbangan.]

Pesawat menembus langit biru, membawa mereka menuju surga tropis. Bagi Atlas, ini bukan sekadar liburan. Ini adalah deklarasi bahwa Orion tidak akan pernah lagi merasakan ketidaknyamanan, bahkan saat berpindah pulau sekalipun.

Uluwatu, Bali - The Edge Villa

Pesawat mendarat mulus di Bandara Ngurah Rai, dijemput langsung di tarmac oleh mobil Alphard Limousine.

Mereka tidak menginap di hotel tempat teman-teman kuliah Orion menginap (Atlas tidak percaya standar kebersihannya). Atlas menyewa satu kompleks villa privat di tebing Uluwatu yang menghadap langsung ke Samudra Hindia.

Sore harinya, saat matahari mulai terbenam mengubah langit menjadi ungu kemerahan, Orion duduk di tepi kolam renang infinity pool. Dia mengeluarkan buku sketsanya, mencoba menangkap keindahan sunset Bali.

Maya (Shadow 01) berdiri siaga di kejauhan, mengenakan kemeja pantai tapi matanya tetap waspada memindai perimeter.

Atlas sedang menerima telepon bisnis dari Sebastian di ruang tamu villa, ketika tiba-tiba dia mendengar suara seseorang menyapa Orion.

"Goresanmu bagus, Nak. Tapi kau ragu-ragu di bagian ombaknya."

Atlas langsung menutup telepon. Dia berjalan cepat keluar.

Seorang pria tua berusia sekitar 70 tahunan, mengenakan kemeja linen putih dan topi fedora, berdiri di dekat Orion. Dia membawa tongkat jalan yang ukirannya unik—kepala burung garuda dari emas.

Pengawal Atlas sudah bergerak mendekat, tapi pria tua itu mengangkat tangan dengan tenang.

"Tenang. Saya cuma orang tua yang kebetulan lewat. Villa saya ada di sebelah," kata pria tua itu dengan suara berat yang berkarisma.

Atlas berdiri di antara pria itu dan Orion. "Maaf, ini area privat. Bapak salah masuk?"

Pria tua itu menatap Atlas. Matanya yang keruh namun tajam memindai wajah Atlas lamat-lamat. Tiba-tiba, senyum misterius muncul di wajah keriputnya.

"Mata itu..." gumam pria tua itu. "Dan rahang itu... Kau duplikat sempurna dari Alexander."

Tubuh Atlas menegang.

Alexander Wijaya. Itu nama almarhum ayahnya.

Tapi ayahnya hanyalah seorang pegawai swasta biasa yang bangkrut dan meninggalkan hutang. Bagaimana mungkin orang kaya yang punya villa di Uluwatu ini mengenal ayahnya?

"Anda kenal ayah saya?" tanya Atlas, nadanya berubah serius.

"Kenal?" Pria tua itu tertawa kecil, tawa yang terdengar getir. "Dulu, sebelum dia memilih 'hidup sederhana' dan membuang nama belakang aslinya... Alexander adalah saingan bisnisku yang paling tangguh. Dan sahabatku yang paling bodoh."

Jantung Atlas berdegup kencang. Membuang nama belakang asli?

Pria tua itu mengulurkan tangan.

"Namaku Baskara. Baskara Salim."

Atlas tertegun. Baskara Salim. Salah satu dari 9 Naga Ekonomi Indonesia. Konglomerat properti dan tambang yang kekayaannya melegenda. Orang ini mengenal ayahnya?

"Ayahmu bukan orang miskin, Nak," lanjut Baskara, matanya menerawang ke laut lepas. "Dia adalah pewaris tunggal Keluarga Adiguna, dinasti perbankan tertua di negeri ini. Tapi dia kabur. Dia melepaskan warisan triliunan rupiah demi menikahi ibumu—seorang wanita panti asuhan yang tidak disetujui kakekmu."

Dunia Atlas seakan runtuh.

Jadi... kemiskinan mereka selama ini... hutang-hutang itu... semua karena ayahnya memilih cinta dan dibuang oleh keluarga aslinya?

"Kenapa Anda memberitahu saya ini sekarang?" tanya Atlas tajam.

Baskara menatap Orion yang masih bingung dengan percakapan mereka.

"Karena aku melihat beritamu di TV. Kau menghancurkan Naga Hitam. Kau membeli Royal Hotel. Kau melakukan apa yang dulu Alexander tidak bisa lakukan: Kau punya kekuatan. Dan..."

Baskara mendekatkan wajahnya, suaranya merendah menjadi bisikan peringatan.

"...keluarga besar Adiguna di Surabaya sudah mulai bergerak. Mereka tahu Alexander punya anak laki-laki. Dan mereka tidak suka ada 'darah campuran' yang tiba-tiba sukses dan bisa mengancam posisi warisan mereka."

Baskara menepuk bahu Atlas dua kali.

"Hati-hati, Nak. Naga Hitam itu cuma preman pasar dibandingkan dengan Kakekmu. Musuhmu selanjutnya bukan lagi mafia, tapi Dinasti Kuno."

Pria tua itu berbalik, berjalan santai kembali ke villanya, meninggalkan Atlas yang terpaku dengan ribuan pertanyaan.

Di belakang, Orion menarik baju Atlas. "Kak... maksud Kakek tadi apa? Ayah... orang kaya?"

Atlas berbalik, menatap adiknya. Dia melihat cincin Ring of Vitality di jari Orion.

Ternyata, takdir mereka lebih rumit dari sekadar "Sistem". Sistem memberinya uang, tapi darah di tubuhnya memberinya musuh warisan.

"Nggak usah dipikirin, Rion," kata Atlas, memeluk adiknya. Matanya menatap punggung Baskara dengan dingin.

Keluarga Adiguna? Kakek? batin Atlas. Kalau mereka berani menyentuh Orion seujung kuku pun, aku akan meratakan dinasti kuno mereka sampai jadi debu.

[MAIN QUEST UPDATED!]

[Judul: The Forgotten Heir (Pewaris yang Terlupakan).]

[Target Baru: Lindungi Adik dari intrik Keluarga Adiguna.]

[Tingkat Kesulitan: Extreme (Musuh memiliki kekayaan & pengaruh politik setara/lebih tinggi).]

1
mustika saputro
keren banget
Sukma Firmansyah: thanks abangku,jangan lupa baya karya saya yang lain
total 1 replies
Pakde
🙏🙏🙏🙏🙏
Sukma Firmansyah: jangan lupa rating nya pakde, subs juga
kalo ada yang baru biar bisa ketauan
total 1 replies
Pakde
lanjut thor
Sukma Firmansyah: waduh, udah tamat pakde
next novel baru
semoga suka
btw
ada yang kurang kah dari ceritanya
total 1 replies
Sukma Firmansyah
bagus
Sukma Firmansyah
siangan abangku
Pakde
lanjut thor 🙏🙏🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!