Yan Ruyin, nama yang membuat semua orang di Kediaman Shen jijik. Wanita genit, pengkhianat, peracun… bahkan tidur dengan kakak ipar suaminya sendiri.
Sekarang, tubuh itu ditempati Yue Lan, analis data abad 21 yang tiba-tiba terbangun di dunia kuno ini, dan langsung dituduh melakukan kejahatan yang tak ia lakukan. Tidak ada yang percaya, bahkan suaminya sendiri, Shen Liang, lebih memilih menatap tembok daripada menatap wajahnya.
Tapi Yue Lan bukanlah Yan Ruyin, dan dia tidak akan diam.
Dengan akal modern dan keberanian yang dimilikinya, Yue Lan bertekad membersihkan nama Yan Ruyin, memperbaiki reputasinya, dan mengungkap siapa pelaku peracun sebenarnya.
Di tengah intrik keluarga, pengkhianatan, dan dendam yang membara.
Bisakah Yue Lan membalikkan nasibnya sebelum Kediaman Shen menghancurkannya selamanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arjunasatria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
Shen Liang berdiri di hadapan Yue Lan, bayangannya tegak di bawah cahaya lampu gantung yang dipegang Qin Mo. Api kecil itu berayun pelan, memantulkan cahaya kekuningan ke wajah Yue Lan yang pucat dan basah oleh keringat.
“Tuan, sepertinya Nyonya sakit,” ujar Qin Mo rendah.
Shen Liang tidak segera menjawab. Tatapannya jatuh pada Yue Lan napasnya terengah, bahunya naik turun tidak beraturan, helaian rambut menempel di pelipisnya. Ia tampak berusaha berdiri tegak, namun tubuhnya jelas tidak seimbang.
Yue Lan mengangkat wajah. Matanya bertemu dengan mata Shen Liang.
Untuk pertama kalinya sejak ia terbangun di tubuh ini, ia tidak lagi berusaha bersikap tenang.
“Shen Liang,” panggilnya lirih, suaranya serak.
“Ada apa denganmu?” tanya Shen Liang. Nadanya tetap datar, tetapi alisnya berkerut sangat tipis gerak kecil yang nyaris tak terlihat.
“Aku tidak tahu,” jawab Yue Lan jujur. “Tubuhku terasa panas. Bukan panas biasa. Semakin lama… semakin menyengat.”
Ia berhenti sejenak, menelan ludah, lalu melanjutkan dengan suara lebih pelan, hampir seperti pengakuan yang terpaksa.
“Tolong aku.” Kata-kata itu menggantung di udara.
Shen Liang menatapnya beberapa detik lebih lama dari yang diperlukan. Ia melangkah mendekat satu langkah, cukup dekat untuk melihat jelas betapa pucatnya bibir Yue Lan dan bagaimana jari-jarinya mencengkeram tiang paviliun seolah itu satu-satunya penopang.
“Sejak kapan kau merasa seperti ini?” tanyanya.
“Setelah minum sup,” jawab Yue Lan tanpa ragu. “Xiaohe yang membawanya.”
Mata Shen Liang menggelap.
Ia tidak menyentuh Yue Lan, tetapi mengangkat tangan memberi isyarat pada Qin Mo. “Panggil tabib. Sekarang.”
“Baik, Tuan Muda.” Qin Mo berbalik cepat.
Shen Liang kembali menatap Yue Lan. “Bertahanlah. Jangan berjalan ke mana-mana.”
Yue Lan mengangguk lemah. Ia menutup mata sesaat, lalu membukanya lagi, seolah takut jika ia memejamkan mata terlalu lama, tubuhnya akan sepenuhnya mengkhianatinya.
Dalam diam itu, Shen Liang menyadari satu hal dengan sangat jelas. Ini bukan sakit biasa. Dan seseorang telah dengan sengaja melakukannya.
“Shen Liang,” suara Yue Lan nyaris putus. “Aku sudah tidak tahan. Tolong aku… kali ini saja.”
Tangannya meraih pergelangan Shen Liang. Sentuhan itu seketika membuat tubuhnya bereaksi bukan dengan kenikmatan yang ia pahami, melainkan gelombang panas yang semakin liar, seolah saraf-sarafnya dipaksa berkhianat. Ia tersentak oleh dirinya sendiri.
“Bertahanlah...” Shen Liang baru sempat berkata ketika ia berniat membantunya berdiri.
Namun Yue Lan justru menyambar kerah jubahnya. Tarikannya tidak kuat, tetapi cukup mendadak. Jarak mereka runtuh. Bibir Yue Lan menyentuh bibir Shen Liang tergesa dan tanpa kendali.
Waktu seolah berhenti. Ciuman itu bukan ciuman penuh tipu daya seperti yang pernah Shen Liang rasakan sebelumnya. Bukan ciuman yang dibuat Yan Ruyin untuk menggoda, menantang, atau memancing perhatian.
Ini berbeda. Ada keputusasaan di sana.
Ada rasa takut yang tidak disembunyikan, permohonan yang tidak terucap, dan ketergantungan yang lahir bukan dari nafsu, melainkan dari ketidakberdayaan. Bibir Yue Lan menempel dengan gemetar, seolah itu adalah satu-satunya cara agar ia tidak runtuh saat itu juga.
Shen Liang membeku. Untuk pertama kalinya, ia tidak merasa jijik. Tidak pula merasa sedang dipermainkan.
Yang ia rasakan justru sesuatu yang jauh lebih berbahaya, getaran halus di dadanya, seolah ada sesuatu yang retak di dalam dirinya. Sebuah keyakinan lama yang selama ini ia pegang dengan dingin, mulai goyah tanpa peringatan.
Saat ia akhirnya menarik diri, napas Yue Lan masih tersengal. Mata itu, mata yang sama, wajah yang sama, namun tatapannya bukan lagi milik wanita yang dulu ia kenal.
Dan di detik itulah Shen Liang menyadari satu hal yang membuat malam itu tak lagi sederhana. Yan Ruyin… benar-benar telah berubah.
semangat thor jangan lupa ngopi☕️