NovelToon NovelToon
Aku Menikahi Iblis Surgawi!

Aku Menikahi Iblis Surgawi!

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Identitas Tersembunyi / Harem / Romansa / Ahli Bela Diri Kuno
Popularitas:4.4k
Nilai: 5
Nama Author: ZhoRaX

Mati tertabrak truk? Klise.
Tapi bangun di dunia penuh sihir, monster, dan wanita cantik berbahaya?
Shen Hao tidak menyangka, nasib sialnya baru dimulai.

Sebagai pria modern yang tengil dan sarkastik, ia terjebak di dunia fantasi tanpa tahu cara bertahan hidup. Tapi setelah menyelamatkan seorang gadis misterius, hidupnya berubah total—karena gadis itu ternyata adik dari Heavenly Demon, wanita paling ditakuti sekaligus pemimpin sekte iblis surgawi!

Dan lebih gila lagi, dalam sebuah turnamen besar, Heavenly Demon itu menatapnya dan berkata di depan semua orang:
“Kau… akan menjadi orang di sisiku.”

Kini Shen Hao, pria biasa yang bahkan belum bisa mengontrol Qi, harus menjalani hidup sebagai suami dari wanita paling kuat, dingin, tapi diam-diam genit dan berbahaya.
Antara cinta, kekacauan, dan tawa konyol—kisah absurd sang suami Heavenly Demon pun dimulai!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ZhoRaX, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CH 12

Fajar menyingsing di atas Crimson Moon Arena, langit memancarkan cahaya merah muda keunguan yang seolah menandai kebangkitan hari besar.

Formasi ruang raksasa terbuka, mengubah lembah luas di kaki Crimson Moon Sect menjadi arena spiritual yang melayang di udara.

Ribuan penonton — mayoritas perempuan dari Crimson Moon Sect — memenuhi kursi batu giok di sekeliling arena.

Sedangkan di tengah lapangan, ratusan pria dari berbagai sekte dan wilayah berdiri berbaris, menunggu dimulainya Turnamen Pilihan Bulan Merah — ajang yang katanya bisa mengubah nasib seseorang.

---

Peserta dan Sekte yang Hadir

Azure Peak Sect – Sekte pedang surgawi dari Utara.

Perwakilan utama: Han Wuying, pendekar muda berwajah tampan, bermata tajam.

Ranah: Dao Fusion – tahap puncak.

Iron Sky Valley – Sekte ahli tubuh dan fisik, keras seperti baja.

Perwakilan utama: Gao Tieshan, tubuh besar, aura membara.

Ranah: Tribulation – tahap akhir.

Heavenly Sword Sect – Penguasa teknik pedang petir.

Perwakilan utama: Jiang Tian, pemuda berpedang perak.

Ranah: Heavenly Immortal – tahap awal.

Flame Spirit Sect – Pengendali elemen api tingkat tinggi.

Perwakilan utama: Mu Ronghai, aura panasnya membakar udara.

Ranah: Mahayana – tahap puncak.

Shadow Fang Clan – Sekte pembunuh bayangan.

Perwakilan utama: Hei Zhen, berambut hitam pekat, sorot mata tajam dingin.

Ranah: True Immortal – tahap awal.

Selain itu, banyak pula peserta dari sekte kecil dan pengembara kuat, dengan ranah mulai dari Golden Core hingga Dao Fusion awal.

Semua pria dengan satu tujuan: menarik perhatian sang Ketua Sekte Crimson Moon — Mei Xian’er.

---

Ketika gong pertama berbunyi, langit mendadak bergetar.

Dari puncak sekte, enam cahaya turun serempak, masing-masing berwarna merah, hijau muda, ungu tua, biru petir, hitam, dan biru-ungu — tanda kedatangan Enam Penatua Agung.

Aura mereka begitu berat hingga para peserta dengan ranah rendah berlutut spontan.

Beberapa bahkan pingsan sebelum turnamen dimulai.

Dan saat sinar ketujuh turun, berwarna merah lembut dengan kelopak cahaya bulan yang berjatuhan di sekitarnya — semua mata serempak menatap.

Mei Xian’er muncul.

Rambut hitam panjangnya dibiarkan terurai sebagian, jubah merah sutra membalut tubuhnya dengan anggun, sepasang mata keemasannya menatap tenang seluruh arena.

Setiap gerakannya seperti tarian halus yang bisa membuat hati para pria berhenti berdetak.

Di sisi kanannya berdiri Mei Ling’er, adiknya yang berwajah manis dan lembut, menjadi penyeimbang sempurna bagi ketenangan mematikan sang kakak.

---

Huo Lian menghela napas, lalu berbicara dengan nada keibuan namun tegas:

“Xian’er, kau sungguh yakin? Semua lelaki di sini datang bukan hanya karena kekuatanmu… mereka datang demi dirimu.”

Mei Xian’er menatap lurus ke depan tanpa menoleh.

“Justru itu. Dunia kultivasi dipenuhi ambisi. Bila ada yang ingin berdiri di sisiku, biarlah ia membuktikan bahwa tekadnya lebih kuat dari keinginannya.”

Hu Yue terkekeh, memainkan ujung rambutnya.

“Heh, kalau nanti pemenangnya tidak tampan, jangan bilang kami tidak memperingatkanmu~.”

Shen Qiyue menatap sinis.

"Kau pikir dia memilih karena wajah?”

Bai Zhenya bergumam pelan dengan nada datar:

“Kecantikan bisa menipu… tapi niat yang salah akan berujung kematian. Aku hanya berharap tidak banyak mayat berserakan hari ini.”

Lan Xiuying memejamkan mata, tangannya membentuk mudra.

“Formasi siap. Dunia luar pun tengah menonton.”

---

Gong kedua berbunyi.

Arena mulai bergetar, formasi spiritual menyala di bawah kaki para peserta, mengeluarkan cahaya merah bulan.

Udara menegang, seperti menunggu darah pertama yang akan tumpah.

Dari antara penonton, seseorang dengan pakaian lusuh berdiri di sudut tribun.

Shen Hao, yang hanya ingin menonton, menatap kagum seluruh pemandangan itu.

“Hah… gila. Mereka semua pria kuat, dan aku? Baru aja naik Foundation Establishment…

Kalau ikut, yang ada jadi pupuk.”

Ia tertawa getir sambil menyandar di pagar kayu, tak sadar bahwa langkah kecilnya hari ini akan mengubah segalanya.

---

Langit masih bergetar oleh gema gong raksasa.

Di tengah arena, ratusan pria berdiri membentuk formasi longgar.

Mereka datang dari berbagai sekte, klan, dan wilayah — namun di detik itu, semua memiliki satu titik pusat pandang yang sama.

Kursi utama di atas panggung bulan merah.

Di sana, Mei Xian’er duduk dengan anggun — punggung lurus, tangan kanan menopang dagu, mata keemasannya menatap ke bawah dengan tenang.

Jubah merahnya berkilau lembut, setiap hembusan angin membuat helaian rambut hitam panjangnya menari ringan.

Tidak ada senyum, tidak ada tatapan tajam — hanya ketenangan yang seolah menghakimi seluruh arena.

Namun bagi para pria di bawah sana, satu tatapan itu saja sudah cukup membuat dada mereka bergetar.

---

Han Wuying dari Azure Peak Sect — sang pendekar muda yang biasanya sedingin es — kini menatap dengan mata penuh bara.

“Wajah seperti itu… bagaikan dewi yang turun dari langit.

Jika aku bisa menaklukkan dirinya, berarti aku menaklukkan dunia.”

Tangannya mengepal erat, aura pedangnya mulai bergetar pelan, seolah menyahut dorongan egonya.

Di sisi lain, Gao Tieshan dari Iron Sky Valley menyeringai — wajahnya kasar, urat lehernya menegang.

“Heh… wanita secantik itu butuh pria sejati, bukan boneka berwajah cantik.

Kalau aku menang, aku akan buat dia tunduk padaku… di atas dan di bawah.”

Hawa spiritualnya meletup seperti bara. Para peserta di dekatnya menatap ngeri, bukan hanya karena kekuatannya, tapi karena niat yang jelas dari sorot matanya.

---

Sementara itu, Mu Ronghai dari Flame Spirit Sect menatap dengan kagum nyaris religius.

“Bukan… bukan hawa nafsu. Ini pemujaan.

Dia adalah api suci yang harus dijaga.

Jika aku menang, aku akan melindungi dirinya seumur hidup.”

Namun di balik tatapan tulus itu, api ambisi membara.

Ia ingin pengakuan, ingin diingat — meski hanya sebagai penjaga api di sisi sang dewi.

---

Hei Zhen, pembunuh bayangan dari Shadow Fang Clan, tidak bicara sepatah kata pun.

Matanya, hitam tanpa cahaya, menatap lurus pada Mei Xian’er seperti predator menilai mangsa.

“Dunia ini penuh ilusi... dan wanita itu, mungkin ilusi terindah yang pernah kucium auranya.

Tapi kalau dia benar-benar sekuat yang mereka katakan... membunuhnya akan jadi tantangan yang menarik.”

Bibirnya melengkung samar — senyum pembunuh yang mencari kegembiraan dalam bahaya.

---

Jiang Tian dari Heavenly Sword Sect justru menutup mata, berusaha menahan diri.

“Tenang, Jiang Tian… kau datang untuk kehormatan sekte, bukan karena wanita.”

Namun begitu ia kembali membuka mata dan melihat Mei Xian’er tersenyum tipis kepada salah satu Penatua di sampingnya, jantungnya berdetak tak beraturan.

“...Apa itu senyuman? Untuk siapa? Untukku?”

Bahkan kultivator tingkat Heavenly Immortal pun kehilangan fokus seketika.

---

Dan mereka bukan satu-satunya.

Ratusan pria lain memandangi Mei Xian’er dengan ekspresi campur aduk — kagum, terobsesi, haus, atau sekadar kehilangan akal.

Sebagian berbisik pelan:

“Jika aku menang, aku akan menjadi legenda…”

“Tak apa mati, asal bisa melihatnya lebih dekat…”

“Dunia ini kejam, tapi untuknya… bahkan neraka pun terasa indah.”

---

Sementara itu di atas singgasana bulan merah,

Mei Xian’er menatap mereka tanpa ekspresi.

Ia tahu isi hati setiap dari mereka — nafsu, ambisi, kebodohan, dan sedikit keberanian.

Matanya perlahan menyipit, suaranya lembut namun bergema di seluruh arena.

“Begitu banyak yang ingin berdiri di sisiku…

Tapi yang kulihat hanyalah sekumpulan pria yang belum bisa mengendalikan diri.”

Aura lembut di sekitarnya berubah dingin.

Udara di arena tiba-tiba berat, sebagian peserta mulai gemetar tanpa sadar.

Di sampingnya, Mei Ling’er hanya menatap prihatin, berbisik pelan:

“Kakak, apa tidak terlalu keras?”

Mei Xian’er menjawab datar,

“Jika hati mereka hancur hanya karena kata-kataku, bagaimana mungkin mereka layak berada di sisiku?”

---

Langit bergemuruh lagi.

Formasi pelindung menyala merah terang.

Penatua Lan Xiuying memberi isyarat dengan jari, lalu berkata lembut:

“Waktu habis. Turnamen dimulai.”

Dan pada saat itu, ratusan pria yang tadi terbuai oleh pesona sang dewi, kini saling menatap dengan tatapan buas —

karena untuk menyentuh langit, mereka harus saling menumpahkan darah terlebih dahulu.

Sorak penonton menggema keras di seluruh arena.

Udara bergetar oleh ledakan spiritual dan dentuman teknik para kultivator di atas panggung.

Namun di antara hiruk-pikuk itu, seorang pria berwajah biasa duduk santai di kursi penonton umum, mengunyah kudapan sambil sesekali berkomentar pelan.

Shen Hao.

Ia tampak tidak menonjol — pakaian sederhana, aura hampir tak terasa, dan ekspresi datar seperti orang yang datang hanya karena bosan.

Beberapa penonton di sekitarnya menoleh sebentar, lalu mengalihkan perhatian mereka kembali ke arena.

Tidak ada yang mengira bahwa keberadaannya sama sekali tidak seharusnya di sana.

Di singgasana tinggi, Mei Xian’er duduk anggun dengan dagu bertumpu pada jemari rampingnya.

Mata keemasan itu mengamati pertarungan di bawahnya tanpa emosi — sampai tiba-tiba, sesuatu bergetar samar di ruang spiritualnya.

Hatinya bergerak.

Tatapannya melintas melewati ratusan penonton, lalu berhenti.

Beberapa penatua di sisinya menunduk, tidak menyadari perubahan kecil itu.

Namun Mei Xian’er menatap lurus ke satu titik — ke arah tribun baris tengah, di mana seorang pria biasa tengah menyeka remah kacang dari bajunya dengan wajah malas.

Aura lembut di sekitar Mei Xian’er bergeser nyaris tak terlihat, pupilnya menyipit sedikit.

Ada sesuatu di sana.

Bukan tekanan spiritual, bukan kekuatan, tapi... sesuatu yang tidak seharusnya eksis.

Seketika, angin di sekelilingnya terasa dingin.

Mei Ling’er yang duduk di sisi kanan menatap kakaknya dengan bingung.

“Kakak? Ada apa?”

Mei Xian’er tidak menjawab.

Hanya bibirnya yang bergerak sangat pelan, nyaris seperti bisikan bagi dirinya sendiri.

“Menarik… ada yang aneh di antara manusia biasa ini.”

Lalu senyum samar muncul di wajahnya — lembut tapi berbahaya.

Sementara itu, di bawah sana, Shen Hao yang sama sekali tidak sadar sedang diperhatikan, bergumam kesal:

“Ah sial, kenapa kacangnya jatuh lagi sih...”

1
mu bai
sebaiknya menggunakan bahasa indo formal lebih cocok thor
ZhoRaX: ok.. nanti diubah
👍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!