Setelah 3 tahun berpisah, takdir kembali mempertemukan Rexi dengan cinta pertamanya, Rania, yang kini tengah dilanda ujian dalam prahara rumah tangganya bersama sang suami, Raffael Senzio.
Dari pertemuan itu, Rexi mulai menyelidiki kehidupan Rania, wanita yang masih bertahta kuat di dalam hatinya. Melihat ada kesempatan, akhirnya Rexi memutuskan untuk merebut kembali cinta pertamanya.
Sementara di sisi lain, ada Raffael yang berusaha keras memperbaiki hubungannya bersama Rania dan mempertahankan keutuhan rumah tangga mereka.
Akankah cinta pertama mendapatkan kesempatan kedua? atau Rania akan memberikan kesempatan itu pada suaminya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diana Putri Aritonang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15. Perceraian Yang Terungkap.
Penerbangan panjang Rania dan Raffael tempuh menggunakan pesawat komersil. Keduanya duduk bersebelahan, tapi hampir separuh jalan, tak ada pembicaraan di antara mereka berdua. Lebih tepatnya Rania lah yang tidak menanggapi setiap Raffael membuka suara.
"Minumlah." Raffael meletakkan minuman yang ia pesan untuk istrinya.
Rania melirik sekilas, tak berniat meminumnya. Melihat reaksi Rania yang masih dingin padanya membuat Raffael mendesah. Tangannya terulur ingin menyentuh anak rambut yang menutupi wajah istrinya.
Namun, "Jangan menyentuhku." Rania menepis tangan Raffael.
"Jika pria lain yang melakukannya, kau mengizinkannya?"
"Apa maksudmu?" Rania menoleh dan menatap Raffael yang tertawa ringan. Tawa yang sangat berbeda. Sesaat, Raffael menatap istrinya tanpa kata.
"Istirahatlah. Masih ada beberapa jam lagi sebelum kita mendarat." Raffael memposisikan dirinya senyaman mungkin dan mulai menutup matanya.
Rania pun demikian, selain tidur dan makan, apalagi yang bisa mereka lakukan dalam penerbangan yang cukup memakan waktu sangat lama ini.
"Aku tidak akan menceraikanmu. Aku mencintaimu, Rania."
Tiba-tiba Raffael bersuara pelan. Ternyata pria itu tidak tidur. Rania yang menutup mata mendengarnya. Rania tetap diam, tidak bergerak. Ia sudah memutuskan untuk bercerai, itu berarti Rania tidak berniat lagi mempertimbangkan bagaimana perasaan Raffael. Sekalipun pria itu mengatakan cinta padanya ribuan kali.
Raffael tersenyum pahit saat tak mendapatkan respon dari istrinya. Setelah itu tidak ada lagi pembicaraan di antara keduanya sampai pesawat mereka berhasil mendarat di bandara tujuan.
Rania dan Raffael keluar setalah melewati beberapa prosedur pemeriksaan. Dua mobil mewah terlihat sudah menunggu kedatangan mereka.
"Kenapa ada dua?" tanya Raffael tentang keberadaan dua mobil pada anak buahnya yang menjemputnya.
"Aku akan langsung ke antalia." Rania yang menjawab. Ia melewati posisi suaminya dan masuk ke dalam salah satu mobil yang berbeda dengan Raffael.
Raffael mungkin akan pulang lebih dulu ke rumah pernikahan mereka. Dan Rania tidak berniat ke sana, ia ingin langsung ke antalia, ke kediaman kedua orang tuanya.
"Pulanglah," titah Raffael pada orangnya. Ia membuka pintu mobil yang sudah Rania masuki lebih dulu. Rania sempat terkejut, tapi setelahnya mengalihkan pandangannya ke luar jendela. Jika Raffael ingin ikut, biarkan saja. Bukankah lebih baik jika mereka memang secepatnya menghadap sang ayah dan mengatakan semuanya.
Rania sebenarnya gugup bercampur takut, banyak hal yang mengisi pikirannya, tapi Rania ingin semua ini cepat selesai. Tak berlarut-larut dan semakin membuat situasinya menjadi lebih buruk.
Hanya keheningan yang ada di dalam mobil itu. Hingga denting ponsel Rania terdengar begitu nyaring. Rania lekas membukanya, berharap itu adalah pesan dari Kaira. Karena dari kemarin, Kaira lah yang terus-menerus Rania coba hubungi, tapi nihil. Kaira bahkan tidak melakukan panggilan balik padanya.
"Sudah tiba, Sayang?"
Ternyata pesan singkat dari Rexi. Rania menutup mata dan sedikit mendengus. Mantan kekasihnya ini masih saja menggunakan panggilan yang tidak seharusnya.
"Kau tidak membalas pesanku? Mau aku susul ke antalia?"
Pesan selanjutnya masuk ke dalam ponsel Rania. Dengan cepat wanita itu mengetik balasan untuk orang yang paling tidak sabaran ini.
"Sudah." Ketik Rania singkat dan langsung menekan tombol kirim.
Raffael melirik sekilas aktivitas istrinya itu. Ia hanya diam melihat Rania yang berbalas pesan.
Tiba di antalia, keduanya lansung keluar dari mobil. Raffael meraih tangan istrinya untuk ia genggam dan melangkah masuk bersama-sama.
Rania merasa risih, berusaha keras melepaskan genggaman tangan itu, tangan yang pastinya digunakan untuk menyentuh setiap jengkal tubuh Natalie dan entah tubuh wanita mana lagi, tapi Rania tidak berhasil.
Raffael berjalan dalam diam, ekspresinya datar dan tanpa emosi. Meski tidak menggunakan banyak tenaga, Rania tetap tidak bisa melepaskan genggaman tangannya.
Rania tersenyum sinis, ia berhasil dibuat muak dengan situasi seperti ini. "Orang tuaku sangat pintar. Mereka pasti tahu kita hanya berpura-pura."
Raffael menghentikan langkahnya, ia menatap Rania, tak menyangka bahwa Rania akan memperlihatkan bagaimana kondisi hubungan mereka sebenarnya di depan seluruh keluarga Raksa, Rania benar-benar ingin bercerai darinya.
"Di sini ada Opa. Kau lupa?" tanya Raffael ringan, seolah tahu bagaimana caranya mengendalikan Rania.
Rania mengatupkan bibirnya. Ekspresinya semakin dingin saat Raffael menyebut kakeknya. Akhirnya, ia melangkah memasuki bangunan antalia dengan Raffael yang menggenggam tangannya.
Kedatangan mereka lebih dulu diketahui oleh Hena, ibunda Rania. Wanita itu memeluk putrinya sesaat sebelum akhirnya menatap Rania dan Raffael secara bergantian.
"Kalian bertengkar?" tanya Hena penasaran. Hena tahu kedatangan anak menantunya ke antalia karena suaminya yang meminta mereka untuk datang.
"Aku ingin..." Ucapan Rania tidak selesai saat Raffael sudah lebih dulu memotongnya seraya merangkul pundak Rania dengan begitu mesra di hadapan ibu mertuanya.
"Tidak, Mom. Hanya ada sedikit kesalahpahaman," terang Raffael dengan tersenyum.
Rania menatap tajam Raffael, tapi diabaikan oleh pria itu. Raffael sempat berbasa-basi dengan ibu mertuanya sesaat sebelum bertanya di mana keberadaan ayah mertuanya, Agam Raksa.
"Daddy ada di ruang kerjanya. Masuklah," ucap Hena dengan tersenyum. Ia merasa lega karena ternyata anak menantunya baik-baik saja.
Tapi siapa yang menyangka, ketika Raffael ingin beranjak menuju ruang kerja Agam bersama istrinya, Rania dengan cepat melerai rangkulan pria itu dan menatap pada ibunya.
"Aku ingin bercerai, Mom. Aku sudah mengajukan gugatannya."
Deg!
Hena begitu terperangah dengan ucapan yang sangat mengejutkan dari bibir putrinya. Bercerai?