NovelToon NovelToon
Iblis Yang Merindukan Cahaya

Iblis Yang Merindukan Cahaya

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Iblis
Popularitas:422
Nilai: 5
Nama Author: Sofiatun anjani

Kevin terbangun dari komanya ketika seorang iblis merasuki tubuhnya dan melenyapkan jiwanya.

bersikap layaknya iblis yang hendak menghancurkan dunia, namun tidak bisa membunuh satu manusia pun.

Ria masih belum sanggup kehilangan satu-satunya orang yang menjadi alasan untuknya bertahan sampai detik ini juga. Tidak, Ria tidak bisa, setelah orang tuanya meninggal 5 tahun yang lalu, Kevin lah satu-satunya orang yang terus mendampingi dan menyemangatinya untuk terus bertahan. dan kehilangannya adalah sebuah mimpi buruk paling mengerikan yang pernah Ria alami.

Sanggupkah Ria bertahan dengan kepingan dihatinya? lalu apa sebenarnya motif sang iblis? akankah Kevin bisa hidup kembali dalam raganya yang perlahan hancur?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sofiatun anjani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15

Sementara itu Aron baru saja selesai mandi, sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk Aron mengelilingi kamar hanya dengan telanjang dada.

Saat tanpa sadar Aron tidak sengaja menyenggol meja belajar dan menjatuhkan beberapa buku disana.

"Ck!" dengan kesal Aron memunguti buku-buku itu dan menaruhnya di tempatnya kembali, saat tiba-tiba perhatiannya teralihkan pada satu foto yang ada di sampul salah satu buku yang jatuh.

Aron pun mengambilnya dan dilihatnya foto dua anak kecil dimana seorang anak laki-laki tengah menggendong anak perempuan di punggungnya. Mereka terlihat sangat bahagia, terlihat dari gurat wajah mereka yang tengah tersenyum lebar.

Penasaran Aron pun membuka buku itu yang ternyata adalah buku album, terlihat di dalamnya terdapat banyak foto kedua anak itu, dari foto bayi sampai foto dimana mereka sudah besar semua ada disini seakan mereka selalu bersama setiap saat.

Melihat foto saat besar mereka Aron pun sadar kalau anak perempuan itu adalah pemilik rumah ini sementara anak laki-laki itu adalah orang yang sekarang sudah menjadi wadah tubuhnya.

Tiba-tiba saja Aron merasa sesak di dadanya, terasa sakit seperti tengah meronta-ronta untuk sesuatu yang tak ia pahami.

"Akh! apa ini?"

Aron pun mencoba menetralisir rasa sakitnya dengan kekuatannya, setelah terasa lebih baik Aron kembali ke kasurnya untuk istirahat.

Saat itulah Aron melihat pantulan dirinya di cermin besar yang ada di samping kasur, dan betapa terkejutnya ia saat menyadari cairan bening mengalir mulus di pipinya, Aron pun sadar kalau itu adalah air mata yang entah kenapa bisa lolos begitu saja tanpa sepengetahuannya.

"Ck!"

Aron pun segera mengusap wajah dan matanya, tapi percuma, air mata itu terus mengalir tanpa permisi, seakan itu bukan dirinya, Aron menangis bukan atas kehendaknya sendiri.

"Kenapa? kenapa bisa begini?" tanya Aron yang kembali melihat pantulan dirinya yang tengah meneteskan air mata. Sekeras apapun Aron menghapus air mata itu, ia akan terus mengalir tanpa henti.

Dan disitulah Aron menyadari sesuatu, melihat pantulan dirinya di cermin ia sadar kalau yang saat ini tengah menangis bukanlah dirinya melainkan orang yang terlihat di pantulan cermin itu. orang yang juga ada di setiap foto bersama anak perempuan pemilik rumah ini.

"Ck! Aku sama sekali tidak mengerti dengan manusia ini"

***

Keesokan harinya Ria berangkat ke sekolah dengan wajah yang suram seakan tidak ada semangat hidup sama sekali, sambil melewati koridor tidak sengaja Ria melihat Rama yang juga tengah berjalan berlawanan arah di depannya, melihat hal itu Ria pun langsung putar balik dan berjalan dengan cepat.

"Ah Ria, selamat pa_ eh?" Rama pun dibuat bingung saat Ria tiba-tiba balik badan dan pergi dengan cepat.

"Apa dia lagi buru-buru ya?"

Rasanya Ria jahat sekali tidak menyapa Rama, tapi ia tidak punya pilihan jika itulah yang terbaik untuknya. Dari awal Ria sama sekali tidak ingin berurusan dengan urusan orang lain, ia hanya bisa menerima semua yang sudah terjadi dalam hidupnya saja.

Walaupun Ria tahu pasti Rama akan segera menyadari ia tengah menjauhinya jika terang-terangan begini.

***

Sesampainya di kelas Ria langsung disambut oleh teman-temannya.

"pagi Ria!"

"M… pagi" jawab Ria terlihat tidak bersemangat. Ria pun langsung menuju kursinya saat ia melihat Rama yang sudah duduk di kursi di belakangnya, Ria langsung mengalihkan pandangannya dan segera duduk di kursinya.

Tidak hanya Rama, Mita, Seli, dan Raka, Rama juga sama bingungnya dengan sikap Ria hari ini, sambil saling tatap mereka mempertanyakan apa yang tengah terjadi.

"Mit kok tumben sih Ria nggak nyapa Rama, biasanya mereka akrab banget tuh" ucap Seli berbisik pada Mita.

"Ya... mana gue tau, emang gue emaknya" jawab Mita protes.

"Eeh… Ria, ntar pulang sekolah mau gue anterin lagi nggak?" tanya Rama mencoba untuk mengobrol dengan Ria.

Ria yang ditanya seperti itu pun sedikit tidak enak jika harus menolaknya, tapi ia juga seharusnya sadar diri dan tidak boleh egois. Sejenak Ria berpikir sambil menggigit bibir bawahnya lalu melihat ke arah Raka yang tengah sibuk dengan teman sebangkunya.

"Ma maaf, tapi gue hari ini ada janji sama Raka" ucap Ria dengan menunduk, dan berhasil membuat yang disebut namanya menengok sambil cengo.

"Eh… gue?" Raka menunjuk dirinya sendiri kebingungan menatap Ria dan yang lainnya tidak percaya.

"Maap Raka… gue nggak punya pilihan lain" batin Ria.

Mendengar hal itu Rama pun menengok ke orang yang dimaksud yang kemudian juga menatapnya sambil menggeleng dan mengangkat kedua bahu tanda bahwa ia tidak tahu apa-apa.

"Maaf ya, mungkin hari ini lo nggak usah nganter gue pulang" ucap Ria lagi tanpa menatap lawan bicaranya.

Mita, Seli, dan Raka pun semakin dibuat terkejut dengan Ria yang tidak seperti Ria saja. begitu pula dengan Roy yang juga satu circle dengan mereka walaupun terkadang selalu ingin menyendiri dari yang lain, melirik ke arah pusat perhatian teman-temannya tanpa berkata sepatah kata pun.

***

Jam istirahat pertama, Mereka berenam pergi bersama ke kantin dan duduk di meja yang sama begitu juga dengan Roy yang sepertinya sedang dalam mood yang bagus ikut makan di meja yang sama.

Walaupun Roy memang jarang semeja bareng mereka tapi mereka sudah biasa kalaupun Roy hanya numpang duduk doang.

Tapi entah kenapa hari ini terasa sangat canggung padahal mereka sudah biasa duduk bareng seperti ini.

"Loh kok ini suasananya jadi tegang gini ya? lagi syuting film horor kah?" batin Seli tidak berani menatap wajah teman-temannya.

"Ini kenapa pada diem-dieman dah, kok jadi canggung gini sih? lama-lama gue banting nih meja biar lo semua pada ngomong, mancing emosi bener dah" batin Mita yang berusaha untuk mengontrol emosinya agar tidak benar-benar membanting mejanya.

"Mm… gue pesenin makanannya kalian ya" ucap Raka menawarkan diri, sekaligus mencoba menghilangkan suasana canggung ini.

"M… gue pesen yang kayak biasa ajah deh Raka" ucap Mita mengawali.

"Gue juga sama, kayak biasa aja tahu isi empat biji cabenya sepuluh sama es teh manisnya jangan lupa" Seli menimpali dengan jawaban yang sama seperti Mita.

"Buset! Tuh perut nggak meledak apa di kasih makan cabe Mulu" ucap Raka lirih mendengar pesanan yang lagi-lagi sama seperti biasanya.

"Lo tadi bilang apa Raka?" tanya Mita sambil memasang senyum mistisnya mendengar gumaman Raka tadi.

"E enggak... M... pesanan segera siap~ hehe..."

Raka pun segera beralih ke Rama dan Ria demi menghindari aura mengerikan Mita.

"Eh… kalian mau pesen apa?" tanya Raka pada keduanya yang saling diam sama-sama melirik ke arah yang berlawanan.

"Ah… gue juga kayaknya pengen pesen yang sama aja deh" ucap Rama yang sebenarnya juga bingung memilih jika suasananya seperti ini.

"Kalo lo Ri?"

"Gue mau ke toilet bentar" ucap Ria yang kemudian berdiri lalu pergi meninggalkan teman-temannya yang menatap Ria tidak percaya, padahal kalau urusan makan Ria nomer satunya.

Saat itulah Rama baru sadar kalau siku tangan kiri Ria di balut plaster.

"Gue baru liat plaster itu, apa dia terluka gara-gara kerja? Atau..." Rama terus memikirkan banyak hal saat melihat plaster itu, walaupun jika ia tahu pun Rama tidak berani mengganggunya jika memang itu yang Ria inginkan.

***

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!