NovelToon NovelToon
SURGA Yang Kuabaikan & Rindukan

SURGA Yang Kuabaikan & Rindukan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta setelah menikah / Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Penyesalan Suami
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: rozh

Takdir yang tak bisa dielakkan, Khanza dengan ikhlas menikah dengan pria yang menodai dirinya. Dia berharap, pria itu akan berubah, terus bertahan karena ada wanita tua yang begitu dia kasihani.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rozh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Syukuran.

"Khanza butuh waktu, ini ujian yang berat baginya, menerima pernikahan dengan laki-laki yang merusak kehormatan dirinya demi menjaga nama baik dan anak yang dia kandung, dan juga orang itu berhubungan baik dengan kamu ibunya. Kasihan Khanza, semoga dia kuat," kata Bagas.

Mira menatap sang suami, lalu mengangguk paham. "Maafkan aku yang egois dan tak enak hati ini Mas," ujar Mira pada Bagas.

"Iya, ini memang egois dan kejam untuk Khanza, tetapi di sebalik itu semua, kita hanya mencoba menjaga Khanza dan Ibu Ijah, jika pun nanti Khanza tidak kuat, seperti yang sudah kita sepakati, jika Khanza tidak kuat, dia bisa mengajukan gugatan cerai setelah melahirkan." Bagas meneruskan ucapannya.

"Aku berpikir ini terlalu kejam untuk Bu Ijah."

"Anak yang dikandung Khanza tentu saja cucu Bu Ijah, tak ada yang kejam Mira, Bu Ijah bisa melihat anak itu kapanpun dia mau, perceraian antara Khanza dan Tanan nanti itu untuk kebaikan mereka berdua juga, ya jika Khanza siap menjanda dan masih tidak ikhlas bersuamikan Tanan."

Bagas dan Mira pun melanjutkan mengobrol di taman belakang sambil melihat tanaman, membiarkan Khanza bergelut dengan waktu dan pikirannya.

Sementara itu, Tanan sudah kembali masuk dalam jeruji besi. Di sini, dia mendapatkan banyak pengalaman dan hikmah kehidupan, sedari dulu dia di manja dan dituruti semua keinginannya karena dia anak tunggal. Namun, sekarang dia tersadar sudah, kehidupan yang dia jalani adalah kesalahan, bukankah seharusnya dia membantu ibunya yang janda kesepian setelah di tinggal meninggal oleh ayahnya?

Kenapa dia harus mempermasalahkan kehidupan tanpa ayah? Banyak orang hidup dengan kuat tanpa ayah, bahkan tanpa ibu juga, mereka bisa berhasil. Bukan berarti ada orangtua lengkap hidup akan bahagia.

Contohnya seperti satu orang pemuda yang baru masuk ke dalam sel ini dua hari yang lalu. Dia anak orang kaya, orang tua lengkap, hanya karena orangtuanya sibuk mencari uang, dia sibuk menghabiskan berhura-hura sampai melakukan penganiayaan pada teman yang dia bully, bahkan sampai meninggal.

Dan juga, Tanan berjumpa dengan yang lain yang beda ruangan dengannya, tetapi mengobrol dengannya saat tadi makan bersama di luar. Dia anak broken home, ibunya miskin dan sakit-sakitan, ayahnya menikah lagi dan hidup kaya, saat dia meminta uang pada ayahnya, ayahnya berkata kasar hingga dia membunuh ayahnya sendiri. Begitu banyak cerita orang-orang yang ada dalam penjara ini.

Tanan merasa bersyukur, ayahnya orang yang baik kata ibu, hanya meninggal karena Allah memanggil hambanya. Kemudian, ibu selalu berjuang keras untuknya.

"Benar. Surga itu di bawah kaki Ibu. Mungkin itu hanya kiasan, tetapi maknanya dalam. Tanpa Ibu, aku tak berarti apa-apa." Tanan bergumam pelan.

"Eh, sini pijitin gue!" Lagi, sama dengan hal yang Tanan alami beberapa saat yang lalu. Sekarang, giliran pemuda yang baru dua hari masuk sel itu yang di suruh-suruh oleh senior dalam ruangan ini.

"Tanan, istri Lo kapan datang lagi menjenguk? Nanti kalo datang lagi, reques sambal rendang sama samba lado ya!" ucapnya.

"Saya juga kurang tahu Bang, mungkin yang akan datang ibu saya, nanti saya akan meminta pada beliau," jawab Tanan mencari aman saja. Dia juga tidak terlalu berharap dan tak ingin merepotkan Khanza ataupun ibunya.

***

Usia kehamilan Khanza sekarang hampir memasuki usia lima bulan, Mira dan Bagas melakukan syukuran, mengundang anak-anak yatim makan bersama kerumah bersama imam untuk berdo'a.

Bu Ijah juga datang dengan memakai pakaian yang dibuatkan oleh Khanza. Ibu itu tampak begitu senang sekali. Namun sayangnya, senyuman di bibir Bu Ijah mulai menipis setelah mendengar hujatan dan gunjingan orang-orang.

"Kasihan sekali si Khanza, menikah dengan narapidana, apalagi itu kehamilan itu karena diperkosa, baik sekali keluarga Pak Bagas dan Bu Mira. Kalau aku, pasti sudah aku tidak akan menikahkan putriku dengan sipemerkosa, itu bisa membuat trauma, dan aku lebih memilih menikahkan putriku dengan pemuda lain. Khanza cantik, pasti banyak lelaki yang mau, berpendidikan dan punya usaha sendiri lagi, mandiri. Anak orang terpandang." Ibu berbaju hijau toska berbicara.

"Iya. Aku pun juga tidak rela. Mana Tanan itu gak ada bagus-bagus nya, lebih bagus tukang parkir di depan perumahan Pak Bagas ini, lebih tampan dan jelas bukan narapidana," sahut Ibu berbaju peach.

"Ho'oh." Ya, begitulah mereka saling bergunjing satu sama lain.

Mira mendekat dan menyentuh bahu Bu Ijah. "Kak Ijah, rupanya Kakak di sini, saya dari tadi cari-cari. Ayo, kita makan dulu," ajak Mira pada Ijah, agar tidak mendengarkan lagi perkataan yang buruk dari tamu-tamu yang datang ini.

"Iya," sahut Khadijah.

Ijah berjalan dengan Mira ke arah tempat makanan terhidang, ada anak-anak yang juga tengah berbaris mengambil makanan. Mira dan Ijah bahkan membantu mereka juga.

"Ambil dan makan sepuasnya anak-anak," kata Mira tersenyum manis. Ya, keluarganya memang mengutamakan anak panti asuhan dan tetangga, barulah beberapa tamu lainnya.

Beberapa orang ada yang memberikan hadiah dan juga amplop untuk Khanza. Bahkan ada seorang ibu yang bermulut jahat berkata sambil memberikan hadiah.

"Oh Khanza ku yang malang, Tante bersedia menikahkan putra pertama atau putra kedua Tante untuk Khanza. Jadi, jika nanti Khanza sudah tidak kuat, dan ingin berpisah, ada Tante, yang sabar ya." Dia memeluk Khanza.

Khanza tak menyahut, dia hanya diam saja, bahkan mengambil hadiah itu tanpa mengucapkan terimakasih karena merasa tak suka dengan ucapan sang Tante.

"Ayo Kak, makan," ajak Mira. Ijah melihat Kanzia yang dipeluk beberapa ibu-ibu yang bersalaman dan berfoto dengannya.

Mira dan Ijah sudah mengambil makanan, mereka duduk di meja khusus dari tenda yang di sewa. Ada tiga orang ibu-ibu mendatangi mereka. "Bu Mira, makasih makanannya, kami pulang dulu ya!" Begitulah kata mereka lalu bersamalaman dengan Mira, tetapi hanya mendengus pada Ijah. Padahal Ijah sudah tersenyum dan berniat bersalaman juga.

"Maafkan mereka ya Kak," kata Mira tak enak hati, karena itu tetangga Mira.

"Iya, tidak apa-apa Mira. Kakak sudah memaafkan," jawab Ijah. Lalu, mereka berdua makan.

Sekarang, Khanza memilih duduk di kursi dengan minuman dingin dan buah, kakinya pegal dan badannya capek karena banyak berdiri dan bersalaman sejak tadi. Ini hanya syukuran biasa, tetapi tetangga banyak yang datang, memberi hadiah dan berbincang, ada yang membahas tentang masalah pribadi yang tak bisa Khanza jawab dan masalah pakaian yang akan dijahit Kanzha.

Dua orang gadis kecil dari panti asuhan duduk mendekat ke arah Kanzia. "Kakak capek ya, sini kami pijitkan tangan atau kaki Kakak. Kata ibu kepala panti, orang hamil itu cepat capek, kami bisa memijit," kata mereka.

Lalu, langsung ke dua anak itu memijit tangan Khanza. "Hm, nggak enak jadinya Kakak repotin adik-adik," kata Khanza.

"Tidak apa-apa. Semoga kakak sehat, beserta adiknya," jawab mereka tersenyum.

1
Heny
Hadir
Rozh: terimakasih 🙏🏻🌹
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!