Peringatan! Harap bijak dalam membaca. Ini karya dipersembahkan untuk hiburan emak yang sudah berusia 21+ dan sudah menikah! Dibawa 21 harap jangan baca! Dosa tangung sendiri!
Sequel dari Dipaksa menikahi tuan muda duda
Ashanum Ananda Wijaya terpaksa menerima perjodohan dengan pria yang sama sekali tak ia kenal setelah pergaulan bebasnya diketahui sang papa yaitu Raka Wijaya. Asha harus mengorbankan cintanya menikahi pria sederhana yang bukan tipenya yang tak ada daya tarik sama sekali yang hanya berkerja sebagai guru ngaji di pondok pesantren dan sebagai ob di rumah sakit ternama dikota Malang.
Dibalik kesederhanaannya Asegaf Albramata adalah seorang pengusaha muda yang sukses disegala bidang, namun ia menyembunyikan semuanya karena berbagai alasan.
Asha sangat membenci Ega karena adanya dia, ia harus kehilangan cinta pertamanya.
Nb : Jangan lupa follow ig:Duwi Sukema author ya, agar tahu visual juga novel author lainnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon duwi sukema, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15. Pingsan
Ega yang baru saja nongkrong bersama sahabatnya melihat jam arloji ditangannya sudah menunjukan jam sepuluh malam, ia segera melajukan motornya untuk pulang.
Ega sebenarnya sangat malas untuk pulang, namum ia teringat janjinya pada ke dua orang tua Asha untuk menjaga anaknya.
Sampai di rumahnya lampu rumah sudah gelap gulita. Ia segera membuka dengan pelan agar tak membuat terbangun Asha.
"Kamu sedang apa Sha? Aku rindu dengan wajahmu, sudah lama ku tak pernah melihat cerewetmu memarahiku, ku rindu," lirih Ega di depan pintu kamar Asha.
Ega segera membuka pelan pintu kamar Asha, melihat wajah lelap Asha yang tertidur pulas. Ia segera duduk ditepi ranjang sambil mengusap pelan pucuk kening rambut Asha dengan lembut.
"Aku hanyalah manusia biasa yang bisa merindumu didalam diamku, lalu aku menghapus setiap air mata yang terus menetes diwajah ku. Aku hanya ingin mendapatkan sedikit waktu untuk selalu berdua denganmu. Apabila aku ini egois, maka maafkan aku sebab aku merindukanmu."
"Rindu bukan hanya muncul disaat jarak yang jauh, namun juga di karenakan keinginan yang tidak pernah terwujud. Kamu salah satu orang yang selalu ada dalam doaku, tema yang selalu menjadi pembicaraan antara aku dan Allah," lirih Ega dengan memandang wajah Asha yang mendengkur dengan teratur.
"Jika dengan mengungkap cinta menjadikan kita berjarak, maka biarkan semuanya kembali seperti semula dimana aku merindumu tanpa kamu mengetahuinya Rindu ini semakin menikam dan menyakitkan, seiring waktu yang berjalan di dalam sebuah keheningan malam," kata Ega menyesal telah mengatakan perasaannya waktu itu.
Ega segera mengambil amplop coklat dari saku jaketnya lalu meletakkan di nangkas dekat ranjang Asha.
****
Pagi hari saat Asha mendengar adzan subuh ia segera bangun lebih awal agar bisa bertemu dengan Ega. Saat ia selesai salat subuh ia segera menbuatkan kopi lalu membangunkannya namun ia sudah tak mendapati Ega di dalam kamar sebelahnya.
Asha berjalan tak bersemangat menuju ke dalam kamarnya, saat ia duduk ditepi ranjang matanya tertuju pada sebuah amplop di atas nangkas.
Asha yang merasa penasaran segera mengambilnya, lalu membaca tulisan diatasnya.
Semoga rejeki ini cukup untuk jajan dan makan kamu dalam dua minggu. Maaf hanya segini yang mampu mas berikan padamu. Jaga kesehatan jangan lupa untuk makan.
Dari : Asegaf Albramata
Asha yang membaca surat dari Ega hatinya terenyuh, ia merasa dirinya sangat egois. Berarti mas Ega tadi malam pulang, tapi kenapa dia sudah pergi pagi-pagi begini? Apa dia bekerja keras untuk mendapatkan uang untuk kebutuhanku, untuk mengimbangi gaya hidupku batin Asha.
****
Dua hari kemudian, Asha sedikit pucat karena ia sering telat makan.
"Sha, wajah kamu kenapa pucat sekali?" tanya Diana khawatir.
"Tak apa kok, mungkin semalam aku kurang tidur," jawab Asha sambil berjalan masuk ke dalam rumah sakit.
"Beneran kamu baik-baik saja," Diana bertanya kembali untuk memastikan keadaan Asha.
Asha yang berjalan tiba-tiba kepalanya merasa berkunang-kunang dan pusing, ia segera memengangi kepalanya yang terasa sakit, hingga dalam hitungan detik ia tak sadarkan diri.
Diana yang melihat Asha tersungkur ke lantai tak berdaya langsung berteriak meminta tolong.
Seketika Dokter Al, Nadya dan Aris yang baru saja melalukan pemeriksaan melihat Diana berteriak histeris segera menghampirinya.
"Din, kenapa dengan Asha?" cecar Aris.
"Asha tadi pucat, aku sudah menyuruhnya untuk izin namum ia tetap maksa untuk masuk magang," jawab Diana.
"Sudah biar aku bopong ke ugd saja," ucap Aris dengan tanggap.
"Biar aku saja yang membopongnya," sela doktet Al. "Kamu hubungi dokter Siska sekarang, bilang suruh ke kamar VIP nomer 5," perintah dokter Al.
Dokter Al segera membopong Asha menuju ke ruang rawat inap pasien yang tak jauh dari tempat kejadian.
Setelah kepergian dokter Al, Nadia dan Diana tak percaya dengan apa yang mereka lihat.
"Astaga Nai, aku ngak salah lihat kan?! Aku susah payah cari perhatian dokter Al, tapi ujung-ujungnya aku dicueki sama dia, eh dia sekarang dia malah tanpa diminta membopong Asha, padahal Aris tadi mau membopongnya," keluh Diana kesal.
"Aku juga heran sama dokter Al, padahalkan dia tak pernah berbicara. Terus Asha ikut dia juga cuma beberapa kali pertemuan," dengus Nadia.
"Sudah ayo lihat keadaan Asha dulu," ajak Diana.
Dokter Al yang telah sampai di ruang rawat inap segera membaringkan di ranjang pasien dengan hati-hati.
"Cantik," satu kata lolos dari bibir dokter Al.
"Dokter Al, apa yang sebenarnya terjadi?" tanya dokter Siska.
"Dia pingsan, coba kamu periksa lebih jelasnya kenapa dia?" dokter Al malah kembali bertanya ke dokter Siska yang merupakan dokter spesialis kandungan.
"Kamu kan juga bisa memeriksanya," ketus dokter Siska.
"Sudah jangan banyak tanya! Cepat lakukan saja!" tegas Dokter Al dengan memasukkan tangannya ke dalam saku celana kainnya.
"Galak banget sich dia," batin Diana juga Nadia melihat dokter Al membentak dokter Siska yang sebenarnya juga sangat sadis.
Diana dan Nadia hanya melihat wajah dokter Al hanya beberapa kali selama magang di rumah sakit ini itu pun hanya beberapa hitungan detik. Dokter Al selalu memakai masker yang hampir saja menutupi wajahnya, hingga memperlihatkan mata indahnya dengan bulu mata yang sangat letik, ditambah rambutnya yang tertata sangat cool yang membuat para wanita melihanya jatuh cinta seketika.
"Dia hanya kacapekan, kalau perkiraanku dia telat makan, hingga penyakit mahnya kambuh," ujar dokter Siska selesai memeriksa keadaan Asha.
"Dok, kenapa dia juga belum sadar?" tanya Diana khawatir.
"Sebentar lagi juga akan sadar," jawab dokter Siska.
"Sudah kamu Diana jaga teman kamu, jika ia sadar dan sudah membaik suruh istirahat untuk beberapa hari," jelas dokter Al. "Kamu Nadia dan Aris, ayo kita lanjutkan lagi pekerjaan kita," ajak dokter Al.
"Baik dokter," jawab Nadia.
"Kamu cepat sadar ya, aku sangat mencintaimu," ucap Aris mengengam jari jemari Asha.
Ehem
Suara deheman dokter Al untuk membuyarkan pandangan romatis di depannya.
"Maaf dok," lirih Aris lalu beranjak berdiri dari kursi penunggu yang ada di samping ranjang. "Din, jika terjadi sesuatu cepat hubungi aku ya!" perintah Aris berpesan kepada sahabatnya.
"Ok," jawab Diana sambil menunjukan jari tangannya membentuk huruf o.
Beberapa menit setelah kepergian dokter Al, Nadia, juga Aris kini Asha mulai terbangun dari pingsannya.
"Aku dimana ini?" lirih Asha dengan memegangi kepalanya.
"Kamu sudah sadar Sha? Kamu tadi pingsan, kenapa kamu itu sulit sekali dibilangin jika kamu sakit harusnya kamu jangan memaksakan diri begini," cerewet Diana yang sangat khawatir dengan keadaan sahabatnya.
Bersambung..