Fadel Arya Wisesa, salah satu pewaris grup Airlangga Wisesa bertemu lagi dengan gadis yang pernah dijodohkannya. Dia Kayana Catleya, salah satu cucu dari grup Artha Mahendra.
Gadis yang pernah menolak untuk dijodohkan dengannya.
Saat tau sahabat gadis itu menginginkannya, Fadel dengan terang terangan mengatakan kalo Kanaya adalah calon istrinya di acara ulang tahun sahabatnya itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Strategi baru Fadel
"Kamu kelewatan, Del," decak Nevia, yang dengan beberapa sepupu yang lain masih berkumpul di sekitar Fadel. Mereka masih berada di ruang meeting.
Beberapa peserta yang lainnya juga masih berada di sana, termasuk Kayana yang juga dikerumuni beberapa peserta yang lain.
"Memang ini tempat pembalasan dendam.yang paling tepat. Posisimu kuat," sindir Jayden dengan wajah menyeringainya, penuh ejekan.
"Ngga begitu juga harusnya. Dia cuma sendirian," tukas Nathalia ikut menghujat. Adelia yang kembarannya menganggukkan kepalanya. Setuju dengan perkataan Nathalia.
"Aku hanya mengingatkan agar dia konsentrasi. Ini masalah besar, kita ngga boleh salah memilih subkon. Tapi dia malah melamun," ucap Fadel tenang, membela diri dari hujatan para sepupunya.
"Tapi, kan, bisa dibicarakan baik baik. Ngga di sini juga, di depan banyak orang," tegas Karla mencela.
"Kalo Malik tau bisa kamu dimaki dia," sambung Adelia prihatin.
"Haykal yang cuek aja pasti juga bakal tersinggung kalo tau sepupunya kamu gini, kan," balas Karla ikut mengecam.
"Tuh, dengerin," ejek Abiyan. Prinsipnya biarpun perempuan salah, perempuan akan selalu benar. Lihat saja, semua sepupu perempuannya yang awalnya anti pati dengan Kayana sekarang malah berbalik simpati.
Fadel terdiam mendengar caci maki para sepupunya. Secepat itu sikap sepupu sepupunya berubah.
Oke, dia kurang bermain cantik.
Fadel kemudian berdiri.
"Mau keman?" tanya Jayden ketika melihat Fadel.menyibak kerumunan mereka.
"Minta maaf," ucap Fadel sambil melangkah pergi, ngga peduli dengan aneka reaksi para sepupunya.
"Gitu, dong, gentle." Masih dia dengar komentar jutek dari Nathalia.
"Asal jangan baper aja." Ejekan Abiyan juga terdengar, tapi ngga menyurutkan langkah Fadel.
Baper? Oke juga, dibuat baper dulu.
Chesna yang pertama kali sadar dengan kedatangan Fadel yang mendekati mereka.
"Eh, si Fadel datang," ucapnya membuat perhatian mereka teralihkan pada sosok tegap yang sedang berjalan semakin dekat
Tampannya, batin Paramitha memuji. Sekarang bahkan dia bisa melihat laki laki idamannya lebih dekat.
Ellen dan Imas yang terkesima sampai ngga bisa mengalihkan tatapnya.
"Nona," senggol Hasna membuat Kayana jadi ikut memperhatikan juga.
Ngapain dia ke sini?
Walaupun jantungnya berdebar keras, tapi tetap saja dia masih marah karena sikap laki laki itu tadi.
Fadel menghentikan langkahnya tepat di depan Kayana. Mereka hanya dipisahkan oleh meja.
"Aku minta maaf atas sikapku tadi. Bisa ke ruanganku. Kita harus mendiskusikan soal subkon yang akan bekerja sama dengan proyek ini."
Rahang Kayana hampir saja lepas. Dia sempat tercengang, ngga nyangka dengan sikap laki laki itu yang berubah seratus delapan puluh derajat.
Hasna kembali menyenggol lengannya hingga Kayana tersadar dari sikap memalukannya.
"Sekarang?" ucapnya sambil menentang tatapan tajam itu.
"Ya." Fadel tersenyum dalam hati melihat wajah galak itu.
"Oke."
Kayana hanya mengangguk pada Chesna yang juga balas mengangguk setelah sama sama terkesima.
Hasna pun mengikuti langkah putri tunggal bosnya yang menjejeri langkah tuan muda Fadel.
Para sepupu Fadel yang sempat memperhatikan kini mengikuti langkah Fadel dan Kayana. Melintasi dan mengabaikan teman teman Kayana yang masih bengong memperhatikan kepergian Kayana dan Fadel.
"Sadar, hei.... Hei.... Sadar," tukas Chesna sambil mengibas ngibaskan tangannya ke hadapan ketiga temannya.
Imas melepaskan nafas panjangnya sambil memegang dadanya, karena jantungnya yang berdebar keras sejak laki laki yang ngga mungkin digapainya mendekat.
"Kiyaaa..... Dia tampan banget," jerit kecil Paramitha tanpa sadar. Dia hampir pingsan karena kesulitan bernafas tadi ketika Fadel mendekat.
Ellen pun menghembuskan nafasnya berulang ulang untuk menenangkan debar di dadanya.
"Gilaaak.... Dia harum banget," cetusnya tanpa sadar.
Chesna akui semua yang dikatakan teman temannya benar semua. Detak jantungnya saja belum normal sampai sekarang
Padahal Kayana dan Fadel sudah ngga terlihat. Juga kerabat mereka yang lain.
Memang beda aura konglomerat. Kayana beruntung banget
"Aku jadi pengen resign dan kerja aja di tim Kayana," ceplos Ellen lagi.
"Kayana itu siapanya bos, sih. Kenapa dia bisa diprioritaskan banget," kesal Paramitha dengan penuh iri.
Harusnya kalo memang grup Artha Mahendra juga di posisi mainkon, pewarisnya yang datang. Bukan direktur marketingnya.
Bayangkan saja, dia yang sudah secantik dan sesempurna ini sama sekali tidak dilirik.
Malah Kayana yang dipedulikan.
Pasti Kayana ada maen juga dengan bosnya.
Dadanya panas karena dipenuhi emosi.
Terlalu jelas terlihat.
Dasar, pura pura ji-ji jadi ani ani, malah jadi simpanan. Paramitha terus saja menggeram marah.
"Dia itu pintar, wajar bosnya ngandalin dia," bela Chesna agak ngga terima dengan tuduhan Paramitha.
"Keberuntungan orang itu bisa milik siapa aja, Mitha. Sudah, jangan marah marah gitu," ucap Imas berusaha menenangkan kemarahan Paramitha.
"Ngga mungkin hanya karena beruntung dan pintar saja. Pasti dia sudah jadi simpanan," tuduh Paramitha lagi. Sengaja dia keluarkan pikiran buruknya agar ketiga temannya terpengaruh dan percaya pada kata katanya.
Hening.
"Mungkin aja begitu,'" tukas Ellen yang mencoba membuka pikirannya atas pernyataan frontal Paramitha.
"Kalo memang iya, kenapa? Kamu marah karena udah berusaha keras tapi tetap gagal dan kalah dari Kayana?" ejek Chesna.
Paramitha menatap Chesna dengan kobaran api di sepasang matanya.
"Ya, sudah terima saja. Dia memang memiliki keberuntungan itu," sergah Chesna melanjutkan ucapannya sambil memberi isyarat pada kedua asistennya agar melangkah pergi duluan.
"Aku duluan, Imas," pamitnya sambil melangkah melewati temannya. Dia sudah muak mendengar omongan ngga jelas Paramitha dan Ellen.
"Eh, aku juga duluan, ya," ucap Imas agak sungkan karena berada di tengah pertengkaran teman temannya.
Dia.juga sama seperti Chesna yang memilih pergi.
Paramitha mendengus melihat kepergian kedua orang temannya.
"Aku ngga salah, kan, berpikir begitu," ucap Paramitha seolah meminta dukungan pada Ellen.
"Ngga salah. Kemungkinan itu memang pasti ada," jawab Ellen yang melegalkan sikap Paramitha.
"Yang aku ngga suka kenapa.dia selalu berlagak sok suci kalo kita bahas ani ani dan simpanan," dengus Paramitha lagi.
"Iya, munafik, ya."
*
*
*
"Aku sudah terima jasnya. Kamu ngga perlu menggantinya," ucap Fadel ketika akan membuka pintu ruangannya.
"Oooh...."
Setelah setahun? Kayana hampir saja tertawa. Sementara Hasna yang mendengarnya jadi mengerutkan keningnya.
Nona ngasih tuan muda Fadel jas? Dalam rangka apa?
Hasna mencuri lirik pada keduanya. Tuan muda Fadel dengan ekspresi datarnya, sedangkan nona mudanya--masih dengan ekspresi marahnya yang belum hilang.
Mereka seperti kekasih yang sedang marahan, batinnya menduga duga, mulai mencari titik temu hubungan kedua titisan konglomerat yang berjalan di depannya.
Setaunya tuan muda Fadel, sama seperti beberapa tuan muda di keluarga Artha Mahendra. Ngga suka berurusan dengan perempuan yang mereka ngga kenal.
Jangan jangan mereka sudah kenal lama?
Nona melakukan kesalahan hingga tuan muda ini ngamuk di acara meeting?
Hasna jadi bergidik karena bola pikirannya bergulir dengan liar.
pada demen banget sich ngerjain
si Kayana.......
anak orang udah seteresssss itu....
maju mundur kena......
perang hati dan logika ga sinkron.. sinkron...
bisa bisa kurus kering tuh anak orang....
trik...trik diet mah....lewaaaatt......😁😁😁
fadelllllllllll fadellll tunangan munkayanaa.. kapan sih kayana tauuuu....