NovelToon NovelToon
Pemburu Para Dewa

Pemburu Para Dewa

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Sistem / Kelahiran kembali menjadi kuat / Akademi Sihir / Harem / Elf
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Ex_yu

Mati sebelum kematian, itulah yang dirasakan oleh Jeno Urias, pria usia 43 tahun yang sudah lelah dengan hidupnya. keinginannya hanya satu, mati secara normal dan menyatu dengan semesta.

Namun, Sang Pencipta tidak menghendakinya, jiwa Jeno Urias ditarik, dipindahkan ke dunia lain, Dunia Atherion, dunia yang hanya mengenal kekuatan sihir dan pedang. Dunia kekacauan yang menjadi ladang arogansi para dewa.

Kehadiran Jeno Urias untuk meledakkan kepala para dewa cahaya dan kegelapan. Namun, apakah Jeno Urias sebagai manusia biasa mampu melakukannya? Menentang kekuasaan dan kekuatan para dewa adalah hal yang MUSTAHIL bagi manusia seperti Jeno.

Tapi, Sang Pencipta menghendaki Jeno sebagai sosok legenda di masa depan. Ia mendapatkan berkah sistem yang tidak dimiliki oleh siapa pun.

Perjalanan panjang Jeno pun dimulai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ex_yu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15. Misi Sukses.

Bab 15. Misi Sukses.

Angin menjelang malam menggigil memasuki arena yang berdebu, membawa aroma darah dan sihir yang terbakar. Jeno berdiri di samping Arbelista, tatapannya masih tertuju pada Amelia Silverleaf yang berdiri lemas, seorang penyihir agung yang telah ia kalahkan dua kali berturut-turut dengan kekuatan yang bahkan ia sendiri belum sepenuhnya pahami.

Keheningan yang mengikuti kemenangan itu terasa lebih berat dari serangan sihir terkuat Amelia. Udara masih bergetar dengan sisa-sisa energi magis yang masih terasa, menciptakan distorsi cahaya yang membuat bayangan-bayangan menari seperti arwah yang tak tenang.

Sebelum Jeno sempat menghampiri Amelia, derap sepatu logam memecah keheningan di arena. Suara itu bergema seperti lonceng kematian, mengingatkan semua yang hadir bahwa pertarungan ini tidak pernah hanya milik mereka berdua.

Puluhan prajurit Kota Velden berbaris memasuki arena dengan formasi yang sempurna, jubah perang mereka berkibar dramatis membawa lambang kekuasaan yang berkilau di bawah cahaya bulan: naga perak yang melilit matahari biru, lambang Kerajaan Naga Perak yang telah berdiri selama berabad-abad.

Di tengah barisan yang megah itu, seorang pria paruh baya melangkah dengan aura yang seolah mampu meredakan badai. Rambut keperakannya berkilau seperti benang sutra yang ditenun oleh dewi malam, sementara jubah panjang berwarna biru tua yang dikenakannya bergerak dengan keanggunan, yang hanya dimiliki oleh mereka yang telah lama memegang kendali takdir.

Dialah Rai Recaldo, Wali Kota Velden, seorang pria ras naga yang namanya dihormati bahkan oleh musuh-musuhnya.

Dengan suara yang berat namun penuh kebijaksanaan, ia mengangkat tangan yang terdapat bekas luka sabetan pedang. Gerakan sederhana itu seolah memiliki kekuatan magis tersendiri, mampu menenangkan jiwa yang bergejolak.

"Cukup!" serunya dengan resonansi yang menggetarkan setiap jiwa. "Arena ini tak boleh berubah menjadi panggung balas dendam pribadi. Demi kestabilan kota dan kepercayaan rakyat yang telah memercayai hidup mereka kepada kita, konflik ini harus berakhir di sini!"

Ia kemudian mengangguk kepada dua prajurit terbaiknya: pria-pria yang telah mengabdi padanya selama bertahun-tahun. "Bawa Arbelista dengan hati-hati. Ia mungkin telah jatuh dari rahmat, tetapi ia masih ksatria yang pernah melindungi yang lemah."

Kedua prajurit itu bergerak dengan hormat yang tulus, mengangkat tubuh Arbelista yang pingsan dan berdarah seolah mereka sedang memindahkan relik suci. Darah yang mengalir dari lukanya menetes ke tanah arena, menciptakan pola yang aneh, seolah takdir sedang menulis pesan yang tak dapat dibaca oleh mata manusia biasa.

Setelah memastikan Arbelista dalam perawatan yang layak, Rai Recaldo mengarahkan tatapannya yang dalam kepada dua sosok yang masih berdiri di arena. Matanya, mata seorang pria yang telah melihat terlalu banyak perang, terlalu banyak kematian, terlalu banyak pengkhianatan, tapi kini penuh dengan campuran rasa ingin tahu dan kewaspadaan.

"Tuan Jeno Urias," ucapnya dengan nada yang mengundang sekaligus memperingatkan. "Lady Amelia Silverleaf. Mari kita selesaikan ini di Balai Kota. Sebagai wali kota yang telah bersumpah melindungi kota ini dengan nyawa, aku tak bisa mengabaikan insiden yang melibatkan dua tokoh penting... dan kekuatan yang belum pernah kami saksikan sepanjang sejarah yang tercatat."

Jeno mengangkat satu alis, ekspresi yang mungkin terlihat biasa bagi orang lain tetapi menyiratkan kalkulasi yang kompleks di balik mata gelapnya. Ia belum mengenal siapa Rai Recaldo, tetapi instingnya, memperingatkannya bahwa pria paruh baya itu bukan sekadar birokrat biasa.

Ketika ia menoleh ke arah Justus, pria yang telah menjadi jangkar kemanusiaannya di dunia yang gila ini, segera menghampiri dengan senyum hangat yang mampu mencairkan suasana tegang.

"Tenang saja, Jeno," ucap Justus sambil menepuk pundaknya dengan gaya seorang kakak yang melindungi adik. "Wali kota bukan musuhmu. Aku sudah mengenalnya bertahun-tahun, dan ia adalah salah satu dari sedikit orang yang masih memiliki hati nurani di dunia ini. Ayo ikut. Aku akan pastikan kau diperlakukan dengan adil, atau aku akan mempertaruhkan reputasiku sebagai ketua serikat terbaik di kota ini."

Justus tertawa kecil, suara tawa yang terdengar seperti lonceng perak yang ditiup angin sepoi-sepoi. Tawa itu berhasil mencairkan sebagian atmosfer yang masih menyisakan ketegangan, meskipun udara di sekitar mereka masih bergetar dengan energi magis yang belum sepenuhnya mereda.

------

Pada saat yang sama, di dimensi yang tak terlihat oleh mata manusia biasa... Angelina Urias asisten sistem mengeluarkan notifikasi.

[NOTIFIKASI SISTEM YANG MUSTAHIL]

Cahaya emas yang tidak memiliki sumber yang jelas tiba-tiba menyelimuti penglihatan Jeno, membentuk panel transparan yang bergetar dengan energi kosmik. Huruf-huruf yang muncul seolah ditulis dengan tinta yang terbuat dari bintang-bintang yang mati.

[MISI UTAMA DIPERBARUI]

Target Pertama: Arbelista, Kesatria Suci

Tujuan Misi:

- Observasi kekuatan dan kelemahan Arbelista secara langsung. ✅

- Intervensi bukan sebagai pahlawan, tetapi sebagai kekuatan pengacau kemunafikan ilahi. ✅

- Bunuh, hancurkan reputasi, atau permalukan Arbelista di hadapan publik. ✅

[STATUS: SELESAI ✅]

Hadiah Misi:

- Profesi Baru: [Anti-Saint: Pengingkar Cahaya] - Kekuatan untuk menentang tatanan ilahi

- Skill Langka: [Nullify Blessing] – Membatalkan semua buff, berkah, atau perlindungan dari entitas ilahi.

- 500.000 Koin Sistem Pengalaman - Mata uang yang melampaui koin emas dan platinum

- Akses Terbuka: Profesi Tersembunyi [Pengacau Takdir] – Tersedia untuk diklaim berdasarkan pilihan jalur masa depan.

Panel itu berkedip sekali sebelum menghilang, meninggalkan hanya gema energi yang mengingatkan Jeno bahwa keterampilannya bertambah lagi.

------

Jeno nyaris bersiul puas, suara yang akan terdengar tak bersalah bagi telinga manusia biasa, tetapi menyimpan kepuasan yang dalam. Sistem telah memberinya mata uang yang sangat ia butuhkan.

Koin Sistem Pengalaman bukan sekadar mata uang biasa yang dapat dibeli dengan perunggu, perak, emas, atau bahkan platinum. Ini adalah esensi murni dari kekuatan yang melampaui pemahaman manusia, hanya dapat digunakan di Menu Belanja Sistem untuk memperoleh barang-barang yang berada di luar jangkauan peradaban Atherion: senjata modern yang diselimuti sihir kuno, pakaian berteknologi tinggi yang dapat mengubah pemakainya menjadi makhluk yang mendekati dewa, bahkan arsitektur saku dimensi yang dapat menciptakan ruang yang tidak terikat oleh hukum fisika.

Namun, ia belum sempat membuka menunya lebih dalam karena langkah wali kota dan Justus kini sudah mendekat. Ia pun ikut berjalan, diapit oleh keduanya seperti seorang tahanan yang dikawal, atau mungkin seperti orang penting yang harus dilindungi.

-----

Di sisi lain arena, tersembunyi dalam bayang-bayang yang tidak pernah tersentuh cahaya. Dari tribun atas, di bawah kanopi besi yang tertutup rapat seperti makam kuno, tiga sosok berjubah hitam saling berbisik dengan suara yang lebih mirip desis ular daripada percakapan manusia. Jubah mereka bergerak sendiri meskipun tidak ada angin, seolah hidup dan bernapas dengan kehidupan yang gelap dan mengerikan.

"Saat yang tepat," ucap si pemimpin dengan suara yang terdengar seperti logam yang bergesekan.

Wajahnya tersembunyi di balik topeng yang terbuat dari tulang, dan matanya, berpendar dengan cahaya merah yang membuat siapa pun yang menatapnya merasa seperti sedang menatap ke dalam jurang neraka.

1
black swan
...
Kang Comen
Udh OP malah gk bisa terbang ????
Situ Sehat ??!
Kang Comen
lah mkin trun jauh kekuatan nya....
Buang Sengketa
masih pingin baca petualangan excel 😁
Stra_Rdr
kerennnn🔥🔥
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!