Tidak ada sugarbaby yang berakhir dengan pernikahan.
Namun, Maira berhasil membuktikan bahwa cinta yang tulus kepada seorang pria matang bernama Barata Yuda akhirnya sampai pada pernikahan yang indah dan sempurna tidak sekedar permainan di atas ranjang.
"Jangan pernah jatuh cinta padaku, sebab bagiku kita hanya partner di atas tempat tidur," kata Bara suatu hari kepada Maira. Tai justru dialah yang lebih dulu tergila-gila pada gadis ranum itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julies, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Senyum Penunda Luka
"Enak, Mai?" tanya Arya saat melihat Maira sedang memakan lahap nasi goreng yang ia bawa.
"Iya, Mas. Makasih ya. Mas jadi harus repot-repot ke sini." Maira memasukkan kembali bungkus bekas nasi goreng ke dalam kantung kresek lalu membuangnya.
"Mas Arya gak kerja?" tanya Maira saat ia telah selesai membersihkan mulut dari kamar mandi.
"Baru pulang, Mai. Aku lihat ada yang jualan nasi goreng, keinget kamu jadi aku beliin."
"Duduk sini yuk, Mas, aku pengen nonton televisi." Maira mengajak Arya duduk di ruang tengah tak jauh ruang tamu.
Mereka mulai tenggelam dalam keheningan, hanya terdengar suara televisi. Arya memperhatikan Maira dalam diam. Gadis cantik ini telah mengaduk-aduk perasaan dan hatinya.
Usia Arya 29 tahun saat ini. Sudah cukup matang, ia juga bekerja sebagai manager HRD di sebuah perusahaan kontruksi di Surabaya. Ia juga sudah punya rumah, mobil dan harta lain. Hanya satu yang belum ia dapatkan, seorang istri. Tapi kalau ke rumah Maira, ia lebih suka pakai motor. Sebab jalannya cukup terjal.
Maira yang sadar merasa diperhatikan, menoleh, pandangannya dan Arya bertemu. Maira memalingkan wajah, tidak ingin membiarkan Arya melihatnya terlalu lama.
"Mai ..." Arya menghampirinya, duduk di samping Maira.
"Mas ..." Maira bergumam lirih.
Arya menyibak rambut Maira ke belakang telinga. Dipandanginya wajah cantik tanpa polesan make up itu intens. Maira sempurna di matanya.
"Mai, kau cantik," gumam Arya pelan.
Maira tidak menjawab. Ia mematung, sudah lama ia tidak merasakan sentuhan. Maka ia membiarkan, ketika Arya mulai mendekatkan wajah, menempelkan bibirnya ke bibir Maira, menciumnya penuh perasaan. Maira terbuai, ia mulai merengkuh leher Arya untuk memperdalam ciuman mereka.
Namun, saat ia mulai terhanyut dalam ciuman indah menenangkan itu, bayangan Bara tiba-tiba muncul dalam ingatan. Maira tersentak, refleks di dorongnya Arya. Lelaki itu terkejut, menatap Maira dengan pandangan yang sulit untuk dijabarkan.
"Maaf, Mas .. Aku tidak bisa." Maira menjauh, mengambil posisi duduk di seberang Arya.
"Aku yang minta maaf, Mai. Tak seharusnya aku lancang begini." Arya tertunduk, menyesal.
"Mas ... " panggil Maira pelan.
"Iya, Mai," sahut Arya sambil mengangkat kepalanya.
"Mas ingin tahu seperti apa aku sebelum ini?" tanya Maira lirih.
"Ya ... cerita lah, Mai."
Maira menarik nafas panjang lalu menghembuskannya pelan sesaat sebelum ia bercerita.
"Mas Arya, sebelum bertemu denganmu, aku sudah lebih dulu mengenal pria lain." Maira menarik nafas panjang. Ia tidak ingin menutupi apapun lagi dari Arya. Lelaki ini harus tahu siapa ia sebenarnya. Arya diam, masih menunggu.
"Aku bahkan sudah terlibat sangat jauh dengan pria itu." Arya tampak menahan nafas, kepalanya tiba-tiba pening.
"Teruskan, Mai," katanya pada Maira, ketika Maira tiba-tiba menghentikan kata-katanya.
"Aku ... menghabiskan hampir seluruh waktuku hanya untuk melayaninya, bercinta." Maira tertunduk. Arya menahan kepalanya yang semakin kuat dicengkeram nyeri.
"Mai ... Teruskan." Arya berusaha menahan perasaannya yang mulai terobrak abrik.
"Dan aku, berada di tempat ini untuk bersembunyi darinya." Maira menatap Arya yang sekarang juga sedang menatapnya.
"Mai ... Aku ingin melindungimu," ujar Arya lirih. Maira merasa panas di matanya. Tadinya, ia mengira Arya akan meninggalkan dirinya setelah pengakuan yang ia ungkapkan. Namun, lelaki itu malah berkata lain.
"Jangan, aku tidak mau mengecewakanmu," sahut Maira lirih. Ia tidak mau Arya mencintainya terlalu dalam. Pria itu terlalu baik, harusnya mendapat wanita yang baik pula. Pikir Maira lesu.
"Izinkan aku membuktikannya, Mai. Aku tidak akan memaksamu untuk menerimaku, tapi berusahalah untuk membuka hatimu dulu pelan-pelan," tukas Arya lembut. Maira menatapnya semakin pilu.
"Kau tidak jijik padaku?" tanya Maira dengan suara bergetar. Arya menggeleng.
Maira tidak tahu apa lagi yang harus ia katakan pada lelaki itu. Ia hanya bisa membalasnya dengan senyum haru. Sebuah senyum penunda luka bagi Arya setelah ini.
***
"Tuan, mata-mata mencurigai pergerakan salah satu keluarga nona Maira."
Informasi itu membuat Bara membalikkan tubuhnya.
"Pantau terus! Kabarkan segera jika Maira sudah ditemukan," ujar Bara dengan tangan terkepal.
"Baik, Tuan. Kami akan melakukan yang terbaik. Kami akan membawa nona Maira ke hadapan anda."
"Tidak," Sahut Bara menghentikan langkah Dimas. "Aku yang akan menjemputnya langsung!" sambung Bara dingin.
Dimas mengangguk patuh lalu kembali meneruskan langkah meninggalkan ruangan. Bara kembali memutar kursinya. Ia memandang lurus ke depan.
"Maira ... Cepat atau lambat, kau akan aku temukan lagi," ujar Bara dengan hati terbakar.
Saat ia sedang kembali dalam lamunan panjang. Suara telepon berdering. Bara segera mengangkatnya, kini ia selalu bersemangat setiap mendengar teleponnya berbunyi. Sebab, setiap deringnya adalah harapan yang akan menjadi awal pertemuannya dengan Maira lagi.
"Tuan, Nona Maira telah kami temukan. Tapi ..." Informannya menghentikan kalimat.
"Tapi apa? Cepat katakan!" ujar Bara keras.
"Dia terlihat bersama seorang lelaki. Dan ..." Informan kembali menggantung kalimatnya.
"Apa?! Cepat katakan! jangan membuatku murka!"
"Dan kami kehilangan jejaknya, Tuan."
"Bodoh! Cari lagi sampai dapat!" umpat Bara penuh kekesalan. Ia mematikan sambungan telepon. Bara terbakar api cemburu, mendengar Maira bersama seorang lelaki. Ia meraih vas bunga melemparnya ke dinding, hingga benda itu pecah. Bara melempar apa saja yang ada di dekatnya.
Ia meremas rambutnya kuat. Para staff yang ada di luar ruangan hanya mampu terdiam. Bahkan sangking menegangkannya, pena yang terjatuh dari salah satu meja staff itu tidak mampu membuat ia membungkuk untuk mengambilnya kembali.
Bos besar sedang dikuasi amarah. Mereka dalam zona bahaya. Telepon sekretaris berdering, ia mengangkatnya takut.
"Iya, Tuan?"
"Panggil orang untuk membersihkan ruanganku! Selesaikan tidak lebih dari lima belas menit!" ujar Bara dengan emosi yang sudah memuncak.
Rima segera menelpon staff kebersihan. Tiga orang segera datang tergopoh-gopoh. Baru saja mereka hendak mengetuk pintu, Bara keluar.
Di telapak tangannya mengucur darah segar. Bara telah meremas kepingan kaca vas bunga dengan kuat hingga melukai tangannya. Para staff memandang ngeri pemandangan itu.
"Tuan, mari kita bersihkan luka Anda." Dimas dengan tenang mendekati tuannya. Bara hanya mengangguk. Hanya Dimas dan Sofia yang mampu mengatasi Bara di saat seperti ini.
"Weleh-weleh, ini Tuan ngamuknya seram sekali. Ruangannya seperti habis kena gempa bumi," ujar salah satu staff kebersihan itu sambil geleng-geleng kepala. Sementara dua temannya yang lain masih tercengang dengan mulut ternganga melihat ruangan sudah seperti kapal pecah.
"Waktu kita cuma lima belas menit, tagihan motor belum lunas, kredit rumah masih lima belas tahun. Saya gak mau dipecat hanya karena tidak bisa membersihkan ini tepat waktu. Ayo kita bersihkan sekarang." Yang satunya sudah menimpali.
Nasib mereka berada di jarum jam yang semakin bergerak maju. Mereka jadi sangat berdebar seperti kenangan pertama saat bertemu pak polisi yang datang dengan membawa surat tilang.
untungnya Kevin mati....kl ngga perang Baratayudha beneran
Tuhan pasti memberikan kebaikan yg terbaik dibalik kejadian yg menimpa kita.
teruslah berpikir positif atas segala kejadian.
memang tdk mudah...
semangat kak💪
othor keceh comeback again, apa kabare si Beben kak??????😂😂
masi kah pake pempers?????
ada notif langsung gassss.....
apa kabar mak, moga mak Julie yg cantik mem bahenol selalu sehat2 dan lancar semuanya Aamiin🤲
biar semangat up nya...🥰🥰🥰