"Alvaro, kalau kau masih menganggap dirimu anak ayah, maka turuti perintah ini. Ayah tak perduli bagaimana caranya-kau harus menikahi wanita itu. harga diri keluarga ini lebih penting dari egomu!"
---
" Bisakah kau bertahan, demi aku demi kita atau demi anak itu."
" Itu bukan pilihan karena dari awal memang akulah yang salah, aku lah penjahatnya, orang-orang tetap akan tau bahwa akulah pelakornya"
"Jangan tanya kenapa aku tinggal. Tanyakan kenapa hatiku tidak bisa pergi."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lulu yuningtias, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 15
Siang itu, Nayla sedang duduk dikamar milik nya. Menatap layar ponsel layar ponsel yang menampilkan pesan-pesan notifikasi yang tidak penting. Suara hujan rintik di luar jendela membuat suasana terasa tenang. Sampai ponselnya berdering dengan nama yang tidak asing - nyonya Rika.
Nayla sempat ragu untuk menjawab. Wanita itu bukan tipe yang menelpon tanpa alasan.
"Entah apalagi alasan, nyonya Rika menelepon ku. Ibu dan anak sama-sama menyebalkan. Kalau mau bercerai tinggal cerai saja. Kenapa harus bawah-bawah aku sih" keluh Nayla dalam hati"
Dengan menarik nafas, Nayla menekan tombol hijau "Halo, nyonya"
"Nayla dengar, besok malam aku akan mengadakan makan malam. Dan besok kau harus siap-siap. Karena supirku akan menjemputmu untuk pergi ke salon". Nada suaranya terdengar sangat serius.
Nayla terdiam sejenak, membiarkan detik-detik lewat. Ia tau dibalik ajakan makan malam nanti, pasti ada agenda tersembunyi.
"Baik nyonya, aku akan siap-siap"
"Ingat jangan lakukan kesalahan seperti terkahir kali. Kau harus lebih mendominasi untuk mendekatkan diri pada Alvaro. Bila perlu lakukan cara yang licik. Apa kau mengerti?" Perintah nyonya Rika ber api-api.
"Aku tidak akan melakukan kesalahan lagi, nyonya"
Setelah telfon berakhir, Nayla menatap layar ponselnya sambil berpikir. Rasa ingin tahu dan waspada berakhir jadi satu. Ia tau bahwa keluarga itu, bukan seperti keluarga pada umumnya
---
Di kediaman Dina dan Alvaro
"Akhirnya kau pulang juga, sayang". Dina berjalan kearah Alvaro dan langsung mencium bibirnya dengan penuh nafsu.
Alvaro yang sebelumnya akan menginap di mansion ibunya. Mengurungkan niatnya saat ia menerima telpon dari Dina. Dina mengatakan bahwa ia ada di mansion. Alvaro berniat melanjutkan permainannya.
"Much". Alvaro berusaha melepas ciumannya lalu duduk disofa.
"Sayang come on kau tidak merindukanku? Sudah lama kita tidak bercinta sayang". Dina duduk di pangkuan Alvaro dengan manjanya.
"Hari ini aku lelah. Walau kita bercinta ratusan kali pun kau juga tak akan pernah hamil". Alvaro berdiri mengambil sebuah wiski menuangkan kedalam gelas lalu meminumnya.
"Ma..ksudmu, aku tidak mengerti!". Dina ketakutan jika Alvaro mengetahui kebohongannya
"Kau tidak perlu menyembunyikannya. Aku mengetahui bahwa kau tidak ingin mempunyai anak denganku!". Dengan wajah dingin menatap Dina tajam
"Maafkan aku Al. Aku bukan tidak ingin mempunyai anak denganmu, aku hanya belum siap!" Dina menatap Alvaro dengan tidak percaya apa yang baru saja dia dengar. Dina tak menyangka begitu mudahnya Alvaro mengetahui rahasianya.
"Aku nggak perduli!. Aku hanya ingin mengatakan persiapkan dirimu. Ibuku sepertinya menemukan wanita yang bersedia mengandung anakku". Ucap Alvaro tersenyum sinis.
Dina yang masih saja memantung tersadar dengan apa yang baru saja dikatakan Alvaro.
"Al, ini nggak adil. Bagaimana mungkin kau melakukan ini kepadaku". Dina yang marah berbicara dengan nada kesal kepada Alvaro "kau tidak bisa menikah tanpa persetujuanku, Al". Dina berteriak marah karena ucapannya seperti diabaikan Alvaro.
"Aku pikir mungkin ini yang terbaik. Kau mendapatkan apa yang kau mau, ibuku pun juga begitu". Alvaro berkata acuh tak acuh.
"Tapi Al, aku bisa menghentikan pemakaian alat kontrasepsi. Aku bisa melahirkan anakmu, Al". Semakin berteriak keras.
"Kau pilih aku menikah atau kita bercerai". Perkataan Alvaro selanjutnya membuat dunia Dina seperti runtuh tak tersisa.
"Baiklah, tapi setelah kau memiliki anak dengannya. Kau harus menceraikan wanita itu". Dina mencoba mempertahankan miliknya dan egonya.
"Terserah". Alvaro tersenyum sinis lalu meninggalkan Dina yang terkejut dan kesal dengan apa yang baru saja dikatakan Alvaro.
"Akkkhhhh". Dina berteriak kesal berusaha melampiaskan emosinya.
"Aku tidak akan kehilanganmu, Al. Tidak akan"
"Dina kau itu sangat bodoh.." pekik alvaro "Kau pasti tidak akan pernah menyangka bahwa aku dengan mudah akan menyetujui permintaan ibuku". Gumam Alvaro dalam hati.
"Dina welcome to the game hahahaa...". Alvaro tertawa dengan kerasnya.
biar enak aja kak bacanya.... mnulis itu selain mmbtuhkn kreatifitas tinggi tp tata bahasa jg hrs dprhtikn, shgga mnjadi bacaan yg enak d baca..
Aku udah mampir. Jangan lupa mampir juga