Cerita ini lanjutan Aku Yang Tidak Sempurna.
Bakat yang di milikinya adalah warisan dari sang mama yang seorang pelukis terkenal.
Namun ia lebih memilih menjadi pelukis jalanan untuk mengisi waktu luangnya. Berbaur dengan alam itu keinginannya.
Dia adalah Rafan Nashif, seorang pelukis jalanan dan sekaligus seorang CEO di perusahaan.
Namun tidak banyak yang tahu jika dirinya seorang CEO, bahkan pacarnya sendiri pun tidak tahu.
Sehingga ia di hina dan di selingkuhi karena di kira hanya seorang seniman jalanan yang tidak punya masa depan.
Bagaimana kisah selanjutnya? Jika penasaran, mampir yuk!
Cerita ini hanyalah fiksi belaka, jika nama tempat, nama orang ada yang sama itu hanya kebetulan semata dan tidak bermaksud untuk menyinggung siapapun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 15
Malam ini Rafan tidak ke mana-mana, tadi setelah sholat isya dan makan malam, mereka sekeluarga mengobrol di ruang tamu.
"Kamu sudah punya pacar Nak?" tanya Seruni.
"Belum kepikiran Ma, takutnya dapat yang seperti itu lagi," jawab Rafan. Yang di maksud Rafan adalah Renata.
"Tidak semuanya seperti itu," sela Saskia.
"Ini kayaknya ada bau-bau perjodohan," timpal Jovan. Jovan memang belum tahu perihal Seruni yang di suapi saat makan oleh Lestari.
"Tidaklah Mas, aku hanya bertanya kepada Rafan, agar dia keluar rumah untuk mencari pacar," kata Seruni.
"Cukuplah dulu mama buat kesilapan, sekarang sudah tidak ada lagi istilah seperti itu. Biarkan Rafan memilih pasangan nya sendiri," ungkap Saskia.
Rafan merasa dirinya akan di goreng oleh keluarganya pun segera pamit ke kamar. Dengan alasan ia ingin istirahat karena besok mau kerja.
Namun Saskia mencegahnya, karena ada sesuatu yang ingin di bicarakan. Rafan tetap dengan pendiriannya ingin istirahat. Dan mengatakan lain saja membicarakan nya.
"Memangnya kamu tahu apa yang ingin Oma bicarakan?" tanya Saskia.
Rafan menggeleng. "Aku tidak ingin tahu Oma," jawabnya lalu berlari kecil menaiki tangga.
Tinggallah Saskia, Farhan, Jovan dan Seruni di ruang tamu. Saskia memperlihatkan video yang sempat di rekam nya.
"Bagaimana menurutmu dengan gadis ini?" tanya Saskia pada Jovan.
Jovan yang penasaran pun mengambil ponsel dari tangan Saskia. Jovan melihat dengan seksama bagaimana Lestari memperlakukan istrinya?
"Siapa Ma?" tanya Farhan.
"Namanya Lestari Pa, mama suka melihatnya," jawab Saskia.
"Nah 'kan, ujung-ujungnya pasti akan di jodohkan," kata Jovan. Sebenarnya Jovan juga suka dengan gadis itu, namun ia tidak ingin putranya mengalami hal yang sama dengannya.
"Rafan kenal dengan gadis itu?" tanya Farhan.
"Ya jelas kenal dong Pa, Rafan yang pertama beli ketoprak sebelum kita," jawab Saskia.
Farhan juga sependapat dengan Jovan, biarkan Rafan memilih pasangan hidupnya sendiri.
Farhan menyarankan agar istrinya tidak terlalu mencampuri urusan cucunya, terutama dalam memilih pasangan hidup.
Farhan juga menegaskan. "Kita dukung saja jika itu pilihan terbaik untuknya."
Saskia mengangguk mengiyakan. Seruni selaku mama nya juga tidak ingin adanya perjodohan untuk anaknya.
Sementara di dalam kamar ...
Rafan merebahkan tubuhnya di tempat tidur. Merasa tidak tenang, ia bangun dan mengambil pensil berwarna khusus dan selembar kertas HVS putih.
Rafan mencoret-coret kan pensil berwarna secara asal-asalan. Namun hasilnya di luar dugaan.
Sedikit demi sedikit terbentuk wajah seorang gadis. Hingga beberapa saat gambar itu pun siap. Nampak seperti hidup, seperti bukan lukisan pada umumnya.
Ya, gambar di kertas tersebut adalah Lestari. Rafan juga tidak tahu kenapa ia bisa menggambar wajah Lestari?
Mungkin karena nalurinya sehingga terbentuk wajah Lestari di gambar itu. Rafan mengamatinya sejenak, baru setelah itu ia pun tertidur.
Tengah malam Rafan terbangun, ia langsung mengambil air wudhu untuk melaksanakan sholat malam.
Rafan berdoa berharap dapat jodoh yang terbaik dari Allah SWT. Begitulah Rafan, ia selalu berharap begitu.
Ia ingin seorang gadis yang seperti mamanya yang tegar menghadapi hidup. Namun sampai sekarang ia belum menemukan gadis seperti itu.
Setelah selesai sholat, Rafan tidak tidur lagi. Ia menyibukkan diri dengan membaca ayat-ayat suci, hingga menjelang waktu sholat subuh.
Jam 6 pagi Rafan sudah bersiap-siap untuk ke kantor. Ia keluar dari kamarnya menuju dapur. Ternyata keluarga nya sudah berkumpul di meja makan untuk sarapan.
"Oh ya sayang, semalam nenek mu di Jogja menelepon, katanya kamu di minta untuk ke sana," kata Seruni.
Ya, setelah Rafan kembali ke kamar, beberapa saat kemudian Sekar menelepon ke Saskia. Sekar menanyakan Rafan dan memintanya untuk datang ke Jogja.
"Tapi aku masih sibuk Ma, banyak pekerjaan yang belum di selesaikan," ujar Rafan.
"Bagaimana kalau kamu ajak Lestari?" tanya Saskia.
"Oma, dia tidak tahu kalau aku ini seorang CEO. Dia hanya tahu kalau aku seorang seniman jalanan," jawab Rafan.
"Jadi kamu menyembunyikannya identitas mu?" tanya Seruni.
"Bukannya mama bilang begitu? Untuk menguji ketulusan seseorang dengan tidak mengungkapkan identitas," jawab Rafan.
Seruni terdiam, sepertinya dia lupa apa yang pernah di katakan nya kepada Rafan. Sebenarnya Rafan juga tidak bermaksud menyembunyikan identitasnya, tapi ada baiknya seperti itu agar ia tahu orang yang benar-benar tulus kepadanya.
Rafan hanya memakan sepotong roti dan secangkir kopi hitam. Kemudian ia pamit ke kantor.
"Bagaimana kalau kita saja yang pergi ke Jogja? Rasanya sudah lama tidak ke sana," usul Jovan.
"Boleh juga, nanti jika ada waktu baru ajak Rafan," jawab Seruni.
Rafan sudah tiba di perusahaan. Setelah memarkirkan ia langsung masuk ke gedung perusahaan.
"Tuan," sapa Ridho.
"Hmmm, apa agenda ku hari ini?" tanya Rafan sambil berjalan menuju lift.
"Pertemuan dengan Tuan Farrel di restoran untuk perpanjangan kontrak jam makan siang," jawab Ridho.
"Lagi?"
"Nyonya meminta Anda untuk segera menikah Tuan," jawab Ridho.
"Kamu sudah bosan kerja?"
"Tidak Tuan."
Rafan masuk ke dalam ruangannya, sedangkan Ridho ke ruangannya. Namun tidak berapa lama ia masuk ke ruangan Rafan dengan membawa berkas untuk di tandatangani segera.
Karena beberapa hari ini tuan nya tidak tenang, selalu keluar sebelum waktunya pulang kerja.
Rafan kembali melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda. Sebelum pertemuan nya dengan Farrel nanti siang.
Menit-menit berlalu, hingga jam pun menunjukkan 11 siang. Rafan merenggangkan otot-otot tubuhnya.
Kemudian ia memanggil Ridho untuk ke ruangannya. Ridho masuk setelah mengetuk pintu dengan membawa map di tangannya.
"Kita berangkat sekarang," kata Rafan.
"Baik Tuan," ujar Ridho.
Tiba di restoran yang di janjikan, keduanya langsung masuk karena Farrel sudah menunggu mereka.
Sebenarnya pertemuan mereka bisa saja di perusahaan, namun mereka ingin bertemu di restoran sekalian makan siang bersama.
"Sudah lama menunggu Pak Farrel?" tanya Rafan.
"Jangan bercanda, langsung saja tandatangani,' jawab Farrel.
"Kami harus memeriksa berkas-berkas Anda terlebih dahulu Pak," ujar Rafan.
"Ridho, apa yang terjadi pada tuan mu?" tanya Farrel.
Ridho tidak menjawab, ia juga kurang mengerti dengan sikap tuan nya yang kadang berubah-ubah.
Kemudian keduanya pun menandatangani kontrak lanjutan tanpa membaca berkas tersebut. Mereka sudah sama-sama percaya satu sama lain.
"Sudah pesan makanan?" tanya Rafan.
Belum sempat Farrel menjawab, pelayan sudah datang dengan membawa makanan yang di pesan oleh Farrel sebelum Rafan datang.
Mereka pun mulai makan, semenjak memiliki kesibukan masing-masing, mereka jarang bersama seperti ini.
Padahal waktu kuliah, mereka selalu bersama-sama. Walau pun Farrel lebih muda setahun, namun mereka sekolah seangkatan.
Hingga kuliah pun mereka selalu bersama-sama. Yakni sama-sama di negara P. Karena di sana ada rumah Farhan untuk mereka tempati.