"Salahkah aku mencintainya?" -Regina-
"Ini hanya tidur bersama semalam, itu adalah hal biasa" -Arian-
-
Semuanya berawal dari kesalahan semalam, meski pria yang tidur bersamanya adalah pria yang menggetarkan hati. Namun, Regina tidak pernah menyangka jika malam itu adalah awal dari petaka dalam hidupnya.
Rasa rindu, cinta, yang dia rasakan pada pria yang tidak jelas hubungannya dengannya. Seharusnya dia tidak menaruh hati padanya.
Ketika sebuah kabar pertunangan di umumkan, maka Regina harus menerima dan perlahan pergi dari pria yang hanya menganggapnya teman tidur.
Salahkah aku mencintainya? Ketika Regina harus berada diantara pasangan yang sudah terikat perjodohan sejak kecil. Apakan kali ini takdir akan berpihak padanya atau mungkin dia yang harus menyerah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hanya Mengikatku Tanpa Status
Regina pergi ke rumah adiknya, melihat Alea yang menyambutnya dengan senyuman ceria. Mengingat bagaimana dulu adiknya ini pernah dia tinggalkan seorang diri melewati kehidupan yang tidak mudah juga baginya. Tapi sekarang, melihatnya bahagia, Regina bahagia.
"Bagaimana kabarmu, Al?"
"Baik Kak, akhir-akhir ini aku terus kepikiran Kakak. Kangen aja pengen ketemu"
Regina tersenyum, dia meraih tangan Alea yang duduk disampingnya. "Kakak banyak pekerjaan, jadi tidak sempat datang kesini. Tadi bertemu suami kamu di Kantor, dan dia bilang kamu ingin bertemu. Jadi Kakak datang"
"Iya Kak, aku juga hanya diam saja di rumah. Kak Rean juga bicara sama aku kalau dia bertemu dengan Kakak"
Alea menatap Regina yang hanya tersenyum, tidak banyak bicara seperti biasanya. Dan ini cukup aneh bagi Alea yang terbiasa melihat Regina ceria dan banyak bicara.
"Kakak baik-baik saja?"
Pertanyaan itu membuat Regina terdiam, bingung harus menjawab seperti apa. Seolah pertanyaan 'apa kau baik-baik saja?' adalah sebuah hal yang membuatnya harus bertanya lagi pada dirinya sendiri. Apa dia memang baik-baik saja? Atau mungkin keadaannya sedang tidak baik.
"Kak, semua orang punya masalah hidup masing-masing dan rintangan yang berbeda-beda. Tapi jika Kakak percaya jika bisa melewatinya, pasti akan bisa kok. Percaya padaku"
Regina tersenyum dan mengangguk pelan, mungkin itu adalah hal yang benar. Sekarang dia sedang berperang dengan perasaan dan keadaan. Semuanya tergantung pada dirinya sendiri, apa bisa melewati semuanya atau tidak. Yakinlah pada dirinya sendiri untuk bisa melewati semua masalah dan rintangan ini.
"Sekarang ayo kita makan malam dulu, Kak. Malam ini menginap saja disini ya, besok pagi pulang"
Regina terdiam sejenak, tapi lalu dia mengangguk. Sepertinya menghindar untuk saat ini cukup terbaik. Meski Arian berkata jika perempuan itu bukanlah siapa-siapa baginya. Tapi, Regina tahu jika tidak mungkin tidak ada hubungan diantara mereka, sementara kontak dengan nama Evelina itu sering sekali menghubunginya.
*
Arian kembali ke Apartemen malam hari, berharap ketika dia masuk sudah ada Regina yang menyambutnya, maka rasa lelah dalam dirinya mungkin lenyap dalam seketika. Tapi, ketika dia masuk ke dalam Apartemen dia tidak menemukan keberadaan Regina. Bahkan di kamar.
"Kemana dia?"
Arian mengeluarkan ponsel, mencoba menghubungi Regina saat ini. Namun nomor ponselnya malah tidak bisa dia hubungi. Arian mulai tidak tenang, merasa panik karena tidak menemukan Regina. Perasaannya mulai tidak tenang sekarang, bagaimana jika dia tidak bisa menemukan Regina? Bagaimana jika Regina pergi meninggalkannya? Tidak, itu tidak boleh terjadi.
Arian melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata, mencari keberadaannya yang dia sendiri tidak tahu dimana Regina berada sekarang.
"Alea"
Seketika Arian mengingat dimana kemungkinan Regina berada. Dia memutar arah laju mobilnya dan menuju ke rumah adiknya Regina yang menikah dengan sepupunya itu.
Sampai disana, Arian langsung turun dari mobil dan berjalan ke arah pintu rumah. Menekan bel beberapa kali di ikuti sebuah ketukan di pintu juga.
Ketika pintu di buka oleh pelayan rumah, Arian tidak bicara apapun dan langsung menerobos masuk.
"Kak Rean"
Panggilan itu membuat Rean dan istrinya keluar dari kamar. Mereka menuruni anak tangga, cukup terkejut melihat Arian yang tiba-tiba datang malam hari begini.
"Arian?"
Suara lemah itu, membuat Arian menoleh dan melihat perempuan yang dia cari sejak tadi berdiri disana. Arian langsung menghampirinya, menarik tangan Regina untuk pergi keluar dari rumah ini.
"Arian lepas, kenapa kamu tarik-tarik tangan Kakak aku" teriak Alea, merasa bingung dengan keadaan tapi dia tidak suka melihat Arian bersikap kasar pada kakaknya.
"Arian, ada apa ini?" tanya Rean.
Regina melepaskan paksa tangan Arian yang mencengkram pergelangan tangannya. Dia mundur beberapa langkah untuk menjauh dari Arian.
"Kak, aku akan jelaskan nanti. Tapi, sekarang aku hanya ingin dia pergi dulu bersamaku"
"Tapi, ada masalah apa diantara kalian?" tanya Alea, masih tidak akan membiarkan kakaknya pergi begitu saja dengan Arian.
"Tidak ada masalah apapun jika Regina ikut denganku"
Alea berbalik pada kakaknya, menatap Regina dengan lekat. "Kak, ada masalah apa diantara kalian?"
Regina menggeleng pelan, dia tidak mungkin menjelaskan apa yang sudah terjadi diantara dirinya dan Arian. Berawal tidak sengaja tidur bersama, hingga sekarang mereka tinggal satu Apartemen dengan hubungan tanpa status.
"Al, aku akan pergi dengannya. Ini hanya masalah pekerjaan. Maaf ya, malam ini Kakak tidak jadi menginap disini"
Akhirnya Arian membawa Regina keluar dari rumah itu. Meski Alea terlihat masih bingung, karena pastinya Alea juga tidak akan begitu mudah percaya dengan ucapan Regina. Urusan pekerjaan seperti apa hingga membuat Arian datang ke rumahnya, hanya karena Regina berada disana.
Berada di halaman rumah, Regina melepaskan tangan Arian dengan kasar. Menatap pria itu dengan tajam. "Kamu tuh kenapa sih? Aku hanya ingin menginap di rumah Adikku. Kenapa kau datang dan mengacaukan semuanya?"
"Aku yang kenapa? Kau yang kenapa, Regina! Pergi tidak pulang tanpa memberikan kabar, bahkan aku tidak bisa menghubungi poselmu!"
Regina menatap Arian dengan lekat, matanya berkaca-kaca. "Kau juga menghilang beberapa hari waktu itu. Dan aku tidak pernah melakukan hal seperti ini padamu. Lalu kenapa kamu harus seperti ini padaku?"
Arian mengusap wajah kasar, dia ingin meraih tangan Regina namun langsung di tepis kasar oleh gadis itu. "Ingat ya Arian, hubungan kita tidak pernah jelas seperti apa. Sejak awal kamu hanya mengikatku tanpa status!"
Regina langsung berlalu pergi menuju mobilnya terparkir. Dia pergi meninggalkan Arian. Tidak tinggal diam, Arian juga segera menyusulnya. Melihat cara mengendarai Regina yang begitu cepat, Arian takut sekali perempuan itu tidak bisa mengendalikan emosi dan malah membuat dirinya celaka.
Arian berhasil mengimbangi kecepatan Regina, mobilnya berhasil berada di samping mobil Regina saat ini. Arian membuka kaca jendela untuk berteriak pada gadis itu.
"Hentikan mobilnya! Regina, hentikan! Kau bisa celaka dengan mengemudi seperti ini di malam hari. Regina!"
Teriakan Arian sama sekali tidak di dengar oleh Regina, perempuan itu malah semakin dalam menginjak pedal gas. Mobilnya melaju lebih kencang melewati Arian sekarang.
"Sial, dia benar-benar keras kepala"
Arian segera mengikutinya, sampai dia melihat mobil Regina oleng karena sepeda motor yang melaju dari arah berlawanan. Regina membanting setir ke arah samping, dan mobilnya menabrak pohon besar pinggir jalan sekarang.
"Sial!"
Arian merasa tubuhnya bergetar melihat sendiri kecelakaan itu. Jantungnya seolah berhenti berdetak dalam beberapa detik, sampai ketika kesadaran kembali, jantungnya berdetak lebih kencang.
Arian turun dari mobil dan berlari menghampiri mobil Regina yang baru saja mengalami tabrakan. Bagian depan mobil penyok parah dengan kap mesin yang terbuka dan menimbulkan asap.
Bersambung
semoga reghina slalu baik baik dan kandungan nya sehat,,,Samuel beri perlindungan pada reghina..takut ada yg mencelakai nya
Mungkin ada keajaiban esok hari