Menikahi Kakak Tiri Mantan

Berlian merasa dizolimi, namun dia tidak mau membela diri lebih jauh. Jika ibunya lebih sayang Raima ketimbang dirinya, Berlian juga tidak keberatan. Tidak ada gunanya terus membela diri dihadapan ibunya, jika mata hati ibunya sudah buta.

"Terserah Mama!" sahut Berlian. Dia malas berdebat. Berlian pun menutup pintu balkonnya.

"Berlian! Mama belum selesai bicara. Sikap kamu tidak pernah berubah. Mau amnesia atau tidak, tetap saja kamu suka membully Raima," teriak Elsa. Dia marah Berlian langsung menutup pintu.

"Ma, sudahlah. Aku tidak papa. Aku sudah biasa tidak di sukai Berlian. Tiga kakak Berlian juga tidak suka padaku. Yang penting Mama masih sayang padaku. Aku tidak berharap lebih," jawab Raima dengan lembut. Aktingnya sangat hebat. Raima cocok menjadi aktris ketimbang pekerja kantoran.

"Maafkan Mama, sayang. Mama sudah janji pada Papamu untuk merawat kamu dengan baik tapi keempat anak Mama tidak bisa menerima kamu." Elsa merasa sedih dan tidak enak.

"Makasih ya Ma karena sudah sayang padaku." Raima memeluk Elsa, lalu menangis di pelukannya. Elsa mengelus kepala Raima dengan penuh kasih sayang. Namun, dibalik itu terlihat jelas bahwa Raima tersenyum puas. Hanya Elsa yang tidak bisa melihat senyuman licik itu.

Berlian marah pada ibunya. Namun dia tidak mau melampiaskan kemarahannya. Berlian pun keluar dari kamar. Berlian turun ke bawah menuruni anak tangga.

"Berlian," kata Miko.

Berlian terkejut melihat Miko datang.

"Kak Miko ..." Berlian langsung berlari ke pelukan Miko. "Maafkan aku kak ..." kata Berlian dengan sedih.

"Tidak papa. Kakak tidak menyalahkan kamu. Oh ya, urusan kerjaan kakak di Jepang sudah selesai, jadi kamu jangan menyalahkan diri lagi."

"Aku mau mundur dari jabatanku kak. Aku tidak pantas jadi direktur lagi," pintar Berlian.

"Jangan begitu, Dek. Kalau bukan kamu yang memimpin perusahaan di Jepang, lalu siapa yang pantas?"

"Masih banyak tenaga ahli yang bisa membantu kakak. Aku tidak mau lagi menjadi direktur. Aku harap kakak mengerti."

"Tapi Berlian ..."

"Kak, tolong ..."

"Kalau kamu tidak kerja, lalu kamu mengerjakan apa?" tanya Miko dengan serius.

"Tidak mungkin kan aku bilang kalau aku di suruh oleh Saka untuk fokus jadi istrinya saja," batin Berlian. "Aku mau menikah," jawab Berlian.

"Menikah? Dengan siapa? Jangan-jangan dengan Nino?" Miko terkejut.

"Bukan, aku tidak mau menikah dengannya."

"Lalu?"

"Besok aku akan memperkenalkan calon suamiku pada kalian."

"Berlian, ini serius? Masa baru seminggu lebih putus dengan Nino kamu sudah dapat penggantinya?"

"Aku serius kak. Ini bukan buru-buru. Aku sudah move on."

"Jangan membuat keputusan tergesa-gesa, nanti kamu di tipu laki-laki lagi," nasehat Miko.

"Aku cinta sama dia. Aku mau menikah secepatnya. Besok kalian pasti bertemu dengannya."

"Oke, kalau begitu besok akan kakak nilai. Apa dia layak jadi suamimu atau tidak," jawab Miko dengan tegas.

Berlian agak takut dengan ekspresi Miko, tapi dia lebih takut lagi pada Saka. Terlebih Saka sudah membantunya, tidak mungkin dia ingkar janji. Jika itu terjadi, Saka tidak akan melepasnya. Bisa-bisa Saka membunuhnya. Melihat sifat Saka, Berlian menilai, Saka lebih dari mampu memutilasi lawannya.

Elsa dan Raima turun dari tangga.

"Kamu sudah pulang, Miko?" tanya Elsa.

"Ada apa, Ma? Kok Mama kelihatan kesal?" tanya Miko.

"Adikmu membully Raima lagi. Dia melempar sendal ke kepala Raima," jawab Elsa.

"Sudahlah, Ma, paling Raima yang mulai duluan," bela Miko pada Berlian. Berlian tersenyum karena ada yang membelanya.

"Gara-gara kalian bertiga terlalu memanjakan Berlian, adik kalian tumbuh jadi gadis bar-bar," sahut Elsa.

"Sudahlah Ma, Mama jangan marah lagi. Harusnya Mama yang memanjakan Berlian, bukan kami. Tapi karena Mama lebih sayang pada putri orang lain, makanya Kamilah yang memanjakan anak Mama," jawab Miko.

"Miko, kamu ..."

"Aku capek, aku istirahat dulu. Besok masih ada kesibukan lain," lanjut Miko. "Berlian, kamu jangan ambil hati perkataan Mama. Dia memang begitu," sambung Miko. Berlian mengangguk sambil tersenyum.

Miko pun masuk ke kamarnya, di kamar utama, sebelah kamar ibunya.

.

.

.

Keesokan harinya, seseorang dari butik terkenal datang ke kediaman Lingga. Dia memberikan gaun cantik dan mahal untuk Berlian, agar Berlian dapat menggunakan gaun itu ke pesta pertunangan cucu pemilik Sion group.

Seisi rumah heboh melihat Berlian mendapatkan gaun cantik.

"Apa gaun ini dari pacarmu?" tanya Miko.

Berlian mengangguk.

"Kamu punya pacar lagi?" Dirli terkejut.

"Secepat itu kamu move on?" Vito merasa aneh sekaligus senang. Pasalnya dulu adiknya begitu jodoh mengejar Nino yang brengsek, tapi sekarang malah move on sangat cepat.

"Dia bilang akan menikah secepatnya. Hari ini pria itu akan datang memperkenalkan diri," jawab Miko.

"What?" Dirli dan Vito kembali terkejut.

"Nanti dia datang ke sini, aku dandan dulu," jawab Berlian. Pipinya merah karena malu dengan pertanyaan kakak-kakaknya.

"Aku penasaran pria seperti apa pacar baru Berlian? Apa dia sama brengseknya dengan Nino? Dia kan selalu salah menilai karakter pria," ucap Dirli.

Satu jam kediaman, Berlian keluar dari kamar. Berlian berdandan sangat cantik. Gaun yang Berlian kenakan berwarna merah menyala, sangat pas dengan tubuh rampingnya. Gaun itu sangat elegan. Berlian sangat cocok memakai gaun itu. Gaya rambut Berlian yang terurai lurus dan memakai aksesoris tambahan yang tepat, membuat Berlian semakin cantik. Penampilan Berlian dilengkapi hils bertinggi 10 cm.

Miko, Dirli dan Vito terpesona melihat kecantikan adik mereka.

"Aku baru sadar punya adik yang sangat cantik. Pantas wanita di luar sana terasa jelek," jawab Vito.

"Bukan terasa jelek, kamu aja yang playboy," sahut Dirli. Wajah Vito berubah cemberut karena di sindir oleh Dirli.

"Mana pria itu? Kami sudah tidak punya banyak waktu. Kami mau berangkat ke acara Sion group," kata Miko.

Baru saja Miko berucap demikian, mobil mewah milik Saka pun datang. Hari ini Juan sebagai pribadi menjadi supir Saka. Juan keluar dari mobil, lalu membukakan pintu untuk Saka. Saka keluar dari mobilnya dengan gaya yang sangat elegan. Dia memakai setelan jas hitam, sepatu hitam dan berkacamata seperti biasanya. Walau penampilannya tidak berubah, tapi karisma Saka hari ini benar-benar terpancar sempurna. Dia pria tampan dan kaya raya yang menjadi incaran para wanita kelas atas maupun kelas menengah.

Dari balkon atas, Raima melihat kedatangan Saka. "Bukannya itu Saka Cakra Tama? CEO Tama group? Kakak tiri Nino sekaligus musuh Nino? Kenapa dia datang kemari?" Raima agak terkejut melihat kedatangan Saka. Raima pun masuk ke dalam, untuk turun melihat Saka.

Saka di persilahkan masuk. Miko, Dirli dan Vito terkejut, ternyata pria yang akan menikah dengan adik mereka adalah CEO Tama group.