Menceritakan seorang pemuda bernama Xiao Feng, yang merupakan reinkarnasi dari seorang Dewa Cahaya bernama Bara. Sebelum kembali mendapatkan kekuatan Dewa Cahaya miliknya, Xiao Feng/Bara harus mendapatkan kekuatan untuk melawan Para Raja Iblis di Zhuo Guo. Alhasil, Golok Luo Tian Long yang menjadi senjata terkuat di alam dewa, berhasil dia ambil kembali dan berubah menjadi Golok Iblis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14.Hasrat
"Jadi, ibu angkat tewas dibunuh penjahat?" tanya Bara.
Xiao Lie mengangguk.
"Penjahat itu mencari keberadaan ayah dan ibu kandungmu. Dia pikir mereka berdua masih ada di dalam kediamanku. Sialnya waktu itu menantuku Feng Li Yuan dan diriku sedang tidak ada dirumah. Dan Xiao Yang tengah berada di kediamannya. Sehingga tak ada yang menemani Yuning di rumah kecuali istriku..." kata Xiao Lie dengan parasaaan yang kembali terpukul mengingat masa lalu tersebut.
"Apakah nenek melihat semua?" tanya Bara dengan bibir bergetar.
"Iya...dia melihat penjahat itu memaksa Yuning untuk mengatakan keberadaan ayah dan ibu kandungmu. Namun karena dia tidak tahu dan terus menolak penjahat tersebut, akhirnya dia dibunuh didepan istriku. Lalu...Setelah membuat cacat meridian milikmu, dia pun pergi begitu saja..." kata Xiao Lie.
"Jadi ada orang yang sengaja merusak meridianku!?" tanya Bara.
Xiao Lie menganggukkan kepalanya.
"Penjahat itu yakin, kedua orang tuamu akan datang. Namun, hingga 16 tahun mereka tak juga datang...Dan, aku yang tahu meridianmu cacat, masih tak percaya bisa disembuhkan. Padahal, semua tabib terkenal sudah aku temui dan tak ada yang bisa menyembuhkan titik meridianmu, Feng'er..." kata pria berambut putih tersebut.
Xiao Lie manatap wajah Bara Sena dengan dalam. Seolah dia pun ingin tahu pasti, siapa orang yang ada di hadapannya tersebut.
"Sejujurnya, aku masih penasaran sekaligus heran. Bagaimana bisa kau menyembuhkan meridian yang sudah rusak?" tanya Xiao Lie.
"Kakek, aku ini pandai dan cerdas. Menyembuhkan meridian ini cukup mudah bagiku asalkan ada bahan obat yang bisa mendukung jalannya pengobatanku. Dan sebelumnya aku telah menggunakan Bunga Racun Api yang hanya bisa untuk membuka satu titik meridian saja. Meski hanya satu, aku harus menahan sakit yang luar biasa saat titik tersumbat itu dibuka secara paksa..." kata Bara Sena yang mengingat saat Kahiyang Dewi membuka salah satu titik meridiannya beberapa waktu yang lalu.
"Aku tahu itu bisa dilakukan. Tapi, aku tetap tak bisa percaya jika kau melakukannya sendirian tanpa bantuan orang lain. Harus ada seorang pendekar hebat yang paling tidak sudah mencapai Tahap Alam Mendalam..." kata Xiao Lie.
"Tahap Alam Mendalam?" tanya Bara Sena.
Xiao Lie menganguk.
"Mereka yang sudah mencapai tahap itu bisa menolak gaya tarik bumi. Itu artinya orang yang sudah mencapai tahap Alam Mendalam, mereka bisa terbang ke langit meski ada batasan ketinggian tertentu. Orang seperti ini bisa menggunakan tenaga dalamnya untuk menyembuhkan titik meridian yang sudah rusak dengan cukup mudah," kata Xiao Lie yang mengingat kedatangan Chu Yue Li guru dari Xia Qing Yue saat datang dan menolong mereka dari serangan pengawal Xiao Zen.
Bara Sena menduga bahwa Kahiyang Dewi pun sudah mencapai tahap tersebut. Hanya saja dia belum tahu persis karena wanita itu belum bisa keluar dari Dunia Penyimpanan miliknya dikarenakan tubuhnya sangat lemah jika berada di luar.
"Aku memang mempunyai seorang guru yang bisa membantuku dalam membuka titik meridian ini. Hanya saja, dia sedang dalam keadaan tidak baik..." kata Bara Sena.
Xiao Lie mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Dalam keadaan yang tak baik pun dia bisa mengobati dirimu, itu sudah luar biasa dan tak mungkin bisa dilakukan oleh manusia biasa," kata Xiao Lie memuji.
Bara Sena tersenyum.
"Aku yakin Kahiyang Dewi bukan seorang manusia," batin nya.
"Oh ya kakek, mengenai ayahku Ying, dan ibuku Dugu, apakah kau tahu kabar mereka berdua?" tanya Bara.
Xiao Lie terdiam sejenak mendengar pertanyaan dari Bara Sena.
"Aku merasa yakin, keduanya saat ini masih hidup..." kata Xiao Lie.
"Kenapa mereka memberikan diriku kepada Xia Yuning? Apakah kakek tahu maksudnya?" tanya Bara lagi.
Xiao Lie menggelengkan kepalanya.
"Aku masih belum tahu alasan mereka rela memberikan dirimu kepada Yuning. Kemungkinan terbesarnya adalah agar kau bisa selamat dan mewarisi Harta Xuan Tian tersebut. Sayangnya..." Xiao Lie tak meneruskan kalimatnya.
"Sayangnya itu justru membuat Xia Yuning menjadi sasaran si penjahat itu..." Bara Sena melanjutkan apa yang Xiao Lie ingin katakan.
"Istriku jatuh sakit setelah melihat kejadian itu. Akhirnya dia pun pergi menyusul Yuning dan meninggalkan aku sendirian..." kata Xiao Lie yang tanpa terasa meneteskan air matanya.
Bara Sena entah mengapa terbawa suasana emosional tersebut. Padahal dia sebelumnya tak pernah merasakan perasaan itu sama sekali. Bara yakin, perasaan emosionalnya itu berasal dari peninggalan ingatan dan kesadaran Xiao Feng yang masih bersama didalam tubuh tersebut sehingga Bara bisa merasakan apa yang Xiao Feng rasakan.
"Kakek...Bolehkah aku bertanya?" tanya Bara.
"Apa yang ingin kau tanyakan?"
"Kenapa kakek tidak membenciku? Orang yang telah membuat Xia Yuning putrimu meninggal dengan cara seperti itu gara-gara kedua orang tuaku?" tanya Bara.
Xiao Lie menatap Bara sambil tersenyum.
"Xia Yuning sangat mencintai dirimu meski kau bukan anak kandungnya. Begitu juga aku dan ayah angkatmu, Ying. Kami menyayangi dirimu seperti kami menyayangi keluarga sendiri. Ditambah lagi, kedua orang tamu telah membantu menerobos ke tahap yang seharusnya tidak akan mampu aku langkahi..." kata Xiao Lie.
Bara Sena tertunduk.
"Kalian begitu baik...Meski aku bukan dari keluarga Xiao, aku masih dianggap sebagai anggota keluarga kalian berdua...Terimakasih kakek..." kata Bara Sena.
Xiao Lie tersenyum. Dia menoleh ke arah Xia Yu.
"Sepertinya kau ingin berbicara dengan Xiao Feng? Jika kalian ingin membicarakan hal penting, aku akan pergi dulu," kata Xiao Lie.
"Kenapa ayah harus pergi?" tanya Xia Yu.
"Ayah tahu, kalian itu sangat dekat sejak kecil. Ayah juga tahu, kau tertarik pada Xiao Feng. Begitu juga sebaliknya. Hanya saja, karena kalian berpikir bahwa kalian sedarah, kalian hanya menganggap itu sebagai kasih sayang antar saudara. Sekarang semua sudah jelas, dan tak ada yang perlu ditutup-tutup lagi..." kata Xiao Lie lalu dia menepuk bahu Bara Sena.
"Putuskan sendiri apa yang akan kau lakukan. Xia Yu lebih muda darimu meski dia itu bibi angkatmu, Feng'er." kata Xiao Lie lalu melangkah keluar meninggalkan goa.
Wajah Xia Yu memerah mendengar apa yang ayahnya katakan. Dia menoleh ke arah Bara Sena yang tengah menatapnya.
Xiao Lie tersenyum sambil melompat ke arah bebatuan yang ada di lereng bukit tersebut menuju ke puncak bukit.
"Masa muda memang harus dinikmati. Aku harap, kalian kelak akan hidup bersama..." batin Xiao Lie.
Bara Sena menatap Xia Yu yang tersipu malu.
"Apa maksud ucapan ayah? Aku harap kau tak mendengarkannya," kata Xia Yu.
"Kenapa? Kita berdua tidak memiliki ikatan darah. Tak ada lagi yang bisa menghalangi kita berdua, Xia Yu..." kata Bara Sena lalu dia menarik tangan gadis itu sehingga tubuhnya pun meluncur dalam dekapan sang pemuda.
"Ahhhhh...Xiao Feng...Hhhh..." desah Xia Yu saat Bara Sena menelusuri leher gadis itu dengan napas memburu.
Tangan Bara Sena bergerak meraba dada gadis itu lalu meremasnya dengan lembut membuat Xia Yu semakin mendesah.
Kedua tangan Xia Yu bergelantung di leher Bara. Dia membiarkan bibir pemuda itu menjelajahi leher jenjangnya yang putih mulus. Bibir Bara Sena semakin ke bawah dan mulai menciumi dada gadis itu.
Dengan sedikit terburu-buru, Bara membuka pakaian gadis itu sehingga buah dadanya terpampang jelas di depan matanya. Dengan penerangan cahaya obor dan api unggun, Bara bisa melihat dengan jelas dua bukit indah itu.
"Sialan, mereka menatapku...!" batin Bara sebelum akhirnya mulutnya langsung mencaplok salah satu dari kedua bukit kembar tersebut. Tangan kanannya dia gunakan untuk menahan tubuh Xia Yu, sedangkan tangan kirinya bergerak liar meremas salah satu dari dua bukit tersebut.
Xia Yu mendesah cukup keras. Tubuhnya menggelinjang tak karuan saat dia merasakan hisapan dari mulut pemuda yang selama ini dia anggap sebagai keponakannya sendiri itu.
"Xiao Feng...Kau begitu bernapsu padaku...Apakah karena Qing Yue tak bisa memuaskan dirimu?" tanya Xia Yu membuat Bara berhenti menghisap dada gadis itu.
Bara menatap Xia Yu cukup lama sebelum akhirnya dia kembali menerkam dada gadis itu dengan kasar membuat Xia Yu menjerit.
"Akhhh! Feng...! jangan terlalu keras!"
Bara Sena melahap habis-habiskan kedua bukit gadis itu. Tangannya juga tak luput meremas seluruh tubuh indahnya membuat si gadis benar-benar tak berdaya dan hanya pasrah saat tubuhnya diletakkan di atas tumpukan jerami kering yang telah diberi alas kain tebal sehingga membuatnya menjadi lebih mirip dengan kasur.
"Aku sangat berhasrat melihatmu bukan karena Qing Yue. Jadi, kau adalah kau dan dia adalah dia. Itu tak ada hubungannya," kata Bara Sena.
"Apakah kau yakin itu? Malam itu, kenapa kau pergi keluar padahal itu adalah malam pertama bagimu..." tanya Xia Yu.
Bara Sena mendekatkan wajahnya sehingga wajah mereka berdua saling berdekatan. Xia Yu bisa merasakan hembusan napas kasar dari pemuda yang ada di depannya.
"Malam itu, dia menolak melakukannya dengan diriku. Bahkan dia membuat diriku seperti seorang pecundang...Berbeda sekali caramu dan caranya menatap diriku. Aku lebih berhasrat saat melihatmu karena rasa hangat...Untuk apa aku memikirkan dia?" kata Bara Sena membuat Xia Yu tertegun.
Dia pun membiarkan Bara melumat bibirnya. Bahkan si gadis mulai membalas ciuman yang Bara berikan. Mereka bagaikan ular yang kepanasan di atas jerami. Keduanya saling berguling dan menindih.
Xia Yu pun mulai merasa ingin melepas semua kepenatan di dalam dirinya. Dia yang dulu hanya diam-diam menyukai Xiao Feng, kini mulai menunjukkan hatinya dengan tubuhnya.
"Sekarang...Aku adalah milikmu, Feng..." kata Xia Yu.
"Panggil aku Bara Sena...Mulai sekarang, itu adalah namaku...Khusus untuk kita berdua," kata Bara.
"Benarkah?" tanya Xia Yu.
Bara Sena mengangguk. Gadis itu pun membelai wajah pemuda itu dengan lembut. Matanya menatap dengan tatapan bahagia.
"Kalau begitu, aku akan memanggil dirimu dengan panggilan baru...Kakak Bara..." ucap Xia Yu membuat Bara tak bisa lagi menahan napsu yang telah membakar hasratnya.
Dia pun kembali mencumbu gadis itu dengan ciuman dan remasan yang liar membuat Xia Yu menjerit lirih menahan perasaan nikmat dan juga sedikit sakit karena Bara yang kasar meremas tubuhnya.