NovelToon NovelToon
Celestial Chef's Rebirth

Celestial Chef's Rebirth

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Reinkarnasi / Sistem
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Jasuna28

Huang Yu, seorang juru masak terampil di dunia fana, tiba-tiba terbangun di tubuh anak petani miskin di Sekte Langit Suci—tempat di mana hanya yang bertubuh suci kuno bisa menyentuh elemen. Dari panci usang, ia memetik Qi memasak yang memanifestasi sebagai elemen rasa: manis (air), pedas (api), asam (bumi), pahit (logam), dan asin (kayu). Dengan resep rahasia “Gourmet Celestial”, Huang Yu menantang ketatnya kultivasi suci, meracik ramuan, dan membangun aliansi dari rasa hingga ras dewa. Namun, kegelapan lama mengancam: iblis selera lapar yang memakan kebahagiaan orang, hanya bisa ditaklukkan lewat masakan terlezat di alam baka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jasuna28, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15: Guha Cahaya Terpendam

Mentari pagi menembus kabut jingga di Kompleks Sekte Langit Suci, namun hati Nian dan tim Penjaga Ember masih gamang. Gulungan peta “Guha Cahaya Terpendam” tergenggam erat di tangannya—petunjuk menuju ladang rempah purba yang dipuja para leluhur karena kemampuannya memurnikan Qi pahit seketika.

“Jika Xionglai menguasai guha itu,” gumamnya, “ia akan memiliki kekuatan tak terbendung.”

Lan’er menganggukkan kepala sambil menaruh botol air suci ke sabuknya. “Kita tak boleh terlambat. Setiap menit berarti jutaan hidangan bisa tercemar.”

Master Cang mengangkat Pedang Kayu Mini, kilau hijau memantul di matanya. “Maka hari ini, ekspedisi restorasi memasuki tahap paling kritis.”

Xu’an dan Zhuo mengemas perbekalan: formasi portabel, bubuk asam stabil, dan Gourmet Celestial cadangan. Dengan satu komando Ketua Sekte—“Pergilah, Penjaga Ember, bawa kembali Cahaya Terpendam!”—mereka berangkat menembus kabut pagi.

Tim menuruni lereng Gunung Ember Langit, mengikuti peta kuno yang menunjuk Lembah Cahaya Purba di kaki Gunung Semburat. Pohon rempah raksasa berdiri megah di kanan-kiri jalur berbatu; akar-akar tebal menyalurkan Qi lembut ke udara.

Namun nuansa berbeda terasa—angin membawa aroma manis namun sendu, menandakan sisa bayangan gelap yang belum terhapus sepenuhnya. “Guha itu tersembunyi di balik air terjun kilau,” kata Xu’an membuka peti formasi, “tetapi kita harus melewati **Hutan Senja** dulu.”

Hutan Senja dinamai demikian karena dedaunan rempahnya berubah jingga saat mentari condong barat. Jalan setapak berkelok, dipenuhi lumut perak dan bunga rempah “Rona Senja” yang mengeluarkan sari lembut. Zhuo memetik beberapa bunga, menyimpan serbuknya sebagai penetral gas.

Tiba di tepi hutan, Lan’er memercikkan air suci ke batang pohon—lampu Qi biru memancar, membuka jalan rahasia. Mereka melangkah masuk, menghadapi **Makhluk Senja**: entitas rempah bayangan dengan tubuh transparan jingga, menyerap cahaya.

Dalam pertarungan singkat, Nian menyalurkan Qi kayu-asam melalui Pedang Dewa, memotong aura jingga agar makhluk mereda. Master Cang menggerakkan Pedang Kayu Mini, memancarkan serpihan kristal, menumbuhkan akar-akar kecil yang menahan entitas. Xu’an merapal formasi “Cahaya Tenggelam”, menciptakan sapuan gelombang biru yang mengembalikan makhluk ke wujud bunga senja.

Setelah hutan, mereka mencapai aliran sungai kristal—**Sungai Embun Cahaya**—yang mengarah ke air terjun kilau. Di tepinya, peta menuntun mereka menempatkan **Marker Rasa**: lima cairan rempah simbol elemen, membangkitkan aura terbuka di permukaan air.

Air terjun itu menggelora, membentuk tirai gemuruh. Kilau di dalamnya memantulkan pelangi ringkas—pertanda pintu Guha siap dibuka.

Di bawah gemuruh air terjun, mereka menemukan dinding batu halus tertutup lumut kristal. Terdapat lima lekukan berbentuk mangkuk kecil—tempat untuk menuang Marker Rasa: **spray kayu**, **titisan api**, **butir tanah**, **manik logam**, dan **tetes air**.

Master Cang membaca inskripsi kuno:

“Tuangkan elemen di urutan hati; jangan tergesa, jangan ragu.”

Nian memimpin: pertama ia menyemprotkan Cavendish spray kayu, gemuruh air terjun bergetar lembut. Lalu Lan’er meneteskan titisan api—bulu air menari jingga. Zhuo menaburkan butir tanah asam ; Xu’an melempar **manik logam pahit**, dan terakhir ia menuangkan **tetes air suci**.

Begitu lekukan terisi, pilar cahaya mengalir dari kelima titik, membentuk lingkaran bercahaya. Tirai air terjun bergeser—membuka guha berukir simbol rempah purba. Namun mereka harus memasuki secara bergantian, menguji keberanian satu per satu.

Lan’er maju pertama, menelusup ke dalam tirai air—geseran cahaya biru memantul di tubuhnya. Dalam sekejap, ia muncul kembali: tersenyum. “Jangan khawatir, di dalam hangat dan damai. Qi di sana… murni.”

Setelah semua lolos ujian, portal air terjun terbuka sepenuhnya—memperlihatkan lorong guha bercahaya lembut.

Di dalam guha, lantai berlapis kristal kuning, dinding menghiasi relief pembuatan Rempah Cahaya Purba. Alat-alat alkimia kuno tergantung: panci perunggu, sendok gading, dan toples butir emas.

Master Cang menerangi lorong dengan Pedang Kayu Mini, menyorot relief:

“Ambil Rempah Cahaya dari pilar pusat—tetapi hanya lewat ‘Ritual Rasa Murni’.”

Mereka tiba di ruang bundar, pilar kristal di tengah menancapkan Batang Cahaya—cabang rempah bercahaya keemasan. Di sekeliling, terdapat lima altar kecil dengan mangkuk rempah sekarat.

Nian membaca petunjuk di relief:

Syuash Rasa (Kayu): mengambil tetes sari—pelan.

Liur Api (Api): menyatu dengan uap.

Tanah Embun (Bumi): merangkum aroma.

Gores Logam (Logam): menstimulasi rasa pahit.

Cecap Air (Air): menyeimbangkan.

Mereka harus melakukan secara bersamaan, saling melengkapi. Dengan ritme teratur—diawali Nian yang memetik sari kayu, Lan’er menyulut uap api, Zhuo menabur tanah embun, Xu’an menggores logam, dan Master Cang menuangkan cecap air—mereka menciptakan pusaran rasa murni di atas Batang Cahaya.

Pusaran itu meningkat, memunculkan kilatan cahaya keemasan yang menembus pilar, meleleh menjadi Rempah Cahaya Purba : butir emas bersinar dengan aura tenang. Yuasa—pemimpin guha dalam legenda—akan memuji jiwa bersih ini.

Namun kilatan itu memanggil gema jauh—tertawa sendu Xionglai: “Kau pikir kau selamat?”

Tiba-tiba, dinding guha bergetar, retakan muncul. Dari celah itu, Xionglai melompat masuk, kerudung ungu terurai, membawa botol berisi Qi pahit pekat. “Selamat menjemput kegelapan,” cetusnya dingin, “aku akan menenggelamkan Rempah Cahaya ini dalam darah rempah!”

Nian mengangkat Pedang Dewa dan memegang butir Rempah Cahaya di tangan lain. “Aku tak akan membiarkanmu!”

Xionglai menenggak sari Qi pahit dari botol, memuntahkannya ke lantai—uap gelap membentuk bayangan raksasa di dinding. Makhluk Roh Cahaya Berbalik bangkit: entitas setengah terang, setengah gelap.

Tim bereaksi cepat: Lan’er meneteskan air suci ke lantai, menciptakan lapisan perlindungan; Zhuo menaburkan bubuk asam, menetralkan uap; Xu’an merapal formasi cahaya langit; Master Cang melempar Gourmet Celestial cadangan—uap surga memecah aura bayangan.

Dalam duel kilat, Nian melompat ke arah Roh Cahaya, menancapkan Pedang Dewa di dasar bayangan. Kilatan jingga memancar, mengikis sisi gelap entitas. Xionglai terdorong, memegangi sisi kerugian. “Bagaimana kau bisa—?” teriaknya.

Nian menatap tajam. “Karena rasa murni kita lebih kuat daripada segala kegelapan.” Dengan itu, ia menjatuhkan butir Rempah Cahaya ke lantai guha—kilau emas membanjiri ruang, melumerkan bayangan, dan meresap ke dalam Crack Ciellen Neraka, memurnikannya sekali lagi.

Xionglai terhuyung, jatuh bersimpuh. “Aku… kalah.”

Kilau emas meredup menjadi sisa embun yang menempel di dinding guha. Pedang Dewa dan Cawan Neraka berdiri di altar pusat—simbol keseimbangan sempurna. Xionglai menunduk, menatap Rempah Cahaya di tangan Nian, air mata pekat mengalir.

Nian menaruh butir emas itu di dalam Cawan Neraka. “Sekarang, semua dimensi aman—kecuali jika…”

Dari celah retakan, cahaya gelap samar muncul kembali—tanda kegelapan belum lenyap sepenuhnya. Sosok asing menampakkan diri di ambang guha: figur tinggi bersilhouette baja merah darah, topeng berornamen ukiran petir. Suaranya menggema:

“Kalian memang menguasai cahaya purba…

tapi siapkah kalian menghadapi Penjaga Petir Neraka, pelindung Rahasia Terakhir?”

Tim menegakkan diri, siap berhadapan dengan ancaman baru. Di luar guha, fajar memantulkan cahaya jingga—namun di balik kilau manis, bayangan petir menari pelan, mengundang babak berikutnya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!