NovelToon NovelToon
The End: Urban Legend Jepang

The End: Urban Legend Jepang

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Horror Thriller-Horror / Iblis / Kutukan / Hantu
Popularitas:337
Nilai: 5
Nama Author: SkyMoon

Urban legend bukan sekadar dongeng tidur atau kisah iseng untuk menakuti. Bagi Klub Voli SMA Higashizaka, urban legend adalah tantangan ritual yang harus dicoba, misteri yang harus dibuktikan.

Kazoi Hikori, pemuda kelahiran Jepang yang besar di Jerman. masuk SMA keluarganya memutuskan untuk kembali ke tanah kelahirannya, namun tak pernah menyangka bergabung dengan klub voli berarti memasuki dunia gelap tentang legenda-legenda Jepang. Mulai dari puisi terkutuk Tomino no jigoku, pemainan Hitori Kakurenbo, menanyakan masa depan di Tsuji ura, bertemu roh Gozu yang mengancam nyawa, hingga Elevator game, satu per satu ritual mereka jalani. Hingga batas nalar mulai tergerus oleh kenyataan yang mengerikan.

Namun, ketika batas antara dunia nyata dan dunia roh mulai kabur, pertanyaannya berubah:
Apakah semua ini hanya permainan? Atau memang ada harga yang harus dibayar?

maka lihat, lakukan dan tamat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SkyMoon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tsuji ura

Seperti sebelumnya Hikori, Ichi, dan Yasuhiro berjalan santai menuju rumah Ichi. Yah, mereka memang berencana menginap di rumah Ichi. Hikori tidak berani tidur sendirian dirumahnya karena ibunya pergi ke rumah kakeknya di daerah prefektur Iwate.

"Ichi Ubume te nani?" Ichi mengepalkan tangannya disisi tubuhnya pandangan dia menatap lurus ke depan. Bagai kaset rusak kejadian kemarin malam berputar kembali diotaknya.

"Kakakku bilang Ubume adalah sosok Yokai yang baik dia wujud dari arwah seorang ibu yang meninggal sebelum, saat, atau sesudah melahirkan."

Hikori mengangguk paham dengan penjelasan Ichi.

"Tsuji-ura te nani?" Ichi dan Yasuhiro menatap kaget Hikori. "Kau tahu darimana tentang Tsuji-ura?" Tanya Ichi.

"Aku tak sengaja mendengar percakapan anak-anak klub pencari hantu mereka membicarakan tentang Tsuji-ura," Ichi dan Yasuhiro menghentikan langkahnya memegang pundak Hikori yang berada ditengah-tengah mereka.

Kompakan mereka berbisik dibelakang telinga Hikori. "Kore wa Nihon no toshi densetsu."

"Eh?"

***

"A baasan konichiwa hisa shiburi desune genki deshitaka?"

"E? Hiko-kun Obaasan genki," nyonya Urayashi tersenyum lembut pada Hikori.

"Ichi-kun ano hito dare?"

"Tomodachi Yasuhiro senpai,"

"Ha'i baasan watashi namae wa Taka Yasuhiro Yoroshiku onegaisimasu," Yasuhiro membungkukkan badannya sopan.

"Wah ternyata Ichi-kun memiliki banyak teman senangnya, Kaasan kira kau hanya berteman dengan Hikori saja," ucap ibu Ichi yang dibarengi nada ejekan didalamnya.

"Jangan asal bicara Kaasan kau kira aku anak yang sulit bersosialisasi," Ichi menatap malas ibunya. Benar yang dikatakan Ichi dia mudah bergaul dan memiliki banyak teman tak seperti sahabatnya Hikori yang hanya punya segelintir teman.

"Ara Ara sebaiknya kalian masuk," mereka menurut mengikuti ibu Ichi masuk.

"A Kaasan mereka akan menginap disini."

"Hounto ni?"

"Ha'i Baasan kami akan menginap disini tidak apa-apa?" Tanya Hikori.

"Jangan seperti orang baru kenal Hiko-kun tentu saja boleh kalau begitu Baasan akan pergi ke pasar dulu untuk berbelanja," dengan tambahan anggota tentu saja makanan di kulkas tidak akan cukup untuk makan malam.

Sepeninggal ibunya Ichi, mereka masuk berdiam diri didalam kamar Ichi.

"Jadi Tsuji-ura itu urban legend seperti apa?"

"Tsuji-ura adalah urban legend untuk menanyakan tentang masa depan," jelas Yasuhiro.

"Berati sama seperti kokkuri-san?"

"Beda, susah kalo di jelaskan lebih baik nanti saja malam kita langsung praktekan."

"Apa? Jangan aneh-aneh lagi senpai aku tidak mau ikutan," tolak Ichi.

Konon Tsuji-ura adalah permainan memanggil hantu yang dilakukan di perempatan jalan dengan tujuan menanyakan masa depan. Bedanya dengan kokkuri-san, Tsuji-ura ini berpotensi pada kematian.

"Aku juga tidak mau!"

"Kau ini bagaimana katanya kau ingin tahu Tsuji-ura."

"Kalau memang berhubungan dengan hantu sebaiknya aku simpan rasa penasaranku."

Jujur saja Hikori trauma dengan urban legend yang dia alami akhir-akhir ini. Lebih baik ia tidak tahu mengenai Tsuji-ura daripadanya harus kembali berurusan dengan hantu.

"Baiklah aku akan jelaskan saja apa itu Tsuji-ura," Hikori menatap Yasuhiro penasaran begitupun dengan Ichi yang diam-diam tertarik dengan Tsuji-ura.

"Seperti namanya Tsuji-ura permainan memanggil hantu yang di lakukan di perempatan dan sama seperti kokkuri-san tujuannya untuk mendapatkan ramalan tentang masa depan dengan cara memanggil roh.

Kalau kau penasaran dengan masa depanmu caranya mudah kau perlu berdiri di persimpangan jalan dengan membawa sisir. Lalu kau sisir rambutmu sambil mengucapkan mantra Tsuji-ura, Tsuji-ura, watashi no unmei wo oshiete kudasai."

Hikori mengangguk-angguk. "Kenapa klub pencari hantu lebih memilih memainkan Tsuji-ura padahal mereka bisa memainkan kokkuri-san di dalam ruangan. Kan lebih repot tengah malam harus pergi ke persimpangan jalan."

"Itu karena ramalan Tsuji-ura lebih akurat dari kokkuri-san."

"Oh, seperti itu."

"Hikori apa kau berani memainkannya?" Tanya Ichi.

"Apa? Tentu saja tidak!" Jelas sekali Hikori tidak punya keberanian sebesar itu untuk melakukan permainan Tsuji-ura ini.

"Bagaimana kalau kita memainkannya malam ini?" Yasuhiro bertanya dengan antusias.

"Sebenarnya aku tidak percaya pada ramalan itu tapi aku sedikit penasaran dengan permainan Tsuji-ura itu," jawab Ichi.

"Apa? Jadi aku harus kembali terlibat dengan hantu karena keinginan kalian lagi?" Hikori menanggapi hal itu dengan marah.

Ayolah, dia tidak mau lagi berurusan dengan hantu ingat saat bermain kokkuri-san dia melihat bayangan yang menyeringai ke arahnya.

"Ayolah, Hikori aku sedikit penasaran dengan Tsuji-ura," Ichi mencoba membujuk Hikori agar mengikuti permainan Tsuji-ura malam ini.

"Tidak! Aku tidak mau!" Tegas Hikori.

"Hanya sebentar Hikori, tidak akan lama kau boleh bersembunyi di belakangku nanti," Yasuhiro membantu Ichi untuk membujuk Hikori.

Hikori menarik nafas panjang dengan berat hati dia mengatakan. "Baiklah aku ikut."

******

Di malam harinya di jam setengah dua belas malam di saat semua orang sudah terlelap mereka bertiga mengendap-endap ke luar rumah, menuju persimpangan terdekat.

Yasuhiro berdiri ditengah persimpangan jalan ditemani oleh Ichi di sampingnya. Sedangkan Hikori berada di tengah di belakang Yasuhiro dan Ichi memegang pundak mereka berdua ketakutan.

"Baiklah kita mulai," Ichi mengangguk mantap mendengar aba-aba dari Yasuhiro.

Dengan perlahan Yasuhiro menyisir rambutnya sambil membaca mantra untuk memanggil penunggu Tsuji-ura. "Tsuji-ura, Tsuji-ura, watashi no unmei wo oshiete kudasai," Yasuhiro mengulanginya sebanyak tiga kali.

Setelah beberapa menit berlalu tidak ada yang terjadi. "Bagaimana ini senpai tidak terjadi apapun?"

Belum sempat menjawab angin dingin berhembus kencang memainkan surai mereka. Hikori merasa angin itu berputar mengelilingi mereka. Tak lama kabut tipis mulai muncul, hentakan kaki yang berjalan di atas aspal memecah keheningan. Hikori semakin mengeratkan tangannya matanya menutup rapat tak ingin melihat siapa yang datang.

Semakin terlihat jelas seorang wanita memakai kimono putih polos dengan rambut panjang berdiri tepat dihadapan mereka. Dengan wajahnya yang pucat wanita itu menunggingkan senyuman.

"Apa yang kau inginkan dari Tsuji-ura?"

"Kami ingin tahu masa depan kami," Yasuhiro menjawab dengan suara bergetar.

Wanita itu tertawa kecil namun tawanya terdengar aneh, seperti suara gema yang terdengar dari segala penjuru.

Matanya bergulir menatap mereka satu persatu hingga akhirnya dia menatap tajam Yasuhiro. "Kau akan menyesal atas semua perbuatanmu!"

Lalu dia menatap Hikori. "Seseorang akan membawamu pada kematian!"

Terakhir dia menatap Ichi. "Tidak ada masa depan selain kesedihan."

Setelah memberikan ramalan itu wanita itu hilang seperti terbawa angin, suasana kembali sunyi seperti semua.

"Apa semua sudah selesai?" Tanya Hikori lemah.

"Sepertinya sudah dia sudah memberikan kita ramalan tapi apa maksudnya," Yasuhiro menukikkan alisnya berpikir.

"Entahlah lebih baik sekarang kita pulang," Ichi seperti tidak terlalu menganggap semua yang terjadi.

Dia menarik tangan teman-temannya untuk membawanya pulang.

To be continued

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!