Setelah menikah selama 7 tahun, Erwin tetap saja dingin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arum Dalu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ingin bercerai
Awalnya, Erwin selalu merasa kalau Clara sengaja menjebaknya dalam pernikahan.
Namun, setelah usia pernikahan menginjak 3 tahun, hubungan antara mereka telah membaik dibandingkan sebelumnya.
Yah, meski belum terlalu dekat.
Hanya saja, segera setelah itu, Vanessa muncul.
Erwin jatuh cinta pada Vanessa dan mulai lagi menjaga jarak.
Setelah itu, Erwin hampir tak pernah menyentuhnya lagi.
Jadi, entah Erwin memang tidak ingin kembali ke kamar meski sudah selalu ini, atau mungkin masih ada hal yang harus dikerjakannya.
Saat memikirkannya, Clara tanpa sadar langsung meninggalkan kamar dan turun ke bawah.
Tepat ketika hendak turun, terdengar suara obrolan tak jauh dari tempatnya berdiri.
"Semuanya sudah tidur, Kenapa belum ke kamar? Apa karena ada Clara, kamu tidak mau ke kamar?"
Yap, suara Maya.
Clara menatap ke arah sumber suara.
Selain Maya, Erwin juga ada di sana.
Langkah kaki Clara pun terhenti.
Erwin tampak sibuk merokok tanpa menjawabnya.
Pria itu berdiri membelakangi cahaya lampu, membuat suara tidak bisa melihat ekspresi di wajahnya.
Jarak tempat Clara dan Erwin berdiri juga cukup jauh.
Maya lanjut berkata, "Sebenarnya, aku bisa mengerti. Aku sempat bertemu Vanessa beberapa kali. Kudengar, dia baru berusia 25 tahun, tapi sudah meraih gelar doktor di universitas ternama di dunia. Aku yakin dia bisa mengelola bisnis keluarga dengan baik. Dia juga cantik, tapi agak liar dan sulit diatur. Tapi, justru itu yang membuatmu tertarik. Sayangnya, Dia berasal dari keluarga biasa-biasa saja. Apa kamu sudah memikirkannya dengan matang, Erwin? kamu...."
Erwin langsung memotongnya dengan berkata, "Hanya aku yang tahu wanita seperti apa yang kuinginkan."
"Tapi..." Ucap Maya mengerutkan, ingin melanjutkan kata-katanya.
Dia memang meremehkan Clara dan Vanessa.
Namun, melihat amarah di mata Erwin, dia pun menjadi malas mengutarakannya.
"Dasar budak cinta. protektif sekali sama pasanganmu itu. Lebih baik aku diam saja, biar puas?" Imbuh Maya.
Clara mengepalkan tangan saat mendengarnya.
Pipinya serasa tertusuk dinginnya angin malam.
Dia hanya tersenyum pahit, kita ingin lagi mendengarnya lebih lanjut.
Dia lantas berbalik hendak pergi.
Namun baru saja ingin pergi, Maya tiba-tiba teringat sesuatu lalu berkata, "Oh iya, dengar-dengar, Clara mengajukan pengunduran diri, apa itu benar?"
"Kemarin lusa, dia membuat kesalahan sampai Rio marah. Aku minta Rio untuk memecatnya sesuai aturan perusahaan," Jawab Erwin.
Maya pun tertawa mendengarnya, lalu mencibir, "Begitu rupanya. waktu dia ngomong masalah ini, Dia terlihat seakan dirinya sendiri yang ajukan pengunduran diri. Sudah kuduga, cewek sepertinya yang selalu ingin dekat denganmu, mana mungkin rela mengundurkan diri atas permintaan sendiri. Ternyata dia dipecat toh. hahaha."
Erwin hanya terdiam, seolah masalah itu tidak ada hubungan dengan dirinya.
Saat hendak ke atas kembali ke kamarnya, lara hampir menabrak Justin yang akan turun ke bawah.
Mereka berdua pun sama terkejut.
Setelah menyadari apa yang terjadi, Justin langsung meminta maaf dan bertanya dengan khawatir, "Apa kakak baik-baik saja?"
Selain Nenek, Justin satu-satunya di keluarga Angga yang memperlakukannya dengan baik.
cara menggelengkan kepalanya dan berkata sambil tersenyum, Tidak apa-apa."
Saat Clara dan Erwin menikah, Justin terbilang masih muda.
Ada banyak hal yang tidak diketahuinya dengan jelas.
Setelah mengenal selama bertahun-tahun, dia selalu menganggap Clara sosok yang cantik dan lembut.
Clara tidak pernah memulai pertengkaran dengan kakaknya.
Wanita itu justru sangat pengertian.
Jika calon istrinya nanti seperti Clara, dia pasti akan memperlakukannya dengan baik.
Karena alasan itu lah, meski setelah dewasa ini mengetahui keseluruhan cerita, dia tetap menyukai Clara.
Justin melihat kesedihan di wajah Clara.
Besar kemungkinan pasti ada hubungannya dengan Erwin.
dia tampak mah garuk kepalanya dengan canggung, lalu dengan tulus berkata, "Kakak, Kakak itu baik sekali. Kak Erwin pasti akan menyadarinya nanti. Jangan terlalu sedih ya."
Clara terdiam sejenak.
Dia tidak ingin menjelaskan tentang perceraian mereka pada Justin.
"Iya, makasih Justin." Jawab Clara sambil tersenyum.
"Aku mau ke bawah ambil minum. Lebih baik Kakak istirahat, sudah larut malam ini," Jawab Justin.
Clara kembali tersenyum lalu berkata, "Baiklah, kalau begitu selamat malam."
Sesampainya di kamar, Clara mematikan lampu utama dan menyalakan lampu dinding yang sedikit redup bersiap untuk tidur.
Baru saja merebahkan badannya di atas kasur, terdengar suara Erwin mau masuk di kamar utama.
Clara pun kembali membuka matanya.
Erwin lantas menatapnya.
Keduanya saling menatap satu sama lain.
Clara hanya menutupnya sekilas.
Dulu, Clara tentu akan langsung bangun dan membantu melepaskan jas Erwin.
Persoalan dia sudah selesai, dia lanjut mencarikan piyama untuk pria itu dan pergi ke kamar mandi menyiapkan air hangat.
Namun kini, dia tak ada niat untuk turun dari ranjang.
Dia justru kembali menutup matanya secara perlahan.
Erwin memang tidak peduli pada Clara dan segala bentuk perhatian Clara padanya.
Tapi, sikap Clara kali ini sangat jauh berbeda dari biasanya.
Erwin merasa sikap dingin Clara padanya dengan jelas.
Hal itu membuatnya sedikit terkejut.
Hanya saja, Dia mengira Clara hanya melampiaskan amarah sesaat.
Jadi dia tidak menganggap serius hal ini.
Erwin tak ingin tahu alasan kenapa suasana hati Clara memburuk.
Dia hanya berkata dengan nada dingin, "Semua urusan sekolah Elsa sudah beres. Besok pagi kamu antar Elsa ke sekolah."
"Ya." Jawab Clara singkat.
Erwin tak berkata apa-apa lagi.
Dia berbalik dan pergi ke ruang ganti mencari pakaian lalu bersiap mandi.
Begitulah sikap Erwin pada Clara.
Saat melihat punggung Erwin, Clara teringat akan perceraian mereka.
Dia pun ingin bertanya kapan bisa mendapatkan akta cerai.
Namun, ada banyak hal yang harus Erwin kerjakan.
Dengan wataknya itu, dia akan langsung menghubungi Clara jika semua sudah beres tanpa didesak sekalipun.
Bagaimanapun, Erwin yang lebih menginginkan perceraian itu daripada dirinya.
Dan karena itulah, selama setengah bulan ini.
Clara hanya menunggu kabar dari pria itu dalam diam, tanpa mendesaknya.
Tepat pada saat itu, ponsel Erwin berdering.
"Halo," Jawab Erwin lembut.
Clara mengamati cara Erwin menjawab telepon itu.
Kata (Halo) yang keluar dari mulut pria itu jauh berbeda saat berbicara dengannya.
Nada bicara Erwin penuh dengan kelembutan.
Dipikiran Clara, hanya ada satu orang yang bisa membuat Erwin seperti itu.
Yap, siapa lagi kalau bukan Vanessa.
Saat Clara memikirkannya, entah apa yang sedang mereka bicarakan, tampak Erwin melepas genggamannya di lemari.
"Aku akan ke sana sekarang," Ucap pria itu langsung meninggalkan kamar tanpa menoleh ke belakang.
Clara hanya menatap kepergian Erwin tanpa menghentikannya.
Tak lama kemudian, terdengar suara mesin mobil melaju kencang.
cepat2lah clara pergi jauh2 dari kedua manusia tdk tau diri itu..
keberadaannya tidak dianggap sama suami dan anakmu....