NovelToon NovelToon
Dendam Anak Kandung

Dendam Anak Kandung

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Fantasi Wanita / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:5.7k
Nilai: 5
Nama Author: Darmaiyah

Lila pergi ke ibu kota, niat utamanya mencari laki-laki yang bernama Husien, dia bertekad akan menghancurkan kehidupan Husien, karena telah menyengsarakan dia dan bundanya.
Apakah Lila berhasil mewujudkan impiannya. Baca di novelku
DENDAM ANAK KANDUNG.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Darmaiyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 15

Ke Rumah Husien.

Vito dan Yura beriringan berjalan menyusuri koridor rumah sakit menuju parkiran.

"Vito! kau harus menyelidiki latar belakang Lila." ujar Yura terus mengikuti langkah Vito.

"Untuk apa? Setahu ku latar belakangnya baik-baik, dia gadis Riau dan sarjana akuntansi yang handal."

"Vito! kamu harus percaya padaku kalau Lila itu bukan wanita baik-baik, aku punya firasat kalau dia ingin menghancurkan pernikahan kita." Yura mencoba meyakinkan Vito.

"Kamu ngaco. Yura! kalau dia bukan wanita baik-baik, lantas kenapa dia mau mengorbankan dirinya demi menyelamatkanmu?"

"Tapi .."

"Sudah! Aku tidak mau lagi mendengar kamu berprasangka buruk terhadap Lila." tegas Vito saat mereka sampai ke parkir.

Niko yang melihat Vito segera membuka pintu mobil

"Tuan mau kembali ke kantor sekarang?" tanya Niko.

Mata Niko jelalatan mencari-cari Lila. Namun nihil dia tidak melihat gadis itu, yang ada bersama Vito sekarang malah Yura.

"Tidak! saya pulang bareng Yura, kamu tunggu tuan Husien dan Lila."

Niko hanya mengangguk tanda mengerti.

"Setelah kamu mengantar papa ke rumah, jemput aku ke kantor cabang." titah Vito. lagi-lagi Niko hanya mengangguk.

"Vito aku ikut ke kantor papa." celetuk Yura, dia tidak mau ancaman Lila menjadi kenyataan dengan membiarkan Vito berada di kantor papanya.

"Papa meminta mu kembali ke kantor mengerjakan tugas-tugas yang telah papa amanah kan kepadamu. Jangan buat papa kecewa lagi. ingat! ini kesempatan terakhir yang diberikan papa padamu jadi gunakan sebaik-baiknya." ujar Vito memberikan penjelasan kepada Yura agar Yura bisa mengerti.

"Tapi aku tidak mau berjauhan denganmu. Aku takut kalau Lila akan mengambil mu dariku." bukan tanpa alasan Yura berkata begitu, karena tadi saat keluar dari ruang rawat Husien Lila sudah memberi ancaman kepadanya

"Jangan bersifat kekanak-kanakan. Yura!" ujar Vito meminta Yura masuk ke dalam mobil.

"Aku harus mencari bukti, agar Vito percaya padaku tentang kejahatan Lila." batin Yura.

Mobil yang kendarai Vito bergerak meninggalkan halaman parkir rumah sakit menuju ke jalan raya.

Niko menatap kepergian Vito dan Yura hingga mobil yang dibawa Vito menghilang dibalik pintu pagar rumah sakit.

Tiga puluh menit setelah kepergian Vito dan Yura, Tuan Husein muncul di dorong Lila dengan kursi roda menuju parkir. Melihat Lila dari kejauhan Niko berlari menyambanginya.

"Sini biar aku yang dorong." ujar Vito mengambil alih gagang kursi roda. Saat penurunan dari teras rumah sakit ke halaman.

"Hati-hati tuan." Lila mengingatkan Husein saat mau turun dari kursi roda naik ke mobil. Lila membantu membimbing Husien hingga masuk ke dalam mobil.

"Aku duduk dib belakang saja bersama Lila." ujar Husien, dia menolak saat Niko membuka pintu depan mobil, tidak mau duduk di samping sopir.

""Dasar buaya darat, sudah bau tanah tapi masih memikirkan gadis cantik." batin Niko menggerutu.

Niko menekan pedal gas, mobil bergerak pelan meninggalkan halaman parkir rumah sakit, menuju ke jalan raya. Di sepanjang perjalanan tidak ada percakapan yang terjadi. Sesekali Niko melirik kaca spion atas untuk bisa menikmati wajah Lila sambil terus fokus menyetir.

Tiga puluh menit kemudian mobil yang dibawa Niko memasuki halaman sebuah rumah gedung bertingkat tiga. Niko menghentikan mobilnya kemudian turun dan membuka pintu untuk Tuan Husein.

Seorang wanita paruh baya membuka pintu utama, menyambut kedatangan mereka. Seketika wanita itu menatap Lila secara intens dari ujung rambut hingga kaki.

"Apakah Nona yang bernama Lila?" tanya wanita tua itu seraya mengambil tas yang dijinjing Lila.

"Saya Sumi pembantu di rumah ini, biasa di panggil Bik sum." ujar Sumi lagi sebelum Lila menjawab pertanyaannya.

"Iya Bik! saya Lila." Lila menyodorkan tangan menyalami bik Sum. Sumi meletakkan tas di bawah kakinya, kemudian mengelap tangan kanan dengan ujung dasternya. Dia khawatir tangannya yang baru minyak mengotori tangan lembut Lila.

"Maaf tangan bibik kotor, Non!"

"Nggak apa-apa. Bik!" Lila meraih tangan Sumi menyalaminya, Sebelum Sumi menyodorkan tangannya.

Sumi kembali menatap Lila, gadis yang sangat sopan dan lembut, penilaian pertama Sumi.

"Gadis ini sangat berbeda dengan Nona Yura yang arogan, pemarah dan ketus." gumam Mbak Sum mengagumi kepribadian Lila.

"Silakan Nona." Sumi mempersilahkan Lila masuk.

Lila menggamit lengan Tuan Husien perlahan tapi pasti, langkahnya memasuki rumah mewah itu. Lila mengantar Tuan Husien sampai ke tempat tidurnya.

"Sekarang tuan istirahat. Saya akan ke dapur membuat bubur untuk tuan." ujar Lila membantu Husien rebahan.

"Kamu di sini saja, biar Sumi yang membuat buburnya." ujar Husien sambil menepuk tempat tidur. Dia meminta Lila duduk di sampingnya.

"Baiklah! Bolehkah saya minta izin ke dapur mengambil air, karena saya sangat haus." ujar Lila.

Husien hanya mengangguk menjawab pertanyaan Lila.

"Apa Tuhan ingin minum juga." tanya Lila lagi. Husien kembali mengangguk.

Lila beranjak meninggalkan kamar Husein, perlahan dia melangkah kemudian menatap sejengkal demi sejengkal ruangan yang dilewatinya rumah besar dengan perabotan yang sangat mewah. Lila berdecak kagum atas kesuksesan yang dimiliki Husein.

"Nona Lila.." tiba-tiba Sumi muncul, panggilannya mengagetkan Lila dan membuyarkan lamunannya.

"I-iya Bik! saya ambil minum untuk tuan, dapur di mana ya?" tanya Lila sambil mengatur nafasnya.

"Biar saya saja yang ambil air untuk Tuan Husein. Nona tunggu saja di kamar." ujar Sumi seraya melepaskan tangkai sapunya.

"Nggak apa-apa. Bik! biar saya saja sekalian saya juga mau ke di kamar mandi."

"Di kamar tuan juga ada kamar mandi. Non!" ujar Sumi.

"Nggak enak sama Tuan. Bik!" ujar Lila.

"Ayok ikut saya. Non!"

Lila mengikuti langkah sumi dari belakang, untuk sampai ke dapur Lila harus masuk lift dan turun ke lantai dasar.

"Bik! boleh saya bertanya?"

"Iya! Non mau tanya apa?"

"Tuan Husein di sini tinggal dengan siapa? Bik!"

"Tinggal dengan Non Yura dan Tuan Vito, cuman mereka jarang pulang. kadang kalau pulang pun sudah dini hari, paling cepat pukul dua, kadang nggak pulang sama sekali." Sumi menjelaskan sementara Lila manggut-manggut.

"Tuan Vito lebih betah di apartemennya, sementara Nona Yura lebih betah di villanya." ujar Sumi lagi.

"Istri Tuan Husien di mana? Bik!" tanya Lila lagi.

"Nonya Farah tinggal di Hongkong. Kalau pulang suka ribut dengan tuan. Non!" kali ini Sumi mengecilkan suaranya, takut ada yang dengar.

"Emang Nyonya Farah pulang ke Indonesia berapa bulan sekali?" tanya Lila ingin tahu.

"Biasanya tiga bulan sekali. Non!"

"Oh.." hanya itu yang keluar dari mulut Lila. Lila merekam semua informasi yang diberikan sumi

"Oh iya. Bik! tadi Tuan Husin berpesan dia minta tolong bibik membuat bubur untuknya."

"Baik. Non! laksanakan!" ujar Sumi

Lila kemudian mengambil nampan, dua buah gelas dan mengisinya dengan air putih setelah itu pamit dengan Sumi kembali ke kamar Husien.

"Tuan! ini minumnya." Lila menyodorkan gelas berisi air ke bibir Husein.

"Selamat tidur Husein." ujar Lila karena air putih yang diminum Husein, sudah dicampur Lila dengan obat tidur yang membuat Husien tidur pulas selama dua jam.

Hanya butuh beberapa menit Husien pun tertidur pulas. Lila tersenyum menatap wajah ayah kandungnya itu. Kemudian dia mengaktifkan CCTV camera detector, untuk memastikan kalau di kamar Husien ada kamera pelacak tersembunyi.

"Oh.. ternyata di situ." batin Lila seraya memindahkan botol kecil berisi obat Husien ke atas meja rias, seakan kamera pelacak itu ditutupi tanpa sengaja.

"Beres." gumam Lila.

Lila berjongkok di bawah lemari, dan mulai membuka laci meja satu persatu. Semua laci sudah terbuka namun dia tidak menemukan apa yang dicarinya.

"Mungkin di dalam lemari." batin Lila seraya mendekati lemari besar yang berdiri kokoh di depan tempat tidur Husein.

"Non Lila!"

Lila terkejut saat mendengar Sumi memanggil namanya, gerakan tangannya spontan berhenti, dia menutup kembali pintu lemari yang sudah terbuka sedikit, lalu membalikan tubuhnya menghadap ke pintu. Untung daun pintu yang terbuka separoh menghadap ke tempat tidur Husien, sementara lemari posisinya berada di balik pintu, sehingga Sumi tidak bisa melihat jelas aktivitas yang sedang dilakukan Lila.

"I- iya Bik!" jawabnya Lila seraya bergegas menemui Sumi, dia tidak mau kalau wanita itu mencurigainya.

"Ada apa? Bik!" Lila mengatur nafasnya dari keterkejutan, agar terlihat normal kembali.

"Eh itu Non! buburnya dibubuhi garam apa tidak, masalahnya Tuan kan menderita tensi juga." ujar Sumi.

"Tidak usah Bik! karena asin juga tidak baik untuk jantung."

Lila membatalkan niat untuk menggeledah isi kamar Husein, dia punya rencana lain setelah ini. kemudian meminta izin kepada sumi untuk melihat-lihat sekitar rumah.

"Bik! Apa saya boleh jalan-jalan untuk melihat-lihat di sekitar rumah, karena saya merasa suntuk menunggu tuan yang sedang tidur beristirahat." tanya Lila.

"Silakan kalau non mau melihat-lihat di sekitar rumah, atau kalau Non mau, di atas ada arena untuk latihan menembak, biasanya kalau Tuan lagi suntuk dia akan latihan menembak."

"Apa Tuan Husien tidak marah jika saya ke atas." katanya Lila lagi.

Sumi memberikan penjelasan kepada Lila kalau tuan Husien sering membawa tamu-tamunya ke atas untuk latihan bersama. setelah menjelaskan tentang seluk beluk rumah Husien, Sumi minta izin kembali ke dapur untuk menyelesaikan tugasnya.

Lila beranjak meninggalkan kamar tidur Husein, dia belum berniat untuk naik ke lantai atas dia akan melihat-lihat dulu di sekitar lantai dasar. Lila melangkah ke ruang tengah sekilas di samping ruang tengah dia melihat perpustakaan yang cukup besar dengan banyak buku-buku yang tertata rapi. Lila duduk di kursi yang terletak di sudut perpustakaan mengambil sebuah map yang sedikit usang tapi menarik perhatian.

"Rekam Medis Tuan Husien." gumam Lila.

"Dengan rekam medis ini aku bisa membuat Tuan Husein lebih lama berada di tempat tidur." Gumam Lila tersenyum misterius.

**************

Apa yang akan Lila lakukan terhadap Husien

Baca kelanjutannya di part 16

jangan lupa tinggalkan jejak like komen dan hadiahnya

Terima kasih para reader yang telah membaca novelku.

Salah manis dari Author

Love you ♥️♥️♥️♥️

1
Anto D Cotto
menarik
Anto D Cotto
lanjut crazy up Thor
Rajuk Rindu
Alur cerita bikin degdegan
Rajuk Rindu
Tinggal koment dan like ya para reader
thanks you
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!