NovelToon NovelToon
Pembalasan Penulis Licik

Pembalasan Penulis Licik

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Romansa Fantasi / CEO / Nikah Kontrak / Fantasi Wanita / Gadis nakal
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Alensvy

Bijaklah dalam memilih tulisan!!


Kisah seorang penulis online yang 'terkenal lugu' dan baik di sekitar teman-teman dan para pembaca setianya, namun punya sisi gelap dan tersembunyi—menguntit keluarga pebisnis besar di negaranya.

Apa yang akan di lakukan selanjutnya? Akankah dia berhasil, atau justru kalah oleh orang yang ia kendalikan?

Ikuti kisahnya...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alensvy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pembalasan Penulis Licik 15

...****************...

Di balik pintu yang kini memisahkan dua dunia, Arion menunduk, membiarkan punggungnya bersandar pada dingin kayu mahoni.

Tangannya terangkat, mengacak rambutnya kasar. Jemarinya menggenggam helaian rambut seakan ingin mencabut logika yang sudah terlanjur rusak.

Lagi.

Lagi-lagi ia masuk ke dalam permainan perempuan itu.

Perempuan yang kini menjadi istrinya—setidaknya dalam kontrak. Tapi tak pernah benar-benar jadi miliknya dalam arti yang ia inginkan.

“Aresya…” gumamnya rendah, nyaris seperti desahan frustrasi yang dipelintir dari amarah dan kebingungan.

Rahangnya mengeras. Napasnya tak teratur.

Ada yang membakar dadanya, tapi bukan api. Hanya luka yang tak tahu harus diberi nama apa.

Ia melangkah menuju kamar mandi, membuka keran dengan semburan air yang lebih menyerupai hukuman daripada pelarian.

Air membasahi tubuhnya yang sudah lelah oleh amarah. Tapi tak satu pun dari itu bisa membasuh pikiran yang terus dipenuhi siluet perempuan dengan tatapan pura-pura rapuh itu.

Dan di tengah deras air, Arion memejamkan mata.

Mencoba mengusir ingatan akan bibir yang gemetar di bawah ciumannya.

Akan tangan yang sempat menggenggamnya erat—seolah minta dilindungi.

Semuanya semu. Semuanya palsu. Dan ia tahu itu. Namun tetap saja... ia kembali terbakar olehnya.

Dan ketika tak ada lagi yang bisa dilakukan untuk membungkam kebisingan itu, tangannya terulur—menuju satu-satunya hal yang bisa memberinya sedikit kendali.

Satu-satunya pelampiasan yang tersisa… untuk membungkam hasrat yang telah dipermainkan.

Malam itu, Arion kembali menidurkan miliknya—bukan dengan cinta, bukan dengan kasih, tapi dengan cara paling egois yang bisa dilakukan seorang lelaki yang sedang kalah.

Namun bahkan dalam puncak kesendirian itu, wajah Aresya tetap membayangi matanya.

Menyiksanya lebih kejam dari siapa pun yang pernah ia kenal.

Ketika akhirnya ia keluar dari kamar mandi, tubuhnya telanjang, hanya dibalut handuk yang tergantung malas di pinggang, ia berjalan ke ranjang. Membuang tubuhnya di atas kasur, membiarkan beban malam ini mengendap di punggungnya.

Sunyi mengelilinginya. Tapi pikirannya tetap gaduh.

...****************...

Pagi menjelma tanpa isyarat hangat.

Cahaya mentari menyusup lewat celah tirai, menari pelan di dinding-dinding kamar Arion yang masih diselimuti sisa gelap semalam.

Ia membuka matanya perlahan. Sedikit berat. Sedikit enggan. Tapi terbiasa.

Tangannya terulur, meraih ponsel di nakas, menatap waktu tanpa benar-benar membacanya. Kemudian, seperti kebiasaan yang sudah terpatri, ia menunggu.

Menunggu aroma kopi. Menunggu suara piring bersentuhan pelan di dapur.

Menunggu langkah ringan seorang perempuan yang biasa muncul dengan gaun tidur tipisnya—nyaris transparan—dan senyum penuh teka-teki di bibirnya.

Namun pagi ini... tidak ada apa pun.

Tak ada langkah. Tak ada suara. Tak ada Aresya.

Dahi Arion mengernyit. Ia duduk, menyandarkan tubuhnya di kepala ranjang, diam beberapa detik. Mencari... atau mungkin berharap. Tapi yang ada hanya keheningan. Dan itu membuat dadanya terasa aneh.

Ia bangkit. Melangkah keluar kamar dengan langkah malas namun penuh tanya.

Ruang tengah sepi. Dapur pun sama.

Tak ada secangkir kopi di meja. Tak ada wajan di atas kompor. Tak ada perempuan dengan tatapan sendu yang biasanya duduk di stool bar, mengayun kaki kecilnya sambil menggoda lewat kata atau diam.

Ia menuju kamar Aresya. Berdiri di depan pintu yang tertutup. Tangannya terangkat, nyaris mengetuk… namun ragu.

Apa dia marah? Apa dia sakit? Atau—apa ini bagian dari permainan barunya?

Rahangnya mengeras. Ia mengetuk pelan. Sekali. Tak ada jawaban.

Ia mengetuk lagi.

“Resya.”

Hening. Arion mendekatkan telinganya ke permukaan kayu. Mencoba mendengar sesuatu. Apa pun.

Namun yang ia temukan hanyalah sunyi yang menggantung. Seperti teka-teki yang belum selesai dipecahkan.

Dan di tengah pagi yang seharusnya biasa itu, Arion merasakan sesuatu yang tak biasa… mulai merayap ke dalam dadanya.

Kekhawatiran?

Atau justru rasa penasaran... yang perlahan menjelma jadi kepanikan tersembunyi?

Ia tidak tahu.

Tapi yang jelas, pagi ini... Aresya tidak membuka pintu seperti biasanya.

Dan itu membuat semuanya berubah. Menggantung di ujung rasa yang tak ia kenal.

Arion menghela napas pelan sebelum akhirnya memutar kenop pintu.

Suara decit halus menyelinap saat kayu terbuka perlahan. Ia mendorongnya hanya cukup untuk bisa masuk, seakan tak ingin mengusik sesuatu yang suci di baliknya.

Dan di sanalah Aresya—terbaring di atas ranjang putihnya, tenggelam dalam tidur yang dalam. Wajahnya tenang, nyaris tak bersuara. Rambutnya tergerai bebas di atas bantal, menutupi sebagian pipi yang tampak lebih polos tanpa riasan.

Arion tak segera bergerak.

Ia berdiri di ambang pintu, memandang perempuan itu dalam diam. Tak ada senyum palsu. Tak ada tatapan licik. Tak ada gaun tidur tipis yang biasa memprovokasi imajinasinya. Hanya Aresya, dengan nafas teratur dan tangan yang terlipat rapi di bawah pipi.

Ia melangkah masuk—pelan, nyaris tanpa suara. Langkah berat itu membawa tubuh tingginya mendekat ke sisi ranjang.

Sorot matanya mengalir perlahan dari wajah Aresya yang damai... turun ke bahunya... lalu ke selimut yang membungkus lekuk tubuh perempuan itu. Masih ada garis samar keindahan di balik kain tipis itu, namun untuk pertama kalinya... Arion tidak tergoda.

Ia justru terdiam.

Mengamati.

Seolah mencoba membaca sesuatu yang tak tertulis di tubuh itu.

Kemudian, pandangannya teralih ke seisi kamar.

Rak kayu kecil berdiri di sudut. Meja penuh buku, kertas berserakan, dan sebuah laptop yang masih menyala redup. Sebagian halaman terlihat dipenuhi tulisan tangan, sebagian lainnya cetakan naskah yang belum rampung.

Arion berjalan ke meja itu.

Ia menyentuh pinggiran laptop. Melihat judul file di layar, lalu menatap sekeliling dengan tatapan baru.

Seorang penulis...

Ia tidak tahu. Atau mungkin... tidak pernah berusaha tahu.

Semuanya terlalu rapi. Terlalu pribadi. Terlalu "Aresya".

Ia kembali memutar tubuhnya. Menatap perempuan itu lagi, kini dengan napas yang lebih berat.

Lalu, tangannya terulur, membenarkan selimut yang sedikit melorot dari bahu Aresya. Gerakan kecil itu sederhana… namun ada yang bergetar di dalam dirinya saat melakukannya.

Ia melangkah keluar tanpa suara. Menutup pintu perlahan di belakang punggungnya.

Dan ketika pintu itu kembali menutup rapat, Arion menghela napas keras—panjang dan dalam, seperti mencoba mengusir sesuatu dari dalam dadanya.

Ia mengusap wajahnya dengan satu tangan, kasar.

Seolah hendak menghapus bayang-bayang...Namun yang tertinggal justru lebih dalam, menyusup ke sela-sela pikirannya yang paling sunyi.

...****************...

Pagi menua dalam diam. Langit mendung menggantung tanpa janji, dan angin membawa aroma tanah basah yang semalam tertinggal di jendela.

Mobil itu melaju pelan di antara gedung-gedung tinggi ibu kota.

Jalanan sibuk.

Namun dunia di dalam mobil itu...sunyi.

Arion duduk di kursi belakang, mata tertuju pada kaca jendela—namun pandangannya tak benar-benar melihat.

Gedung-gedung menjulang membelah langit, refleksi mentari pagi memantul di jendela mereka seperti serpihan kenangan yang belum utuh. Tangannya terlipat di pangkuan. Rahangnya mengatup keras.

Tak ada suara, hanya suara mesin dan deru lalu lintas yang terdengar seperti bisikan dari jauh.

Ia tidak seperti dirinya pagi ini. Tidak dengan kepala yang dingin. Tidak dengan hati yang beku.

Masih terbayang sosok itu...

Terlelap dalam kamar yang penuh aroma lavender dan mimpi-mimpi yang ia tulis sendiri. Aresya. Nama itu terasa asing, namun juga tak bisa lepas dari ingatan. Istrinya...kontrak, katanya.

Namun kenapa bayangan perempuan itu kini memenuhi seluruh ruang kosong dalam pikirannya?

Kenapa senyum tipis dalam tidur nyenyaknya tadi...terasa lebih menusuk daripada semua argumen mereka sebelumnya?

Mobil berhenti di lampu merah.

Arion menoleh ke luar, menatap gedung yang menjulang seakan menantangnya.

Dan untuk pertama kalinya... ia tidak tahu apa yang sedang ia lawan. Dunia? Diri sendiri?

Atau perempuan yang masih tertidur di kamar itu, dengan selimut yang ia rapikan pagi tadi?

.

.

.

Next 👉🏻,

1
Miu Nih.
perempuan badas kok dilawan,, tapi kamu jadi bucin kaann~ 😆😆
Miu Nih.
nyesek juga ya /Sob/
Semangat
huaa thorrr
Semangat
balaskan dendammu aresyaa
Semangat
wah Arion /Gosh//CoolGuy/
Alen's Vy: Gak nahan dia/Curse/
total 1 replies
Semangat
aih maluuu
Semangat
harusnya pernikahan yang sperti ini, hrus dengan org yg saling mencintai. tapi mereka enggak.
Alen's Vy: Iya, kan kak..
total 1 replies
Semangat
suka bgt 'malam telah tua'
Semangat
lanjut thorr gimana ini kepanjutannyaa
Alen's Vy: Besok yaaaa/Whimper//Grievance/
total 1 replies
Semangat
/Blush//Blush/
Semangat
misterius banget Aresya ini ya thor
Alen's Vy: Wkwkwk karena ada sebab.. /Shhh/
total 1 replies
Semangat
ini bagus banget Thor kata2nya
Semangat
lanjut dongg thorr kapan up lagii
Semangat
berani bgt areysa ya thor
Miu Nih.
next kak 🤗👍
Miu Nih.: Haik, siap! udah 😉
Alen's Vy: Follback ya kak/Grievance/
total 2 replies
Semangat
Menarik🥵
Alen's Vy
👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻
Miu Nih.
duh, bener2 misteri, bikin aku mikir pelan 😆 ,, pelan2 ya thor bacanya...
Miu Nih.
yg biasa disebut anonymous kah? 🤔
Miu Nih.
Aresya, yuk temenan sama Dalian 🤗
Makasih tadi udh mampir. jgn lupa keep lanjut teyuz ya...

kita ramein dengan saling bertukar komen...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!