Theo mengkhianati sahabat serta anak dari keluarga yang sudah menjadikannya keluarga sejak ia usia 7 tahun. Ia berselingkuh dengan Zeva, istri dari Anthon, sahabat Theo. Terlalu sering menolong Zeva dari suaminya yang kasar dan penyiksa, membuat Theo memiliki perasaan pada wanita itu hingga terjadilah hubungan terlarang keduanya. "Aaaaaakh!!! Theooooo, aku mohon bawa aku kabur dan nikahi aku!" -Zeva Auliora "Maafkan aku, Zeva. Aku tidak bisa meninggalkan Anthon dan keluarganya, mereka sudah menjadikanku seperti ini" -Theo James "Zeva akan tetap menjadi istriku meskipun kamu sudah menikmati tubuhnya, aku tidak akan melepaskan wanita itu" -Anthon Stephen Bagaimana kelanjutan cinta segita dengan panasnya hubungan perselingkuhan antara Theo dan Zeva? Apakah Anthon akan menyerahkan istrinya untuk pria lain? Dukung novel ini untuk tetap berkarya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SariRani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TOPENG BERLAPIS
Sesampainya di kawasan rumah keluarga Hermes di Crécy-la-Chapelle wilayah Île-de-France, utara-tengah Prancis, tepatnya di departemen Seine-et-Marne. Kota ini sekitar 30 menit dari Paris.
*ilustrasi rumah keluarga Hermes
Zeva turun dari taxi online lalu berjalan menuju gerbang rumah keluarganya itu. Ada seorang pria yang bertubuh tinggi besar seperti bodyguard disana.
Zeva baru pertama kali melihat pria itu. Sepertinya security baru.
"Selamat pagi, ingin menemui siapa?" tanya pria itu terlebih dahulu dengan ramah.
"Selamat pagi. Saya Zeva Auliora Hermes, putri keluarga ini" jawab Zeva dengan ramah juga.
Namun setelah mengetahui siapa yang datang, pria security itu merubah ekspresi wajahnya menjadi datar.
"Oh mohon maaf, saya tidak mengetahui siapa anda. Saat ini, tidak ada orang dirumah" sahut pria itu.
Zeva merubah ekspresi wajahnya menjadi kecewa.
"Kemana mereka? Aku ingin bertemu ayah dan ibuku sebelum natal besok" ucapnya.
"Tuan Pablo membawa Tuan dan Nyonya besar berobat ke London" jawab pria itu.
"Ke London?" tanya Zeva tak percaya.
Tapi sebelum mendapatkan sahutan dari security, tiba tiba terdengar suara wanita dan pria yang cukup ceria.
"Putraku memang terbaik! Kita akan ke London!!" teriak seorang wanita.
"Iyaa bu, pastinya!! Sekarang perusahaan Hermes sudah ditanganku. Pria tua itu mau tidak mau memberikannya padaku. Dia sudah lumpuh jadi tidak bisa menjalankan perusahaan lagi. Aku sebagai anak laki laki satu satunya di keluarga ini pasti mewarisinya" sahut seorang pria.
Zeva terkejut saat melihat siapa yang sedang berjalan bersama dan terdengar samar samar sedang berbicara. Ada ibu dan kakak laki lakinya.
"I..ibu...ka..kak?" panggil Zeva di depan gerbang dimana ia bisa melihat kedalam rumah.
Gia Hermes, wanita yang berbicara dengan seorang pria bernama Pablo Hermes terkejut saat melihat Zeva dihadapannya. Wanita yang dipanggil ibu oleh Zeva.
"Ze..zevaa..." lirih Gia.
Pablo langsung menoleh kearah pandangan ibunya dan ikut terkejut melihat adiknya.
"Ibu..kakak, tolong biarkan aku masuk" minta Zeva yang masih belum mengerti keadaan di rumahnya.
Pablo pun langsung memberikan respon keras dan berjalan menghampiri Zeva di depan gerbang.
Gia hanya diam dan berdiri di posisi yang masih sama.
"Apa yang kamu lakukan disini? Seharusnya kamu bersama Anthon, Zeva" ucap Pablo yang jelas terlihat tidak suka dengan kedatangan adiknya itu.
"Aku..aku ingin bertemu ayah dan ibu. Melihat kondisi mereka. Aku sangat senang jika ibu sudah baik baik saja. Ayah bagaimana?" tanya Zeva.
"Ayah sudah pergi ke London terlebih dahulu untuk berobat, ia terbaring lemah" jawab Pablo.
"Aku ingin bertemu dengan ayah, Kak" sahut Zeva.
"Kedatanganmu hanya membuat ayah semakin lelah. Pergilah, kembali ke suamimu" suruh Pablo.
Zeva yang mengenal kakaknya sejak kecil dan merasa tidak pernah dicintai oleh Pablo, tidak kaget lagi jika diperlakukan seperti ini.
Lalu ia mencari cara untuk bisa berbicara kepada ibunya yang ia kenal sebagai wanita baik meskipun terkadang juga cuek kepadanya sejak kecil. Ibu yang pilih kasih kepadanya dan kakaknya. Ibu yang jarang bersamanya. Namun Zeva dari awal sudah tau jika ibunya itu mencintainya dengan selalu menyiapkan makan, membelikan pakaian, dan mendukung impiannya untuk tidak terjun ke perusahaan.
Gia yang sangat mendukung putranya untuk menjadi pewaris perusahaan pasti mendukung saat Zeva tidak ingin bekerja di perusahaan sehingga Pablo tidak ada saingannya. Maka dari itu saat Zeva mengatakan akan berkuliah di jurusan desain bukannya managemen atau bisnis, ia sangat senang.
"Bu,...aku merindukanmu...biarkan aku masuk" minta Zeva.
Akhirnya mau tidak mau Gia pun berjalan menyusul putranya untuk berhadapan dengan Zeva.
"Pergilah, Tom. Biarkan kita bertiga berbicara disini" suruh Gia kepada securitynya.
"Baik nyonya besar" sahut Tom.
Kini Zeva langsung berhadapan dengan Gia dan Pablo.
"Maafkan aku, Zeva. Kamu tidak bisa bertemu ayahmu. Dia tidak ingin bertemu siapa siapa disana. Austin ingin konsen untuk pengobatannya" ucap Gia.
"Kenapa? Apa kondisi ayah memburuk? Dan sejak kapan ibu sudah sehat seperti ini? Kenapa ibu tidak menghubungiku" tanya Zeva.
"Kondisi ayahmu memburuk sejak bulan lalu, kami berusaha memberikan pengobatan terbaik namun belum juga menghasilkan maka dari itu kami coba bawa ke London" jawab Gia.
Wajah Zeva terlihat lebih sedih.
"Baiklah kalau memang aku belum bisa bertemu dengan ayah saat ini tapi apakah aku boleh memelukmu bu? Aku sangat merindukanmu" ucapnya.
Gia tersenyum tipis lalu membuka gerbang dan menerima pelukan Zeva.
"Aku sangat senang jika ibu sudah sehat seperti ini" lirih Zeva.
Gia hanya diam saja. Wajahnya begitu terlihat mengesalkan dibalik pelukannya yg hangat pada Zeva.
"Sialan anak ini, kenapa harus datang saat aku akan liburan?" batin Gia.
"Apa yang Anthon lakukan sampai kamu dibiarkan kesini?" tiba tiba pertanyaan Pablo membuat Gia melepaskan pelukan Zeva dan ikut menunggu jawaban.
"Hmmmm,...dia dirumah sakit..tadi malam..dia jatuh dari tangga" jujur Zeva karena ia merasa keluarganya akan membantunya.
"HAH??!! JATUH DARI TANGGA??" teriak Pablo kaget.
"Iya kak" jawab Zeva.
"APA YANG KAMU LAKUKAN KEPADA SUAMIMU HAH??? DIA ITU PEWARIS KELUARGA GALIO!!!" marah Pablo.
Zeva terdiam. Ia meragukan dirinya sendiri jika masih diharapkan dikeluarga Hermes dengan respon kakaknya yang seperti itu.
Gia pun terkejut mendengarnya, namun ia masih menjalanlan peran sebagai ibu yang baik didepan Zeva.
"Seharusnya kamu menemani suaminu, Zeva. Dia memerlukanmu" ucap Gia.
"Dia pria brengsek bu. Aku ingin bercerai darinya" sahut Zeva dan langsung mendapatkan tamparan dari Pablo.
PLAK!!
"APA YANG KAMU KATAKAN?? KAMU TIDAK AKAN BERCERAI DARI ANTHON!!" teriak Pablo semakin marah.
Zeva pun sudah tidak tahan lagi dengan sikap kakaknya yang kasar dan tidak sadar diri ini.
"AKU SUDAH MENDERITA, KAK!!! AKU BERHAK BAHAGIA!!" balasnya.
Saat Pablo ingin menampar Zeva lagi, tanganya ditahan oleh Gia.
"Sudah Pablo, jangan tampar adikmu" ucap Gia.
"Ck! Wanita ini tidak tau terima kasih bu" ujar Pablo saat tangannya sudah turun.
Gia menghela nafas panjang.
"Begini saja, bagaimana jika kamu menemani suamimu hingga ia baikan? Nanti ibu dan Pablo akan datang tahun baru saat keadaan di rumah Galio membaik. Ibu akan mewakili ayahmu untuk berbicara kepada Anthon soal kondisimu yang tidak bahagia hidup bersamanya" bujuknya kemudian.
Zeva terlihat memikirkan perkataan sang ibu.
"Baiklah jika ibu ingin seperti itu. Aku hanya ingin kembali kepada keluarga Hermes, bu. Aku akan melakukan apapun untuk keluarga ini selain harus melanjutkan pernikahan dengan Anthon" sahut Zeva yang masih mempercayai ibunya.
Gia tersenyum.
"Anak pintar" pujinya.
"Ayo, kita antar kembali ke Paris sekalian kami akan ke bandara menuju London. Aku akan menyampaikan salam mu kepada Austin" lanjutnya.
Zeva mengangguk menurut. Pablo semakin terlihat tidak suka namun melihat kode tatapan tajam dari Gia, ia mengerti bahwa ia harus ikut menurut keputusan wanita itu.
Akhirnya Zeva diantar oleh Gia dan Pablo ke rumah sakit dimana Anthon berada.