Ayuna begitu mencintai suaminya, meskipun selama pernikahan ia tak pernah menikmati hasil kerja suaminya. Seiring berjalannya waktu, Ayuna akhirnya menggugat cerai suaminya. Mampukah Ayuna jauh dari pria yang sangat dicintainya itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mami Al, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian Kelimabelas
Enam pekan sejak Ayuna pergi dari rumah mertuanya, akhirnya Romi mendapatkan surat gugatan cerai dari istrinya.
Ayuna resmi menggugat suaminya, ia memakai jasa pengacara keluarganya karena malas untuk mondar-mandir ke pengadilan dan tentunya untuk menekan keluarga Romi agar memudahkan urusan perceraian mereka.
"Surat dari siapa?" tanya Mida menghampiri putranya yang berada di ruang tamu.
"Ayuna, Bu." Jawab Romi lirih.
"Oh," ucap Mida singkat.
"Dia benar-benar menggugat aku, Bu." Kata Romi getir.
"Ya sudah tinggalkan saja dia!" Mida berucap dengan entengnya.
"Dia serius?" lirih Romi. Ia tak percaya jika Ayuna benar-benar ingin berpisah darinya.
"Itu 'kan memang mau kamu. Lebih baik kalian memang berpisah," kata Mida lagi.
"Tapi, aku mau bukan dia yang menggugat tapi aku duluan. Bagaimana tanggapan orang-orang jika aku digugat cerai dia," Romi begitu khawatir tanggapan orang lain tentangnya. Dirinya merasa malu ditinggalkan istrinya.
"Romi, bukannya lebih baik dia yang menggugat. Kamu tak perlu mengeluarkan biaya, biarkan saja dia yang mengurus semuanya," kata Mida menenangkan putranya. "Untuk masalah orang-orang di sini, kamu tak perlu khawatir. Ibu akan bantu bicara, lagian mereka juga tak terlalu kenal dan dekat dengan Ayuna. Pastinya mereka lebih percaya dengan Ibu," lanjutnya.
Romi akhirnya lega mendengar perkataan ibunya.
"Sudah sana mandi, gak usah terlalu dipikirkan masalah ini!" ucap Mida.
"Iya, Bu." Romi melangkah ke kamarnya, karena saat menerima surat dirinya baru pulang bekerja.
Saat Romi sudah ke kamarnya, Mayang pun pulang. Ia melihat ibunya sedang membaca surat gugatan cerai dari Ayuna.
"Baca apa, Bu?" tanya Ayuna menghampiri Mida sehingga membuat wanita paruh baya itu tampak terkejut sebab terlalu fokus.
"Surat gugatan cerai," jawab Mida.
"Kak Romi dan Kak Ayuna benar-benar mau bercerai?" Mayang meninggikan suaranya karena terkejut tak percaya.
"Huss!! Pelankan suaramu!!" tegur Mida dengan suara kecil.
"Aku hanya terkejut saja, Bu!" Mayang berbicara dengan intonasi nada rendah.
"Jangan bicara apapun kepada orang-orang jika kakakmu digugat!" Mida mengingatkan putrinya.
"Lah, memangnya kenapa?" tanya Mayang.
"Ikutin saja perintah Ibu, jangan banyak bertanya," jawab Mida.
"Malu, ya?" tanya Mayang tersenyum sinis.
"Kalau kamu berkata jujur, Kakak kamu tidak bisa menikah lagi. Orang-orang akan mencap jelek tentangnya!" jawab Mida.
"Makanya kalau tidak mau jelek harus berubah!" cetus Mayang.
"Sudah... sudah... jangan bicara buruk tentang kakakmu, mending kamu pergi ke dapur. Cuci piring dan jangan lupa masak nasi!" usir Mida agar putrinya tak banyak mengoceh.
"Setiap hari selalu saja aku yang mencuci piring!" protes Mayang.
"Tak ada lagi yang bisa membantu Ibu selain kamu!" kata Mida.
"Iya, tapi aku selalu dibedakan!" tukas Mayang kemudian berlalu.
-
Makan malam pun tiba, seluruh keluarga Mida berkumpul di ruang makan. Mida dan Mayang sibuk menyajikan hidangan di meja.
"Bu, kenapa cuma tempe dan tahu sambal lagi?" protes Rani.
"Nikmati dan bersyukur!" ketus Mayang sembari meletakkan sendok dan garpu di meja.
"Tapi, enggak tiap hari juga!" Rani memanyunkan bibirnya.
"Kalau tidak mau makan begini, makanya kerja cari uang!" sahut Romi menyinggung.
"Kakak 'sih kasih uang ke Ibu cuma dikit!" protes Rani.
"Ini 'kan ada sayur kangkung tumis dan telur ceplok," kata Anton agar anak-anaknya berhenti berdebat.
"Kebutuhan aku bukan cuma buat makan sekeluarga tapi aku juga!" bela Romi tak mau disalahkan.
"Padahal Kak Ayuna sudah pergi dari rumah ini, tapi selalu saja kekurangan!" sindir Mayang melirik Romi.
"Kalau saja Kak Ayuna mau balik ke sini pasti tiap hari aku makan enak," ucap Rino membayangkan kebaikan kakak iparnya.
"Makan enak? Tiap hari?" Mida mengernyitkan keningnya.
"Iya, Bu. Kak Ayuna selalu mentraktir aku, kadang dia belikan aku steak daging lada hitam, kadang juga mie ayam dan hampir sering aku makan nasi daging rendang," ungkap Rino.
"Pantas saja kamu selalu menolak membawa bekal makanan dari rumah," kata Anton.
"Memangnya kapan Kak Ayuna membelikan kamu makanan enak?" tanya Mayang mengorek informasi.
"Beberapa minggu ini dia sering mengajakku bertemu," jawab Rino.
"Buat apa dia bertemu kamu?" tanya Romi juga penasaran.
"Dia tanya-tanya tentang Kak Romi," jawab Rino dengan polosnya.
"Memangnya dia tanya apa?" Mida turut menanyakannya.
"Teman Kak Romi, apa saja yang Kak Romi lakukan," ucap Rino.
Romi mengepalkan tangannya, ia merasa geram karena Rino membongkar kebobrokan dirinya yang selama ini ia tutupi dari Ayuna.
"Oh, pantas saja Kak Ayuna menggugat Kak Romi!" ucap Mayang dengan meninggikan suaranya membuat seluruh pandangan anggota keluarga yang lainnya mengarah padanya.
"Gugatan apa?" tanya Anton.
"Ayuna menggugat Romi," jawab Mida.
"Kok bisa?" tanya Rani.
"Ya, bisalah. Namanya juga Kak Ayuna sudah makan hati dan Kak Romi," jawab Mayang melirik kembali kakaknya.
"Mereka tidak berjodoh, sudah intinya begitu!" kata Mida tegas.
"Mereka kemarin menikah karena terpaksa!" ucap Rina.
"Terpaksa? Tapi pacaran cukup lama," celetuk Mayang.
"Sudah... sudah.. kita kapan makannya? Dari tadi asyik bicara saja!" Mida tampak kesal karena suami dan anaknya berbicara tentang Ayuna.
"Iya, Bu. Aku juga sudah lapar!" kata Rino mengambil centong nasi.
Mereka akhirnya menikmati makan tanpa berbicara. Meskipun Romi dan Mida tampak menyimpan rasa kesal.
***
Seminggu kemudian, Ayuna dan Romi kembali bertemu di ruang pengadilan. Keduanya akan melakukan mediasi sebelum sidang perceraian.
Ayuna datang bersama seorang wanita dan 2 orang laki-laki yang merupakan pengacaranya. Sementara Romi tidak ditemani oleh keluarganya.
Keduanya sempat berjabat tangan meskipun wajah Romi tampak datar. Sedangkan Ayuna begitu cerah meskipun batinnya sedih.
Saat mediasi, Ayuna menolak untuk kembali lagi dengan Romi karena menurutnya selama ini Romi sudah membohonginya dan tak memberikan uang nafkah yang pantas.
Romi bersikeras jika uang penghasilan kerjanya buat dirinya, istri dan keluarganya. Romi juga berpendapat bahwa Ayuna juga bekerja dan belum memiliki keturunan jadi menurutnya uang belanja 300 ratus ribu sangat cukup.
Ayuna memang tak mempermasalahkan uang belanja hanya 300 ratus ribu tapi suaminya suka bermain judi online serta memiliki utang di tempat kerjanya sebanyak 10 juta. Selain itu, Romi juga ketahuan berselingkuh dengan wanita muda.
Romi yang mendengarnya begitu terkejut. Ya, dia memang sedang dekat seorang wanita yang masih belajar di perguruan tinggi. "Dari mana dia tahu semuanya?" batinnya.
"Saya tetap tidak mau kembali kepadanya!" tegas Ayuna.
Romi pun terdiam. Awalnya, ia ingin mempertahankan rumah tangganya tapi setelah mendengar penjelasan Ayuna menggugatnya, dirinya jadi malu untuk balikan.
"Kapan sidang bisa dimulai?" tanya Ayuna kepada pegawai pengadilan karena dirinya sudah tak sabar berpisah dari suaminya.
jangan-jangan ibu mertua nya temannya Ayuna.. kalau gak salah ibunya Diki atau siapa dehh di bab sebelumnya 😂
Wahh.. main belakang mereka!! 🤨
lanjutttt terus Mam 🤩💪💪