Soraya Kusuma, Gadis Yang Akrab Di Sapa Raya Anak Dari Wijaya Kusuma Dan Naraya Sekar Sari, sejak Ia Lahir Hidupnya Sudah Penuh pantangan. Ada Beberapa Pantangan Yang Tidak Boleh Di Lakukan Oleh Raya Yaitu Pergi Ke Air Terjun.
Larangan Itu Sudah Di Beritahukan Oleh Ibunya Raya. Saat Usianya Genap Sepuluh Tahun.
Namun Saat Raya Menginjak Usia Sembilan Belas Tahun Ia Diam-Diam Pergi Ke Sebuah Curug Bersama Kedua Teman Nya. Karena Mereka Membangun Sebuah Komunitas Untuk Di Unggah Di Sosial Media Nya. Hanya Untuk Memecahkan Sebuah Misteri Yang Sudah Di percaya Oleh Ibunya.
"Yang Sudah Di Takdirkaan Akan terus Membersamai" Ujar Arya Narendra
Sosok Laki-Laki Tampan Yang Membuat Mata Raya Terazimat Saat Pertama Kali Melihat Nya.
( Sambungan Kisah dari Cinta beda Alam )
" Happy Reading "
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom young, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 15
Bu Nara Mengumpulkan Niat nya Besok Kembali Melanggar Pantangan, Mendatangi Sebuah Curug Demi Meminta Sang Anak Kembali, Karena Bu Nara Sangat Yakin Kalau Hilang nya Raya Ada Kaitan nya Dengan Mahluk Gaib.
Bu Nara Memejamkan Matanya, air Mata nya Berlinang, Bayang Wijaya Kusuma Kembali Muncul Sekilas. Memang Dulu Separuh Ingatan nya Tentang Arya Narendra Sudah Di Hapus oleh Abah Basir
Namun Tidak Bisa Dipungkiri Arya Narendra Adalah Pria Yang bu Nara Cintai Dengan Sepenuh Hati Kala itu, Saat Dirinya Di Tingal Nikah Oleh irwan Dan Bu Nara Menemukan Cinta Di Dalam Diri Arya Narendra.
Sementara Bersama Wijaya Kusuma Adalah Melanjutkan Hidup, Cinta Bu Nara Sudah Habis Di Raja Arya Narendra Meskipun Wajah Arya Narendra Dan wijaya Kusuma Hampir Mirip Namun Tetap Saja Cinta Bu Nara Tidak Pernah Pudar
"Kang Mas, Aku Rindu...." Tidak Terasa Kata itu Lolos Dari Bibir Bu Nara.
Bu Nara Menangis Sesenggukan Tangisan nya Pecah Di Dalam Kamar Seorang Diri, Sudah Dua Puluh Tahun Bu Nara Menyimpan perasaan ini Seorang Diri Tangisan yang Selama ini Ia Simpan Ia Tumpahkan.
Bu Nara Luruh Memeluk Kedua Lutut nya, Bahunya Naik Turun Terisak, perempuan Yang Sekarang Berusia 43 Tahun itu Menangis Sesenggukan.
"Saya Rindu Kang Mas,,, Mengapa Kang Mas Begitu Mempermainkan Takdir? Apa Yang Kang Mas Mau?" Bibir Bu Nara Bergeming Seorang Diri.
Lemas Sudah Menyadari Raya Hilang. "Ibu Juga Kangen Kamu Rai, Semoga pengorbanan Ibu Besok Tidak Akan Sia-Sia Yah..." Bu Nara Langsung mengusap pelupuk Mata nya.
.
.
Sementara Di Rumah Kelurga Jaya Ningrat Sedang Melangsungkan Acara ritual, Suami Istri Dalam Satu Ruangan yang Di Kelilingi Kelambu Berwarna Putih.
Terlihat Seorang Pria Yang Memegang wangsit Keturunan Ke Enam, Nampak Sedang Kamat-Kamit Membaca Sebuah Mantra.
"Dia Harus Segera Hidup De Ajeng, Aku Membutuhkan Keturunan Ke tujuh!" Ucap nya Sambil Membuka Mata.
"Tapi Kak Mas,,, Sudah Berbagai Macam Cara Kita Lakukan Ia Belum Sadarkan Diri Juga."
"Apakah Sampai Sekarang Belum Ada Yang Menemukan Bunga itu?" Ucap pak Hari Dengan Wajah yang Sudah Nampak keriput
"Belum Kak Mas..." Sang istri Menunduk Layu.
"Jika Sampai Bulan Purnama Mendatang Sinta Belum Juga Sadar Nyawa Kita lah Yang Akan Menjadi taruhan nya De Ajeng. Sinta Adalah Wangsit kita ke Tujuh. Jika Sinta Tidak Sadarkan Diri Terus Menerus Harta Kita Akan Habis, dan Kita Akan Mati Sia-Sia!" Ucap Pak Hari Tampa Dos.
Sudah Turun Temurun Dari Keluarga Jaya Ningrat telah Mengabdi Pada Dedemit Bangsal Jin, Harta Mereka tidak Akan pernah Habis Hingga Mereka terus Menyembah Dan Sinta lah Keturunan Ke 7
"Jika Jalannya Memang Sinta Akan Tiada Biarkan Saja Kak Mas, Lagi pula Dia Sudah Membawa Aib pada Keluarga ini!" Bu Tantri Nampak Nya Menumpahkan Segala Kekesalan nya.
"Tutup Mulut Mu De Ajeng! Aku tidak Mau Mati Dalam Keadaaan Mengenaskan, Dan Juga Sudah Tidak terpandang Apa kau Mau Dan Sudah siapa Jatuh Miskin!" Pak Hari Memicingkan Matanya.
Bu Tantri Terdiam Saat Sang Suami membentak Dirinya, Dan pak Hari Meninggalkan nya Di Dalam ruangan Bersama Jasat Sinta Yang Berbaring Di Tutupi Kelambu putih.
Sejak Lima Bulan Yang Lalu Sinta Melakukan Tindakan Nekat Ya itu Ia Akan Bunuh Diri, Saat Tahu Dirinya Tengah Berbadan Dua.
Saat Bu Tantri Dan pak Hari Sedang Mengunjungi pameran Sinta Nekat Menghabisi Nyawa Nya Sendiri. Dengan Mengunakan Silet Yang Kemudian Ia Goresan pada Nadi Nya.
Sang Pembantu Yang Melihat Aksi Sinta Langsung Melarikan Sinta ke Rumah Sakit. Namun Sinta Mengalami Koma Selama Berbulan-Bulan.
Meskipun Janin Di Dalam Perut Sinta Sudah Keguguran, Namun Tetap Saja, Berita itu Sudah Menyebar Tidak Bisa Dipungkiri kalau Sinta Anak orang Terkaya Di Kabupaten ××× Telah Melakukan Tindakan bunuh Diri karena Hamil Di Luar Nikah!
"Aku Tidak Berharap Apa-Pun Pada Mu Sinta, Jika itu Memang Jalan Mu Segeralah Yang Kuasa Lekas Memanggil Mu, ibu Sudah terlalu Lelah Menjalani Kehendak Ayah Mu!" Keluh Bu Tantri
.
.
Di Balkon Taman Kaputren Raya Sedang Bersila Duduk Pendampingan Dengan Sailendra, Nampaknya Sailendra Masih Memijat Kening Raya Yang Masih Merasakan Pusing.
"Hari Sudah Mulai Sore, Kenapa Sinta Belum Juga Mengantarkan Wedang Serbad untuk Mu?" Mata Sailendra mencari Ke Sekeliling.
"Mungkin Sinta Sedang Sibuk Arya, Lagi pula Kita Kan Bisa Menungu Sinta Di Kamar Tidak Perlu Menungu nya Disini!" Keluh Raya Karena Ia Merasa ingin Segera Berbaring.
Arya Terdiam Sejenak, tidak Mungkin Akan Membawa Raya Dalam Keadaan Raya Sadar Tidak tidur, Satu Hal yang Pasti Sailendra Hanya Takut Raya pergi Karena Tahu jalan menuju Ke Semua Ruangan. Maka Dari itu Sailendra Lebih Memilih Raya Tidur Agar Raya Tidak Menghafal Akses Semua Ruangan.
"Tunggu Aku Sebentar Yah, Aku akan Mengambilkan Wedang Serbad Untuk Mu" Sailendra Beranjak Dari Duduk Nya.
Raya Mengangguk, Sambil Terus Memijat Kening Nya Yang Terasa Begitu Pusing.
Sementara Sinta Nampak Nya Sedang Sengaja Tidak Mengantarkan Wedang Serbad untuk Raya, Tujuan nya Agar Raya Tahu Dan ingatannya Segera Kembali, Serta Raya Segera Pulang Meninggalkan Sailendra.
"Sinta Kenapa Kau Lama Sekali? Mana Wedang Serbad Nya untuk Raya?" Ucap Sailendra Penuh Tekanan.
"Tidak Sailendra,,, Aku Tidak Akan Membuatkan nya." Sinta Nampak Kekah.
"Kenapa Kau Lakukan itu Sinta! Jika Kau Tidak Memberikan nya Raya Akan Melihat Semua Wujud Asli Ku Dan Semua Mahluk Disini. Dan Satu Hal Lagi kau Akan Di Hukum oleh raja Arya Narendra! Apa Kau Lupa Kesalahan mu tempo Hari Sampai Kau Mendapatkan Hukuman Yang Berat!" Sailendra Nampak nya Sedang Mengingatkan Sinta Soal Kejadian Tempo hari.
Sinta Di Siksa oleh Dua orang Apdi Raja Arya Narendra Karena Telah Memberitahukan Separuh kebenaran Pada Raya Yang Sinta Pikir Itu Adalah Hal Biasa, padahal Soal Kejadian Pernikahan Gaib Sailendra Dan Raya Tidak Boleh Sampai Di Ketahui Oleh Raya.
"Cepat Kau buatkan Sinta, Sebentar Lagi Mata hari Akan Tenggelam Semua Perwujudan Akan Kembali Ke rupa Asli Nya."
"Yah-Sudah-Lah!" Dengan Berat Hati Sinta Langsung Meracik rempah Dan Ramuan Yang Sudah Di Ajarkan oleh Para Siluman.
Setelah Selesai Sailendra Langsung Membawa Wedang Serbad Nya untuk Raya, Benar Saja Hari Di Luar Sudah Mulai Larut
Sailendra Langsung Memberikan Wedang itu pada Raya. "ini Minumlah, Agar Kepala Mu Cepat Sembuh" Ucap Sailendra
Perlahan Raya Langsung Mengambil Gelas Itu Di tangan Sailendra, Langsung Di minum Terasa Hangat Di Tenggorokan, Tubuh Raya Terasa Segar, Sakit Kepala Raya Langsung Sembuh, Dan Kantuk Raya Juga Langsung Datang, Raya Menjatuhkan Tubuh nya Lemas ke Pundak Sailendra