NovelToon NovelToon
PENGHIANATAN SANG ADIK

PENGHIANATAN SANG ADIK

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Mengubah Takdir / Pelakor jahat
Popularitas:6.5k
Nilai: 5
Nama Author: Ristha Aristha

Ariana harus menerima pukulan terberat dalam hidupnya, ketika suaminya ketahuan selingkuh dengan adiknya. Siapa yang mengira, berkas yang tertinggal suatu pagi membawa Ariana menemukan kejam suatu perselingkuhan itu.
Berbekal sakit hati yang dalam, Ariana memutuskan untuk pergi dari rumah. Namun dibalik itu, dia secara diam-diam mengurus perceraian dan merencanakan balas dendam.

Apakah Ariana berhasil menjalankan misi balas dendamny??

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ristha Aristha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

KELUARGA UNIK

Aku duduk termenung di kursi samping ranjang di ruang UGD. Suasana rumah sakit selalu ramai, tapi entah kenapa aku selalu merasa sepi, seperti hanya aku satu-satunya yanga ada disana. Bau antiseptik yang tajam dan suara mesin medis yang monoton semakin mempertegas kesendirian ini.

Padahal, di depanku Kenzi sedang berbaring, terlelap setelah diberi obat tidur oleh dokter. Aku tidak tahu harus bersikap seperti apa sekarang. Yang jelas aku ingin menangis, entah itu untuk Kenzi, atau setumpuk masalah yang Papa bawa tadi. Semua masalah yang Papa bawa tadi terasa seperti gunung yang menghimpit dadaku.

Udara di ruangan yang sempit ini terasa semakin sedikit ketika air mata mulai menyumbat di hidung. Aku mencoba tegar setidaknya sampai keluarga Kenzi datang, namun nyatanya aku tidak sekuat itu. Airmata yang sedari tadi di tahan, tiba-tiba saja keluar. Rasanya sakit, seperti beban di dada ini tak bisa lagi di tahan.

Aku menunduk, menutupi wajah dengan kedua tangan. Setidaknya sampai dua atau tiga menit, aku akhirnya bisa menangis meskipun tanpa suara. Sungguh, kenapa hidupku sangat melelahkan.

Dalam sesak yang menyerupai, aku bergumam, "Dari semua orang, kenapa harus___"

"Kenapa harus anakku?"

Aku terkesiap kaget. Kalimat yang belum selesai terpotong oleh teriakan dari luar. Suara seorang wanita yang terdengar panik dan buru-buru. Sepertinya salah satu kerabatnya ada diruangan yang sama dengan kami.

Namun saat aku ingin kembali meratapi nasib, tirai tempat Kenzi di tangani tiba-tiba terbuka. Saat aku menolak, dia adalah seorang wanita paruh baya dengan suara yang sama seperti pemilik teriakan tadi.

"Astaga, Kenzi! Anakku. Kenapa bisa begini?" Kulihat, wanita itu mulai menangis sambil memanggil nama anaknya. Ah, dia orangtua Kenzi.

"Apa yang terjadi? Kenapa kamu sakit kayak gini?"

Bibirku terbuka ingin menjelaskan apa yang dokter katakan tadi, namun belum sempat, orang lain sudah lebih dulu masuk dan menyela, kali ini seorang pria yang terlihat muda tapi juga dewasa.

"Gimana kondis Kenzi, Ma?" Tanya pria yang baru tiba.

Aku menoleh ke arah wanita yang menangis. Dia berkata, "Adikmu masih pingsan".

"Apa?"

Lagi-lagi aku terkejut saat pria itu sedikit meninggikan suaranya. Dari sapaan ibunya Kenzi, bisa ketebak dia adalah kakak laki-laki Kenzi.

"Dokter bilang, Kenzi tidak apa-apa, dia cuma alergi gandum sedikit". Lanjut pria yang sekarang berjalan mendekat ke arah ranjang.

"Lihat, Anton. Adikmu sampai sekarang belum sadar", ujar wanita yang semakin terisak. "Panggil dokter Sekarang!"

Aku menelan ludah dengan gugup. Mereka berdua sangat heboh, sampai-sampai tidak menyadari keberadaan ku disini. Berkali-kali aku membuka bibir ingin menjelaskan, tapi disaat yang sama, salah satu dari anak dan ibu itu pasti sudah memotong lebih dulu.

"A... Permisi__" aku mencoba mengeraskan suara, sayangnya sekali lagi__

"Kenapa Kenzi bisa makan gandum? Dia kan emang alergi gandum sejak kecil". Wanita tadi terus menangis dan bertanya tanpa memberi kesempatan aku untuk menjelaskan.

"Permisi, saya___"

"Kenzi, jangan tinggalin Mama!"

Ludah di dalam mulutku mendadak kering. Aku menganga, tak percaya dengan drama memilukan yang ada di dalam mata, tapi anehnya adegan barusan justru membuat aku ingin tertawa lebar. Kenzi hanya tidur, kenapa ibunya seakan ditinggalkan?

"Kenzi__"

"Permisi, Tante!" Kali ini aku sedikit berteriak, mencoba mendapatkan perhatian dari dua manusia disana. Sepertinya berhasil, kulihat wanita dan pria itu sontak berbalik menatapku. "Begini... Kenzi baik-baik saja, dan sekarang lagi tidur karena minum obat tadi".

Sesaat mereka berdua tidak menjawab. Jeda yang sebentar ini membuatku sedikit canggung untuk mengucapkan satu kata lagi.

Hingga setelah beberapa saat, wanita itu berkata, "Siapa kamu? Apa kamu dokter?"

"Aku menggeleng. "Bukan Tante. Saya ___"

Namun wanita yang matanya basah itu malah mendelik. "Kalau kamu bukan dokter, kenapa kamu yakin kalau anakku baik-baik saja?" Katanya dengan suara yang bergetar. "Liat, Kenzi merem terus dari tadi".

"Begini, Tante ___"

"Nggak bisa, kita harus pindahin Kenzi kerumah sakit yang lebih besar", ucapnya saat aku belum sempat berbicara. Di detik berikutnya, dua beralih pada anak pertamanya. "Hubungi Papa kamu, Anton. Kita akan pindahin Kenzi".

"Tapi, Ma. Papa lagi di Singapore untuk urusan bisnis".

"Ya terus? Penting mana, anak atau kerjaan?"

Melihat perseteruan anak sama ibu itu, tiba-tiba aku merasa seperti sedang ada di dalam sinetron saluran ikan terbang. Hidungku terasa gatal, aku ingin menjelaskan, tapi sepertinya mereka tidak akan mendengarkan siapapun selain dokter yang bicara.

Ketika aku masih mati kutu sambil mengamati mereka, tiba-tiba Kenzi bergerak. Kamu terkejut, tentu saja. Saat aku menoleh, dia terlihat mengerjap, sepertinya dia terganggu dengan kebisingan disana.

"Kenzi!" Wanita yang belum aku tahu namanya itu langsung berbalik dan menghampiri Kenzi. "Kamu sadar, Nak. Mana yang sakit, bilang sama Mama".

"Mama?" Kulihat kening Kenzi mengkerut. "Kok Mama ada disini? Kak Anton juga?"

"Gimana Mama gak langsung kesini pas dengar kemu pingsan?"

Kenzi terlihat menekan ludah. Dia tidak menjawab, melainkan pandangannya.... ke arahku. "Bu Riana, masih disini?"

"Bu Riana?"

Aku mengangguk dan tersenyum kearah ibu Kenzi yang menengok dengan mata membola. "Siapa perempuan ini, Kenzi?" Tanyanya sembari beralih menatap sang anak. "Pacarmu?"

Aku mendelik, begitu juga dengan Kenzi yang nampak kaget dengan tuduhan sembarang itu.

"Bukan, Ma. Dia..." Bola mata Kenzi bergeser, menatapku dengan sikap ragu-ragu.

Paham dengan keraguan Kenzi, aku mengambil alih pembicaraan. "Halo, Tante. Saya Ariana, mantan pegawai di perusahaan tempat Kenzi magang", kataku.

Wanita di depanku menyambut uluran tanganku, sambil berucap, "saya Nurmala, ibunya Kenzi dan Anton".

Aku mengangguk dan tersenyum ramah. Untuk beberapa saat, kamu saling tatap dalam situasi yang menurutku lumayan canggung.

Tak lama, Tante Nirmala kembali beralih pada Kenzi. "Ariana ini cantik. Kamu gak mau jadiin dia pa__"

"Mama!" Tiba-tiba Kenzi berteriak. "Mama jangan ngomong gitu di depan Bu Riana", lanjutnya setengah berbisik, tapi masih bisa kudengar sedikit.

Sejujurnya, aku lumayan senang dibilang cantik, meski juga sedikit terkejut ucapan Tante yang lain. Kalau dia tau aku lebih tua dari putranya, mungkin Tante ini akan berubah pikiran.

Tak mau semakin terlibat dengan drama keluarga kaya raya itu, aku memutuskan untuk pamit. Lagipula sudah ada keluarga Kenzi yang menemani.

"Bu Riana mau pulang sekarang?" Tanya Kenzi saat setelah aku pamit.

Aku mengangguk, mengiyakan. "Iya, Kenzi. Kamu cepat sembuh, ya", kataku.

"Tapi ini sudah larut, Bu ".

"Nggak apa-apa, aku bisa pesan taksi".

"Biar aku antar". Entah darimana, pria bernama Anton tiba-tiba menyela.

Tentu, aku langsung menolak. "Nggak perlu. Aku bisa naik taksi", kataku tak enak.

Namun siapa sangka, tiga anggota keluarga itu kompak memaksaku menerima tawaran Anton untuk diantar.

"Nggak apa-apa, Riana", kali ini Tante Nirmala yang menyela. "Kamu udah bawa anak Tante kesini. Jadi, anggap ini sebagai balad budi dari kami, ya? Kalau kamu gak mau... Tante bakalan sedih".

Aku menelan ludah, tak kuasa menolak tawaran mereka yang sedikit memaksa. "Baiklah, kalau begitu saya terima tawarannya. Terimakasih ", kataku sedikit ragu.

Anton mengangguk. "Ayo, kita pergi sekarang".

Aku melirik Kenzi yang tersenyum kecil, seakan berterimakasih padaku. "Cepat sembuh, Kenzi. Besok aku akan datang lagi", ucapku sambil mengusap tangannya.

"Iya, Bu Riana. Hati-hati dijalan ", balasnya pelan.

******

Dengan hati-hati, aku mengikuti Anton keluar dari ruang UGD. Udara malam yang dingin menyambut kami saat keluar dari rumah sakit. Rasanya seperti beban berat terangkat sedikit dari pundakku.

Di parkiran, Anton membukakan pintu mobil untukku. "Silahkan masuk", katanya dengan sopan.

Aku masuk kedalam mobil, dan Anton pun mengemudi dengan tenang.

Perjalanan dalam mobil awalnya terasa canggung. Kami berdua diam, hanya terdengar suara mesin mobil yang mengisi keheningan. Aku memandang keluar jendela, menyaksikan lampu kota yang bersinar dimalam hari. Dalam benakku, berbagai pikiran berkelebat mulai dari kondisi Kenzi hingga masalah yang sedang menimpaku.

Anton memecah keheningan. "Jadi, kamu sudah lama kenal dengan, Kenzi?" Tanyanya dengan nada ramah.

"Iya, semenjak dia magang dikantor. Dia anak yang pintar dan pekerja keras", jawabku mencoba terdengar santai.

Anton tersenyum tipis. "Nggak biasanya ada yang memuji dia kayak gitu".

Mataku membulat. "Oh, ya?"

"Ya". Pria yang masih fokus menyetir itu mengangguk. "Dia anak yang pemalu dan pendiam".

Mendengarnya aku semakin kaget. Seorang Kenzi yang selalu terlihat cerah, ternyata pemalu?

"Tapi syukurlah kalo dia bergaul dengan baik", sambung Anton. "Tolong jaga Kenzi kami, Riana".

Apa maksudnya ini. Kenapa aku harus menjaga anak yang sudah dewasa seperti Kenzi? Namun alih-alih mengelak, aku hanya mengangguk dengan perasaan tak enak.

/

Kemudian setelah melewati perjalanan yang tidak terlalu panjang, kami akhirnya tiba di depan kawasan apartemen mewah.

Aku membuka sabuk pengaman dengan hati-hati, lalu menoleh pada Anton. "Terimakasih banyak".

Anton menyunggingkan senyum. "Sama-sama", katanya. "Oh ya, Kenzi memang masih kemudaan, tapi kalau kamu suka yang udah matang, aku mungkin bisa di pertimbangkan ".

"Y__ya?" Tanyaku memastikan maksud Anton mengatakan hal ambigu barusan.

Namun bukannya menjawab, kulihat pria ini malah berkedip. "Selamat malam, Riana".

Aku mengangguk, lalu buru-buru keluar dari mobil. Tiba-tiba saja, bulu kudukku merinding. Ada yang tidak beres dengan keluarga Kenzi.

1
Kasih Bonda
next thor semangat
Kasih Bonda
next thor semangat.
Kasih Bonda
next thor semangat
Kasih Bonda
next thor semangat.
Kasih Bonda
next thor semangat
Kasih Bonda
next thor semangat.
Kasih Bonda
next thor semangat
Ma Em
Ada apa dgn papanya Riana mungkinkah Riana mau dijodohkan !
Kasih Bonda
next thor semangat.
Kasih Bonda
next thor semangat
Ma Em
Sabar Riana semoga kamu segera mendapatkan pekerjaan yg baik juga atasan yg baik juga yg bisa menghormati dan melindungi seorang wanita dari orang2 yg mau melecehkannya dan segera dapat pengganti Dimas.
Ma Em
makanya Riana kamu jgn lemah lawan Ayuna dan ibunya yg selalu menghina dan merendahkan mu Riana kalau kamu diam Ayuna dan ibunya makin menjadi tambah berani dia dan jgn dituruti kemauan mereka lebih baik cari kebahagiaanmu sendiri Riana tinggalkan orang2 yg tdk tau diri itu.
Kasih Bonda
next thor semangat
Ma Em
Semangat Riana kamu jgn patah semangat semoga kamu bisa melewati cobaan dgn legowo dan cepat lepaskan Dimas biarkan dia dgn Ayunda untuk apa Riana pertahankan lelaki mokondo yg cuma morotin uang kamu Riana, semoga Riana cepat move on dan aku berharap sih Riana berjodoh dgn Kenzi meskipun umurnya lbh muda dari Riana.
Ma Em
Bagus thor ceritanya aku langsung suka apalagi cerita perselingkuhan yg si istri yg diselingkuhin tdk bodoh dan berani melawan pada si suami dan pelakor .
Kasih Bonda
next thor semangat.
Kasih Bonda
next thor semangat
Kasih Bonda
next thor semangat.
Kasih Bonda
next thor semangat
Kasih Bonda
next thor semangat.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!