Karna sebuah kesalah pahaman, Rinjani ChiMa Wardhana memilih memendam cintanya pada sosok Lintang yang seolah menjadi pelangi di hari harinya yang sempat mendung sebab pengkhianatan dari Sang mantan kekasihnya yang dulu..
Lintang yang tak tahu apa-apa dan mendadak di jauhi pun akhirnya menjatuhkan pilihan pada gadis itu.
"Jujur sama Lilin, atau masuk Neraka?"
***********
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenengsusanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 15
🍂🍂🍂🍂🍂🍂
Cek lek
Lintang langsung masuk kedalam kamar tamu setelah ia dan Rinjani sudah sampai di rumah orang tua gadis itu, tanpa membersihkan diri lebih dulu Lintang justru naik keatas ranjang untuk menghubungi seseorang siapa lagi jika bukan Phiunya.
Tak butuh waktu lama, Pria baya yang teramat di rindukannya itu kini sudah terdengar suaranya dan kini senyum pun langsung terulas di ujung bibir pria tampan tersebut.
"Lili kangen," keluh nya tanpa basa basi bahkan kalimat sapaan.
"Pulanglah, Phiu juga merindukanmu," jawab Tuan besar Rahardian pada cucu kesayangannya yang sudah beberapa hari pergi ke luar kota.
Serasa ada yang hilang yang kini sedang dirasakan oleh dua pria tampan beda generasi tersebut yang biasanya selalu bersama hampir setiap hari sebab Phii Samudera sudah tak lagi ke kantor dan itu malah di jadikan kesempatan bagi Lintang untuk tak mau jauh.
"Besok Tante Marni baru pulang, Phiu, masa Lilin pulang juga," katanya dengan nada manja dan Samudera langsung tersenyum karna ia sembari membayangkan se menggemaskan apa raut wajah Si kuncen akherat saat ini.
"Ya sudah, jika masih mau disana tak apa," jawab Phiu lagi yang malah reflek membuat Lintang menggelengkan kepalanya seolah pria baya itu ada di depannya.
"Phiu kenapa gak kesini aja?" hanya Si bungsu.
Mendengar hal tersebut malah membuat Sang Tuan besar tertawa, hanya Lintang memang juga yang berani melakukan itu pada Phiunya padahal ia sudah tahu jika pria itu tak lagi muda.
Obrolan demi obrolan pun terus terjadi hingga tak terasa sudah lebih dari satu jam mereka berbicara lewat sambungan telepon.
.
.
.
Dan benar saja, esok siangnya Nyonya Wardhana pulang dari rumah sakit dengan hanya bersama suami dan anak bungsunya saja, Arjuna.
Sedangkan Rinjani diminta menunggu bersama Lintang, Kakek dan Nenek di rumahnya, awalnya gadis itu bersikeras ingin mendampingi Sang Mama pulang tapi papanya terus juga menolak karna alasan tak enak dengan Lintang jika harus terus bolak balik rumah dan rumah sakit hanya demi mengantar Rinjani padahal siapapun tahu jika sebenarnya itulah yang di inginkan oleh pasangan tersebut.
"Senang bisa melihat tante sudah baikan, semoga lekas sembuh," ujar Lintang basa basi kepada wanita yang sedang di perjuangankan statusnya menjadi ibu mertua masa depan.
"Terimakasih, Lintang. Tante juga senang kamu ada disini, sudah mau antar dan temani Rinjani, ucapan terimakasih saja rasanya benar-benar tak cukup," balas Mama Marni.
Kadang ia berpikir, tak apa ia merasakan sakit luar biasa asalkan bisa bersama dengan putrinya, dan kejadian jatuhnya ia dari kamar mandi memang mampu mendatangkan putri cantiknya itu yang sudah berbulan bulan tinggal sendiri untuk menikmba ilmu di ibu kota sendiri.
Ibu mana pun pasti sedih, meski di awal menerima tapi saat menjalani dan tahu jika rindu itu menyiksa tentu hanya air mata yang mampu mengerti isi hatinya.
"Sama-sama, Tante." jawab Lintang dengan senyum ramah.
"Lalu kapan?" tanya Arjuna tiba-tiba hingga semua mata kini tertuju pada remaja tersebut.
"Kapan apa?" tanya Lintang yang tahu jika pertanyaan itu untuknya.
"Kapan Kak Lintang pulang, Mama udah di rumah jadi Kak Jani gak perlu temen buat anter anter lagi," jawab Arjuna dengan nada ketus seketus-ketusnya.
Lintang yang tertawa kecil langsung menarik telinga calon adik ipar galaknya kemudia berbisik pelan.
.
.
.
Maaf ya, Lilin sama ChiMa sekarang punya alergi jauh jauhan.
kek gimana pula tuh gayanya Thor... bleh dicoba gak tuh. 🤣🤣🤣
lama² gak jelas,gak konsisten