#Warning
Cerita ini hanya fiktif belaka. Jadi jika kalian suka silakan ikuti dan komentar lah dengan sopan dan baik. Selain itu, cerita ini tidak ada sangkut pautnya dengan melecehkan perempuan bercadar. karena cerita ini. Alzena memiliki karakter tegas yang berbeda dari yang lain sehingga kalian mungkin akan bilang tidak sesuai dengan pakaiannya atau apa pun hal lainnya🙏🙏🙏🙏
Athar Azmi adalah seorang berandalan yang selalu menjadi ketakutan penduduk kampung di tempatnya berada.
Ia sangat suka menciptakan masalah besar yang mendatangkan keributan.
Hingga suatu hari Athar dan kelompoknya melakukan pengeroyokan pada seorang anak remaja.
Dimana saat itulah Ia di pertemukan dengan seorang gadis bercadar yang sudah di lecehkan nya.
~~~~
Jadi sebelum tahu bentuk pelecehan itu seperti apa? Alangkah baiknya di baca dahulu isi cerita di dalamnya😁😁😁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sobri Wijaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15 Malu
"Kau benar Mas, tapi aku tidak seperti itu. Harapanku sekarang adalah kamu mulai belajar memperbaiki diri dari masa laluku!"
Zena bangkit dari duduknya untuk menyiapkan handuk supaya Athar bisa mandi, tapi pemuda itu malah menariknya hingga terduduk di pangkuan Athar.
"Nanti dulu, aku belum selesai. Aku mau kamu perlihatkan wajahmu sekarang!"
Athar ingin menarik cadar Zena akan tetapi perempuan itu menepisnya, "Tidak jangan sekarang!" Zena gegas mengurai diri dari tubuh pemuda itu.
Athar tersenyum simpul, Ia bermaksud menggoda Zena lebih dulu, "Kenapa? Bukankah aku suamimu sekarang?" Athar kembali memeluk Zena dengan melingkarkan kedua tangan di pinggul perempuan yang kini tengah ada dalam posisi memunggunginya.
Sentuhan lawan jenis sedekat itu membuat sekujur tubuh Zena terasa panas dingin. Ia tidak tahu mengapa rasanya suhu di sana mendadak sangat panas.
"Ze- Zena belum siap," jawab Zena dengan jujur. Tentu Ia butuh waktu untuk menerima kehadiran Athar di dalam hidupnya.
Berbeda dengan Athar yang malah semakin gencar mengganggu Zena. Kehadiran gadis itu sudah seperti mainan baru bagi Athar yang memang cukup bosan harus tidur sendirian di kamar.
"Ayolah, jangan malu-malu begitu. Kenapa harus nunggu siap? Bukanlah melayani suami pahalanya besar?" Athar terus mendesak. Berharap Zena kalah dan melakukannya.
"Lepas Mas, bukan begini caranya meminta!" Zena berusaha mengurai tangan Pemuda itu yang mulai jaim menyentuh kulitnya dengan gerakan mengerikan.
"Ayolah Zen, jangan sok suci. Kamu itu milikku sekarang!"
Athar yang melihat nafas Zena mulai menderu merasa puas. Ia menarik tubuh Zena terjatuh ke ranjang, lalu dengan sengaja mau membuka pakaiannya.
Siapa yang tidak takut jika ada perempuan yang berada di posisi Zena sekarang, dihadapkan dengan pria asing yang baru menikahinya beberapa jam lalu.
"Mas, Ka- kamu mau apa?" Zena ketakutan dan beringsut mundur. Sungguh Ia belum sepenuhnya siap jika Athar tetap meminta haknya sekarang.
Athar menyeringai, pria itu melepas kofiah di kepalanya lalu jas putih yang masih membalut sempurna sejak tadi tanpa melepas tatapan pada Zena.
Perempuan itu tidak tinggal diam, Ia langsung turun dari ranjang dan berlari keluar agar selamat dari perilaku Athar yang menurutnya sangat menakutkan hingga tidak sengaja menabrak Bibi Marwah yang baru saja keluar dari kamar mandi.
"Aduh, Bibi!"
Zena mengatur nafasnya yang berat sembari memegangi tangan Bibi Marwah yang melihatnya dengan tatapan heran.
"Ada apa Zen, kenapa kamu sangat ketakutan begitu?"
Zena hanya menundukkan kepalanya karena tidak berani menjawab. sungguh malu jika sampai dirinya mengaku kalau Athar hendak menyentuh tubuhnya.
"Zen, cerita sama Bibi. Ada apa?"
Bibi Marwah selalu saja bersikap layaknya Ibu kandung bagi Zena. Yang penuh kelembutan dan juga kasih sayang. Itu sebabnya Zena tidak pernah punya keinginan menyakiti Sang Bibi dengan kata-katanya. Tapi Zena tercekap, saat Bibi menebak apa yang telah terjadi.
"Kamu pasti takut ya Athar meminta haknya?" Desis Bibi Marwah di telinga Zena. Apa lagi yang di takutkan anak gadis yang baru menikah kalau bukan yang satu itu. Tentu ada banyak dibelahan dunia lain kalau para perempuan akan berusaha melarikan diri disaat terjebak dalam situasi seperti yang Zena alami.
Zena menimpali dengan nyengir kuda, bukan malu lagi rasanya tapi melebihi seperti mencuri BH tapi malah ketahuan pemiliknya, "Bibi, itu terasa aneh bagi Zena? Apa itu salah ya?"
Bibi Marwah terkekeh kecil sembari menggeleng kecil, "Tentu tidak sayang, tapi dengan meninggalkan suamimu begitu saja sudah pasti tidak di benarkan!"
Duh kok feeling aku ga enak ya aku takut ny athar kena imbas dri kelakuan teman2 nya palagi waktu itu syfa ambil fhoto ny athar di markas
untung malik masih percya lg sama athar,padahal athar pernah membuat malik sengsara.....kok masih ada kepercayaan nya....
jgn kita terlalu menilai dari segi sifat,sikap seseorang.......
terimakasih thor ceritanya.....walaupun pendek....manfaat juga..