Kisah yang menceritakan tentang keteguhan hati seorang gadis sederhana, yang bernama Hanindya ningrum (24 tahun) dalam menghadapi kemelut rumah tangga, yang dibinanya bersama sang suami Albert kenan Alfarizi (31 tahun)
Mereka pasangan. Akan tetapi, selalu bersikap seperti orang asing.
Bahkan, pria itu tak segan bermesraan dengan kekasihnya di hadapan sang istri.
Karena, bagi Albert Kenan Alfarizi, pernikahan mereka hanyalah sebuah skenario yang ditulisnya. Namun, tidak bagi Hanin.
Gadis manis itu, selalu ikhlas menjalani perannya sebagai istri. Dan selalu ridho dengan nasib yang dituliskan tuhan untuknya.
Apa yang terjadi dengan rumah tangga mereka?
Dan bagaimana caranya Hanin bisa bertahan dengan sikap dingin dan tak berperasaan suaminya?
***
Di sini juga ada Season lanjutan ya say. Lebih tepatnya ada 3 kisah rumah tangga yang akan aku ceritakan. Dan, cerita ini saling berkaitan.
Selamat menikmati!
Mohon vote, like, dan komennya ya. Makasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shanayra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 14
Kenan masih terlihat mondar mandir di balkon kamarnya, mata pria itu nyalang melihat kearah pintu pagar rumah. "Apa gadis itu sudah tidak tau jalan pulang? Sudah jam brapa ini. Atau, dia ikut dengan pria itu pulang kerumahnya?" Kenan berucap seorang diri.
Lelah, akhirnya dia terduduk di kursi santai. Lehernya mulai terasa kian berdenyut. Kenan menyandarkan tubuhnya.
"Sebenarnya apa yang ku lakukan, kenapa aku harus peduli dia pergi kemana dan juga sedang bersama siapa, Bukankah sebentar lagi kami akan bercerai!" Kenan mengusap pelipis matanya. Bertanda kalau pria itu sedang banyak pikiran.
Suara deru mesin mobil membuyarkan lamunan pria tadi. Reflek, Kenan langsung berdiri. Melihat kearah jalan. Memastikan kalau yang datang adalah gadis yang sedang ditunggunya.
Benar saja, terlihat Hanin pulang di antar oleh mantan kekasihnya, Sakala. Mereka. berdiri di depan pagar rumah. Seperti masih membicarakan sesuatu.
"Kenapa dia belum masuk juga, apa waktu 3 jam, tidak membuatnya puas mengobrol dengan pria itu?" Kenan masih bersungut di atas sana.
Tak sabar, Kenan memaksakan langkahnya keluar kamar, dia ingin menemui 2 orang yang masih berbicara di depan pagar.
"Namun, baru menuruni 3 anak tangga. Kepalanya tiba-tiba sudah pusing. Lelaki itu cepat mendudukkan dirinya. "Ya Allah mas.." terdengar suara dari lantai bawah.
Hanin berlari menuju tempat Kenan duduk.
Dengan cepat memegang lengan dan punggung suaminya. Menahan supaya pria itu tidak terjatuh.
"Ayok mas, ku antar kekamar!" Hanin memapah pria tadi untuk kembali kekamarnya. Kemudian membaringkan tubuh sang suami.
"Mau kemana kamu?" Kenan bertanya saat melihat Hanin melangkah kearah pintu.
Langkah gadis itu terhenti, lalu menoleh. "Aku mau menelpon doktermu mas. Tapi, HP ku jatuh dibawah saat aku mengejar mu tadi."
"Tidak usah, aku hanya pusing biasa. Dibawa tidur juga hilang." Ucapnya lagi.
"Apa benar mas tidak perlu dokter?" Kembali, Hanin meyakinkan.
"Iya." Jawabnya singkat.
Hanin kembali mendekat kearah ranjang, duduk di kursi kecil. "Kenapa mas turun? Apa mas butuh sesuatu?" Gadis itu memandang Kenan.
"A, aku haus." Pria itu agak tergagap.
"Tapi, ini kan air minum mas!" Hanin menunjuk teko kecil yang terletak disamping ranjang Kenan.
"Itu kan air putih, aku ingin meminum jus." Pria itu cepat memberi alasan.
"Lain kali, mas panggil saja. Tidak usah banyak gerak dulu. Kata dokter, mas perlu istirahat total." Gadis itu nerucap lembut, sambil membelai kaki Kenan.
Kenan agak tersentuh atas perlakuan lembut Hanin. "Mau memanggil siapa? tidak ada orang dirumah ini." Kenan membuang mukanya. Dia tidak ingin Hanin melihat wajah malu dan senangnya.
"Memangnya Nesya nggak nginap mas?"
"Tidak. Dia sudah pulang jam 8 tadi." Kenan kembali keposisi duduk.
Kenan memandang istrinya. Dia melihat Hanin berdandan malam ini. "Apa dia sengaja berdandan seheboh itu, untuk menjumpai mantannya?" Gumam pria itu di dalam hati.
"Aku buatin jus dulu ya mas." Hanin berdiri, kemudian berlalu keluar kamar.
Kenan terus memandang hingga gadis itu hilang dibalik pintu.
Tak lama kemudian, Hanin sudah membawa naik jus yang yang baru dibuatnya. Namun, terlebih dahulu mengganti baju yang tadi dikenakannya menggunakan piyama tidur.
Rambut lurus, dengan sedikit bergelombang miliknya terlihat bergerai indah. Sejak Kenan sudah melihat mahkota dikepalanya itu, Hanin jadi tidak segan lagi membuka kerudungnya di saat mereka hanya berdua di dalam rumah.
Lagi kenan terpana melihat wajah tidur sang istri. Persis seperti tadi pagi. Wanita itu jauh terlihat lebih cantik jika tampil polos, tanpa make up.
Hanin memberikan jus Apel itu ketangan sang suami, dan kembali duduk di atas kursi. Kenan menerima, lalu meneguknya hingga setengah, kemudian menaruh gelas itu di atas meja, disamping ranjang.
"Apa urusanmu diluar sudah selesai?" Kenan mulai bertanya.
Hanin sedikit kaget dengan pertanyaan suaminya. Setelah 2 tahun lebih serumah, baru kali ini kenan bertanya tentang urusan pribadinya. "Sudah, tadi aku hanya pergi makan malam sama bukde Nanik." Hanin menjawab.
"Siapa bukde Nanik itu?" Kenan pura-pura tidak tau.
"Beliau adalah sepupu ayahku. Sekaligus ibunya mas Sakala."
Kenan mulai mengepalkan tangannya, entah kenapa nama pria itu sudah mulai tidak nyaman didengar oleh kupingnya. Terlebih, nama itu keluar langsung dari mulut istrinya.
"Oh, jadi kau makan malam dengan calon suami, calon mertua dan calon anak tirimu?" Kenan kembali bertanya. Dia berusaha terlihat setenang mungkin.
"Calon anak tiri? Mas tau dari mana kalau aku juga bertemu dengan anaknya mas Sakala?" Hanin mengernyitkan keningnya heran.
Kenan tersentak, dia menyesal sudah keceplosan. "Yah, aku hanya mencoba menebaknya. Kalau ibu dari pria itu ada, sudah pasti ada anaknya juga kan?" Hanya itu alasan yang dapat diucapkannya.
Hanin terdiam sesaat, memikirkan ucapan suaminya. Yang menurutnya cukup masuk akal.
"Tapi, ada sesuatu yang perlu kita perjelas disini mas. Bagiku, mereka adalah keluarga, kami tidak punya ikatan seperti yang mas ucapkan."
"Tapi pria itu mencintaimu." Kenan menyela.
"Aku tidak mampu mengontrol perasaannya padaku mas. Tapi, aku bisa membentengi hatiku. Selama aku masih berstatus sebagai istrimu. Maka selama itu juga aku tidak akan melihat kearah pria lain." Ucap Hanin.
Terlihat Kenan menatapnya dengan mata penuh tanya.
"Maksudku adalah, aku melakukkan itu bukan karena sudah jatuh cinta padamu. Aku hanya tidak ingin menerima dosa zina hati. Seperti yang kita tau, aku adalah istrimu mas. Maka haram hukumnya, jika hatiku memikirkan pria lain." Hanin mencoba mengartikan katanya. Dia tidak ingin Kenan tau apa yang di rasakannya selama ini.
"Kau mencintai pria itu atau tidak, itu adalah urusanmu. Kau tidak perlu menjelaskannya padaku." Kenan mulai membaringkan tubuhnya. Dia tak berani lagi menatap mata istrinya. Karena pria itu merasa, jantungnya semakin susah untuk dikendalikan. Suatu rasa yang sangat sulit diartikannya.
Ucapan Kenan serasa suatu tamparan bagi Hanin, sekali lagi pria itu membuktikan kalau dirinya bukanlah siapa-siapa baginya.
"Apa mas sudah mau tidur?" Hanin menyelimuti Kenan hingga dada. Berusaha tetap menyimpan kekecewaannnya.
"Hm.." Jawaban Kenan.
"Kalau mas butuh sesuatu, aku ada dibawah mas. Telfon saja." Hanin tersenyum manis, lalu melangkah keluar kamar.
Kenan terpana menyaksikan kepergian sang istri. "Kenapa dia pergi, katanya semalam, dia akan risau jika membiarkanku tidur sendirian. Dasar wanita, ucapan mereka memang susah dipercaya." Pria itu mendongkol. Kemudian mendudukkan kembali tubuhnya.
Waktu berlalu, Pagipun menjelang. Tidak seperti pagi kemarin, cuaca hari ini terlihat agak mendung. Semendung hati, sang pemilik rumah.
Kenan mengerjabkan mata beberapa kali, melihat sekeliling. Matanya terhenti pada sofa panjang di depan ranjangnya. Terlihat seseorang masih terlelap disana.
Dan Kenan tau, siapa orang yang tidur di balik selimut itu. Dia berjalan mendekat, berjongkok disamping kepala orang yang tengah tertidur.
"Aku tau, kalau kau tidak akan setega itu pada suamimu." Pria itu berbisik di kepala orang yang terbungkus selimut.
Membelai kepalanya beberapa kali, membuat orang yang masih berpetualang dalam mimpi itu terbangun. Dia mengerjabkan matanya benerapa kali. Setelah kesadarannya 100% , akhirnya dia tau, ada seseorang yang tengah membelai kepala dan punggungnya.
Karena merasa ada yang salah, orang itupun membuka selimutnya. Membuat Kenan terperanjat.
"Aaahh....ka kau... Kenapa kau yang disini?" Pria itu terduduk. Wajah yang tadinya tersenyum riang, seketika berubah menjadi pias.
"Tuan, kenapa anda membelai saya?" Asisten Berryl terlihat sedikit memyunggingkan bibirnya. Dia tau kalau bosnya salah sasaran.
"Diamlah, pergilah kebawah. Bilang pada wanita itu. Aku ingin sarapan Mihun goreng, seafood." Kenan berdiri, kemudian melangkah kekamar mandi. Dia merasa sangat malu, karena aksinya yang salah sasaran. "Untung aku belum memeluknya tadi. Ah...h." Pria itu mengacak rambutnya. Frustasi.
Dan asisten Berryl akhirnya bisa tertawa terbahak-bahak. Dapat melihat wajah pias bosnya tadi, merupakan sebuah hiburan langka yang ditemuinya pagi ini.
TBC
Mahon bantu vote, like, tekan love dan silahkan tinggalkan komennya. Makasih Readers.
sorry gwa baca sampe sini